BUDAYA | WISATA
“Saya harapkan para pimpinan daerah Kabupaten dan Provinsi lebih bisa mensupport kreativitas teman-teman di sini, karena ini sudah terbukti, kreasi kali ini bisa memberikan warna baru untuk kesenian bahkan mereka mampu dan berhasil,”
Lapan6Online | Jakarta : Tari kecak perempuan pertama raih rekor MURI dari Kuta Banjar Segara Kuta Kabupaten Badung Provinsi Bali, merupakan prestasi yang mampu mengukir sejarah.
Tari Kecak Kontemporer Perempuan yang pertama kali tampil di pantai Jerman pada Jumat (26/11/2022) dengan tema “Perdamaian Dunia”, langsung meraih penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
Pasalnya, penampilan dari sebanyak 75 anggota Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dari Banjar Segara, Kuta yang semuanya perempuan mampu menjadi penari kecak perempuan yang pertama menorehkan prestasi untuk Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
Ini merupakan sejarah baru, pasalnya baru kali ini tari kecak dibawakan oleh sejumlah perempuan, dan langsung menorehkan prestasi dengan meraih rekor MURI.
Pada kesempatan itu, Eros Djarot selaku Budayawan yang mewakili dari pihak MURI memberikan piagam dan buku catatan rekor MURI kepada peserta dan penggagas tari kecak perempuan tersebut, yaitu Ni Luh Gede Sri Mediastuti.SE. dan sekaligus mengalungkan medali penghargaan dari MURI kepada pelatih, Dr. I Gusti Made Darma Putra, S.Sn., Msn.
Rekor MURI
Pada saat yang bersamaan, Budayawan senior Eros Djarot, juga menyampaikan pesan dan salam hangat dari Jaya Suprana selaku pendiri MURI dan salam dari CEO MURI, Aylawati Sarwono.
“Teman-teman yang ada di Banjar Segara, Kuta khususnya warga Bali, mendapatkan salam hangat dari bapak Jaya Suprana selaku pendiri MURI dan CEO MURI Aylawati Sarwono, mereka bangga dengan karya kebudayaan bangsa Indonesia dimana para perempuan ikut berperan aktif dan menciptakan tarian kecak yang inovatif dan kreatif ini,” ujar Eros.
Diterangkan Eros, ke dua tokoh MURI ini sangat bangga dan mengapresiasi atas penampilan kesenian baru ini.
Menurutnya, walaupun keseniannya mungkin secara fundamental sudah lama, akan tetapi ini yang pertama kali dibawakan dengan kreasi oleh 75 perempuan semua.
Eros berharap, para perempuan di Bali tetap semangat dalam berkreasi dan harus bangkit dalam turut serta mewarnai kesenian dan budaya di Indonesia.
“Saya harapkan para pimpinan daerah Kabupaten dan Provinsi lebih bisa mensupport kreativitas teman-teman di sini, karena ini sudah terbukti, kreasi kali ini bisa memberikan warna baru untuk kesenian bahkan mereka mampu dan berhasil,” terangnya.
Dikatakannya, pertunjukan ini membuat kita semua merasa bersyukur karena mampu menciptakan prestasi yang sudah diukir oleh dunia, rakyat Indonesia sangat bangga telah menyaksikan bahwa di tanah ini, di pantai Jerman ini, perempuan Indonesia mampu menorehkan sejarah melalui kreasi yang sudah sangat jelas dari sebuah kesenian lama tapi karya inovasi membentuk kesenian baru.
Sementara, penggagas tarian kecak, Ni Luh Gede Sri Mediastuti.SE menyampaikan, inovasi karya seni yang baru pertama kali ditampilkan ini, merupakan tantangan baru, ternyata meskipun pesertanya semua perempuan, ternyata perempuan juga mampu menari kecak.
“Ini yang jadi pertama kali, dan meskipun memberikan kami tantangan baru, karena ini adalah masalah gender, di mana perempuan bisa menari kecak, dan ternyata bukan hanya laki- laki saja yang bisa. Kami ucapkan terima kasih kepada ibu PKK yang telah bekerja keras untuk torehan prestasi ini, walaupun ini terjadi dari pikiran saya. Namun berkat kita semua dalam kebersamaan yang terus berusaha dan belajar dalam menginovasikan karya seni, makanya karya yang tercipta karena perempuan ini tampil dan langsung menorehkan sejarah,” terang Ni Luh Gede Sri.
Menurut Ni Luh Gede Sri, Tari Kecak Perempuan inovatif ini mereka persembahkan untuk pesan perdamaian dunia. Karena, kita tahu perempuan juga memiliki peran yang sangat besar untuk perdamaian dunia.
“Saya sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pak Eros Djarot yang sudah berperan aktif untuk membicarakan kesenian tari kecak perempuan ke pihak MURI, bagian telah pula ikut memaparkan kesenian ini selama kurang lebih dari 5 jam di kantor MURI Jakarta,” terang Ni Lu Gede Sri mengakhiri. (*Kop/Zoelnasti/MasTe/Lpn6)