KOMANDO | NUSANTARA
“Penegakan hukum akan dilakukan karena tindak kekerasan yang dilakukan Egianus sudah tercatat cukup banyak. Bahkan, ada korban yang sampai meninggal dunia,”
Papua | Lapan6Online : Komandan Korem 172/PWY Wamena, Brigjen TNI JO Sembiring meminta Egianus Kogoya segera membebaskan Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens yang saat ini masih disandera.
“Masih ada kesempatan bagi Egianus untuk menyerahkan pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru itu yang ditawan sejak tanggal 7 Pebruari lalu, sesaat setelah mendaratkan pesawatnya di lapangan terbang Paro, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Tengah,” kata JO Sembiring seperti dutip dari Antara di Jayapura, pada Sabtu (18/03/2023).
“Egianus juga diminta untuk menyerahkan diri karena sudah masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) Polda Papua karena tindak kekerasan yang dilakukannya kepada warga sipil,” katanya.
Ia mengatakan jika Egianus menyerahkan diri maka polisi akan memproses hukum terkait beberapa kasus kriminal yang dilakukannya.
Bila tidak segera menyerahkan diri maka aparat keamanan akan melakukan penegakan hukum secara terukur sesuai standar operasi prosedur (SOP).
“Penegakan hukum akan dilakukan karena tindak kekerasan yang dilakukan Egianus sudah tercatat cukup banyak. Bahkan, ada korban yang sampai meninggal dunia,” kata JO Sembiring.
Ketika ditanya sejauh mana upaya pencarian pilot berkebangsaan Selandia Baru, Bang JO panggilan akrabnya mengaku sudah ada titik terang dan diharapkan dapat segera dibebaskan.
“Mudah-mudahan pilot Susi Air dapat segera dibebaskan,” harap Danrem.
Terbang ke Daerah Rawan
Dalam kesempatan lain, Komandan Korem 172/PWY Brigjen TNI JO Sembiring mengakui, saat ini ada pilot yang terbang ke daerah rawan tanpa koordinasi terlebih dahulu.
“Masih banyak yang terbang dan nyelonong ke daerah yang tidak aman dan itu sedang dicermati,” kata Brigjen TNI JO Sembiring di Jayapura, pada Minggu (19/03/2023).
Dijelaskan, pihaknya mengajak seluruh maskapai agar menginformasikan rencana terbangnya sehingga bila ada informasi terkait keamanan di wilayah yang akan dituju dapat diinformasikan.
Hampir di setiap bandara ada Kadis Ops dan Paskhas serta Polri dan itu terkoneksi sehingga bila ada perkembangan di suatu wilayah dapat segera diketahui.
“Jangan bermain api,” harap Sembiring seraya menambahkan saat ini pihaknya masih menyelidikinya dan diharapkan bila ingin terbang ke suatu wilayah dapat menginformasikan terlebih dahulu.
Masyarakat di kawasan Pegunungan Papua sangat membutuhkan layanan penerbangan termasuk penerbangan perintis sehingga dengan adanya sejumlah aksi teror menyebabkan merekalah yang akan mengalami keterbatasan baik pengiriman logistik maupun lainnya.
Karena itu diharapkan masyarakat berani melaporkan bila terjadi sesuatu dengan menggunakan SSB yang ada di kampungnya sehingga dapat segera diambil tindakan.
“Penerbangan khususnya perintis sangat membantu masyarakat di Papua terutama di pegunungan,” kata Danrem 172/PWY Brigjen TNI JO Sembiring.
Tembaki Pesawat
Ketua Ikatan Pilot Indonesia (IPI) Capten Rama Noya secara terpisah mengakui, sejak Januari tercatat empat kasus gangguan keamanan yang menimpa dunia penerbangan di Papua.
Gangguan keamanan pertama terjadi tanggal 9 Januari yang dialami pesawat Caravan PK-HVV milik PT. Ikaros yang ditembak saat akan mendarat di Bandara Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang.
Kemudian tanggal 7 Pebruari pesawat Pilatus PC-6 dengan nomor penerbangan PK-BVY milik Susi Air dibakar sesaat setelah mendarat di lapangan terbang Paro, Kabupaten Nduga, dan pilotnya Capt. Philip Martenz disandera hingga kini.
Tanggal 7 Maret pesawat cargo milik PT. Smart Aviation dan Pesawat PT. Daby Air ditembaki di Bandara Biloral, Intan Jaya sehingga kedua pesawat melakukan go around dan gagal mendarat.
Kemudian tanggal 11 Maret pesawat penumpang milik PT. Trigana Air-type B737-500, PK- YSC ditembak saat melakukan tinggal landas dari bandara Nop Goliat, Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan hingga mengakibatkan lubang di bagian bawah badan pesawat.
“IPI berharap seluruh semua pihak menjaga dan melindungi pilot dan penerbangan sipil di Papua dari gangguan keamanan, ” harap Capt. Rama Nayo. (*Ant/Cnn/Kop/MasTe/Lpn6)