Nah, PSI Tak Garang Lagi Kritik Soal Banjir? Dulu Anies Disalahkan, Kini Giliran Tata Ruang

0
7

POLITIK | MEGAPOLITAN

“Selama ini banyak daerah pemukiman yang seringkali tergenang, karena jaringan pembuangannya ke sungai utama terhambat, atau bahkan tertutup. Sehingga genangan air terkurung tanpa dapat dialirkan, sementara daya resap tanah sangat terbatas,”

Lapan6Online | Jakarta : Selama lima tahun Anies Baswedan menjabat Gubernur DKI Jakarta, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dikenal sangat rajin mengkritik penanganan banjir di ibukota.

Namun sikap yang berbeda 180 derajat ditunjukkan PSI saat Pemprov DKI dipimpin Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.

Terlihat saat banjir merendam ibukota selama dua hari terakhir, anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PSI, Justin Adrian Untayana, justru menyalahkan tata ruang.

“Hampir seluruh permasalahan yang ada di Jakarta termasuk banjir, macet, timbunan sampah, ruang terbuka hijau, air bersih, dan lain sebagainya disebabkan oleh tata ruang buruk yang telah diwariskan sekian lama,” kata Justin seperti dikutip dilaman redaksi Kantor Berita RMOLJakarta, pada Rabu (1/3/2023).

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, genangan banjir terjadi di 5 ruas jalan dan 104 RT. Adapun wilayah paling parah adalah di Jakarta Timur sebanyak 57 RT. Bahkan di kawasan pemukiman Kampung Melayu dan Bidara Cina, banjir mencapai ketinggian 1 meter.

Penataan pemukiman, lanjut anggota Komisi D DPRD DKI ini, harus dilakukan agar lebih terintegrasi dengan jaringan jalan, transportasi umum, serta utilitas seperti jaringan air dan listrik. Hal itu dinilai sangat penting untuk menciptakan pemukiman yang manusiawi dan berkecukupan fasilitas.

Justin menambahkan, dengan penataan tersebut, daerah aliran air dapat diperlebar melalui program normalisasi sungai. Serapan tanah juga dapat ditingkatkan dengan ruang terbuka hijau serta pembangunan jaringan tampung-alir air atau mikro drainase untuk mengalirkan air dari pemukiman ke sungai-sungai utama dapat dilakukan.

“Selama ini banyak daerah pemukiman yang seringkali tergenang, karena jaringan pembuangannya ke sungai utama terhambat, atau bahkan tertutup. Sehingga genangan air terkurung tanpa dapat dialirkan, sementara daya resap tanah sangat terbatas. Sehingga terjadi genangan yang membutuhkan waktu cukup lama untuk dapat surut,” kata Justin.

Selain itu, Justin menilai ada banyak pemukiman padat yang kontur tanahnya adalah cekungan, membuat air tidak dapat dialirkan. Sementara ketika akan dibuat rumah pompa, tidak tersedia lahan yang cukup akibat padatnya pemukiman.

“Hal ini adalah bukti nyata bahwa tata ruang kita sangat buruk sehingga harus dibenahi,” jelasnya.

“Oleh karena itu penataan pemukiman juga harus menjadi prioritas pembenahan bilamana kita ingin melindungi warga Jakarta dari musibah yang akan terus mengintai,” demikian Justin. (*rmol/bm/red)

*Sumber : RMOL.id