TRAGEDI ITAEWON : PESTA HALLOWEEN BERUJUNG PETAKA

0
11
Pesta halloween ini tentu tidak terjadi secara kebetulan/Foto : Net

OPINI

“Senyatnya, kaum muda kita sudah lama bahkan anak-anak di sebagian negara ada yang merayakan Pesta Halloween dengan berkunjung dari rumah ke rumah. Mereka biasanya bertanya “trick or treat” kepada tuan rumah,”

Oleh : Dina Aprilya

PESTA halloween tampaknya cukup mewakili potret pergolakan pemikiran dan budaya yang sedang melanda kaum muda.

Mereka yang rata-rata berasal dari kelas menengah ke bawah, seakan punya ruang bebas untuk mengekspresikan segala bentuk kreativitas, gaya dan pemikiran yang menurut mereka sangat kekinian ini dengan menggunakan beraneka ragam kostum.

Pesta halloween ini tentu tidak terjadi secara kebetulan. Senyatnya, kaum muda kita sudah lama bahkan anak-anak di sebagian negara ada yang merayakan Pesta Halloween dengan berkunjung dari rumah ke rumah. Mereka biasanya bertanya “trick or treat” kepada tuan rumah. Jika tuan rumah memilih “trick”, berarti anak-anak akan menjaili si pemilik rumah. Sebaliknya, jika memilih treat, tuan rumah biasanya akan memberikan sesuatu seperti permen.

Bagi entitas ini, mengikuti budaya barat seakan telah menjadi sebuah budaya. Tampil “gaya” dengan menampilkan kostum terbaik bagi mereka adalah segalanya. Sementara jadi viral seakan menjadi cita-cita bersama. Demi itu pula mereka berlomba tampil sebeda mungkin dari yang lainnya.

pesta halloween ini justru menimbulkan korban tewas di Itaewon, Seoul, Korea Selatan menjadi 156 orang/Foto :Net.

Tidak peduli mereka justru tampak alay, bahkan lebay. Yang penting mereka bisa eksis di media sosial, syukur-syukur kalau viral dengan kostum terbaik menurut mereka, serta yang terpenting tidak ketinggalan trend.

Mirisnya, pesta halloween ini diikuti kaum muslimin bahkan di Arab Saudi dan mendapat apresiasi positif dari penguasa dan sebagian masyarakat. Kemudian di negara lain, pesta halloween ini justru menimbulkan korban tewas di Itaewon, Seoul, Korea Selatan menjadi 156 orang. Sebagian besar korban meninggal dunia adalah remaja. Dilansir dari CNN, Selasa (01/11/2022) mereka meninggal ketika para pengunjung membludak di gang sempit di distrik Itaewon itu (CNN Indonesia, 01/11).

Pihak berwenang masih menyelidiki apa yang menyebabkan insiden itu. Kepala Departemen Pemadam Kebakaran Yongsan-gu, Choi Seong-bum mengatakan insiden ini diduga akibat banyak yang terinjak-injak.

Saksi mata mengatakan bahwa bahkan sebelum kekacauan terjadi, para pengunjung pesta sudah sangat padat di jalan-jalan sempit sehingga sulit untuk bergerak. “Saya melihat orang-orang pergi ke sisi kiri dan saya melihat orang itu menuju ke sisi yang berlawanan. Jadi, orang yang di tengah macet, jadi tidak bisa berkomunikasi, tidak bisa bernapas,” kata Saksi Sung Sehyun kepada CNN.

Sempat beredar video yang diposting ke media sosial menunjukkan orang-orang melakukan kompresi pada pengunjung pesta lainnya yang tergeletak di tanah saat mereka menunggu bantuan medis (CNN Indonesia, 01/11).

Mirisnya, anak-anak muda yang meninggal di sana bukan dalam ketaatan.

Sebagaimana pesta halloween diwarnai dengan aktivitas ikhtilath (campur baur laki-laki dan perempuan yang bukan mahram), minum-minum, buka-bukaan aurat, nge-drugs, ikut-ikutan budaya barat.

Sudah jamak kita ketahui, bahwa anak-anak muda saat ini memang menjadi objek pasar budaya sekuler liberal, sekaligus lapak bagi produk industri kapitalis lokal dan internasional.

Kalangan muda (remaja) juga sasaran empuk bagi gaya hidup konsumerisme dan hedonisme, bahkan materialisme. Ketiganya (konsumerisme, hedonisme, dan materialisme) seringkali berjalan seiringan, bahkan tidak terpisahkan.

Mereka yang menganggap bahwa tujuan hidup ini hanya untuk kenikmatan saja (hedonis) maka akan mencari-cari barang-barang yang dapat memuaskan dirinya (materialis) yang akhirnya mengakibatkan perilaku konsumeristis atau pemborosan. Mereka juga mudah mengeluh ketika menghadapi berbagai kesulitan hidup.

Mereka yang di usia muda semestinya punya waktu lebih banyak untuk belajar, beramal saleh, dan peka terhadap kondisi umat, waktunya malah banyak terbuang untuk memelihara hobi konsumerisme dan hedonisme ala kapitalis barat. Negara bahkan memperbolehkan adanya perayaan-perayaan gak guna dan maksiat seperti pesta halloween, karena negaranya mengadopsi liberalisme yakni merupakan pandangan hidup yang membebaskan segala sesuatu.

Terus negara juga memperbolehkan dan membiarkan industri hiburan dibangun oleh para korporat yang orientasinya materi. Astaghfirullah!

Jelas, perilaku konsumerisme dan hedonisme bukanlah perilaku yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., juga bukan yang disyariatkan oleh Allah Taala. Sangat berbeda dengan kondisi saat Islam diterapkan secara sempurna dalam kehidupan ini di bawah naungan sebuah negara yang bernama daulah Khilafah.

Masyarakat dalam daulah Khilafah akan memahami tujuan kehidupannya di dunia ini untuk beribadah kepada Allah. Oleh karena itu, remaja muslim harus bangkit, kembali kepada jati diri hakiki selaku makhluk Allah yang mengemban misi dakwah dan amar makruf nahi mungkar di muka bumi. Wallahua’lam bissawab. (*)

*Penulis Adalah Aktivis Muslimah Medan