“Forum forum tersebut muncul sebagai reaksi dan peduli terhadap terjadinya peristiwa pembunuhan tiga orang Melayu oleh sekelompok orang di Parit Setia Kecamatan Jawai pada 1 Syawal,”
Kalimantan Barar l Lapan6Online : Lahirnya Persatuan Forum Komunikasi Pemuda Melayu disingkat PFKPM tidak terlepas dari peristiwa Tragedi Parit Setia Berdarah 1 Syawal 1419 H bertepatan tanggal 19 Januari tahun 1999 dengan terbunuhnya tiga orang Melayu dalam tragedi penyerangan oleh sekelompok warga.
Tiga hari setelah kejadian itu, beberapa kerabat kerajaan dipimpin Raja Sambas datang ke Parit Setia Jawai.
Dengan kehadiran sultan Sambas lalu masih dalam suasana lebaran idul Fitri hari ke dua beberapa tokoh Melayu antara lain Abangda :
Sumardi Saemon wartawan senior asal Jawai (Pimred Media Mediator Singkawang)
Effendi Mj guru asal Semelagi Besar Hilir, Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas
Drs H. Aspia H Siraj asal Sempalai, (Mantan Anggota DPRD Sambas)
Mereka bertiga berinisiatif menghadap Long Zulkarnain Bujang tokoh Sambas di Singkawang, untuk menindaklanjuti kunjungan Sultan. Beberapa hari kemudian ada 11 elemen Melayu datang berkumpul di Kota Singkawang untuk membentuk wadah Silaturahmi Puak Melayu. Wadah tersebut disepakati Forum Komunikasi Pemuda Melayu (FKPM) Kalimantan Barat di Singkawang.
Pada awalnya tim 11 FKPM ini dibentuk dalam rangka menyatukan Pemuda Melayu Kabupaten Sambas pasca kerusuhan Sambas awal tahun 1999.
FKPM ini dibentuk di rumah kediaman Zulkarnain Bujang Jalan Merpati Nomor 86 Singkawang pada tanggal, 26 Januari 1999. Tanggal ini ditetapkan sebagai hari jadi FKPM.
Selain tim 11, ada lagi satu tim Akademisi yang digagas oleh R. Hartoyo, SH mengumpulkan pemuda dan akademisi Melayu di STIH Singkawang.
Pada waktu pertemuan di kampus STIH tersebut hadir Dolly Matondang pensiunan tentara perwakilan suku Batak berpidato dengan lantang
“TAKKAN MELAYU HILANG DI TELAN ZAMAN”
Slogan inilah yang menjadi dasar Tim Formatur (Asyari SH., Hamdi, Ir Idhar Salim, Uray Anjar Budiman SH, dan Uray Yunadi Narapalana).
Rapat formatur di toko Nalaprana jl Alianjang Singkawang. Formatur ini berhasil membuat mukadimah AD ART Forum Melayu dan menunjuk saudara M. Jamras Al Jawai menjadi ketua, dan Uray Anjar Budiman menjadi sekretaris pengurus FKPM pertama.
Forum forum tersebut muncul sebagai reaksi dan peduli terhadap terjadinya peristiwa pembunuhan tiga orang Melayu oleh sekelompok orang di Parit Setia Kecamatan Jawai pada 1 Syawal atau lebih dikenal dengan sebutan Peristiwa Parit Setia Berdarah bulan Januari 1999.
Forum forum dan perkumpulan ini berhasil memompa semangat persatuan dan solidaritas orang Melayu Sambas yang ada di beberapa daerah di KalBar.
FKPM dibentuk oleh tim sebelas (tim 11) di Singkawang.
Disebut tim sebelas karena yang membidani dan menginisiasi berdirinya FKPM ketika itu terdiri dari sebelas orang tokoh Melayu. Mereka antara lain;
1. Zulkarnain Bujang (Ketua merangkap anggota)
2. Drs. Djaili Idris (Sekretaris merangkap anggota)
3. Uray Yunadi Nalaprana, SH (Anggota)
4. Rustam Effendi, D (Anggota)
5. Drs. Asvia HM Siradj (Anggota)
6. Sulaiman Maidin (Anggota)
7. Drs. Sanusi H. Koko (Anggota)
8. Sumardi (Anggota)
9. M. Jamras (Anggota)
10. Effendi, MJ (Anggota)
11. Usmayadi (Anggota)
Jadi elemen yang peduli dengan peristiwa Parit Setia Berdarah 1 Syawal 1419 H antara lain;
1. Kerabat Keraton
2. Tim 11 ( FKPM)
3. Tim Akademisi ( Hartoyo).
4. Forum serupa yang muncul di beberapa daerah di luar Sambas.
FKPM kemudian muncul dan berkembang dibeberapa daerah seperti di Sambas, Kabupaten Pontianak (Mempawah), Ketapang, Sintang, Sanggau. Munculnya FKPM di beberapa daerah tersebut sekedar untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya peristiwa serupa seperti yang terjadi di Kabupaten Sambas.
FKPM Kota Singkawang diketuai oleh M. Jamras Al Jawai. FKPM Sambas diketuai oleh H. Rabuli. FKPM Kabupaten Pontianak (Mempawah) dipimpin oleh Husni Thamrin. Sementara FKPM Kota Pontianak di ketuai oleh Ir Ali Asmadi.
Tujuan FKPM dibentuk antara lain untuk mempersatukan puak Melayu, sehingga diharapkan forum tersebut dapat menjadi perekat dan pemersatu puak Melayu di manapun berada.
FKPM awalnya terbentuk oleh karena ada semangat bersama untuk membela dan melindungi puak Melayu, untuk mengantisipasi kejadian serupa di Kabupaten Sambas, maka pasca kerusuhan Sambas, tahun 1999 dibentuk lah dan dideklarasikan Persatuan Pemuda Melayu (PPM) KalBar.
Ato’ Ismail sebagai Ketua umum PPM Kalbar. PPM Kota dipimpin oleh Ir Ali Asmadi. PPM Kabupaten Pontianak diketuai oleh Husni Thamrin.
Sebelum terbentuknya FKPM sudah ada forum serupa, seperti Persatuan Pemuda Melayu (PPM) Kota Pontianak yang diketuai oleh Ir Ali Asmadi.
PPM Kabupaten Pontianak dipimpin oleh Husni Thamrin. Mereka menjabat di PPM masing masing selama 8 tahun.
Selain PPM ada Lembaga Budaya Melayu (Lembayu) yang merupakan cikal bakal berdirinya Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) tahun 1997.
Namun lahirnya MABM sama sekali tidak terlibat secara langsung dalam proses mengatasi kerusuhan di Kabupaten Sambas tahun 1999.
Pasca konflik etnis pada tahun 1999, Persatuan puak MELAYU menemukan momentumnya.
Persatuan Forum Pemuda Melayu (PFKPM) merupakan proses meleburnya beberapa forum pemuda Melayu seperti FKPM, PPM dan Lembayu. Sejak Mubes I disepakati kata Persatuan Forum Komunikasi Pemuda Melayu (FKPM). Mengingat banyaknya forum Melayu pada waktu itu, maka melalui Musyawarah Besar (MUBES) pertama di Wisma Merdeka Pontianak tanggal 28 Nopember 1999 Kata Persatuan dalam Kata PFKPM resmi ditambah/dicantumkan.
SEJARAH KEPEMIMPINAN DPP PFKPM KALBAR
Sebelum Mubes pertama PFKPM Kalimantan Barat dilaksanakan, Ir H Ali Asmadi MT dipanggil ke Singkawang untuk mendapat mandat langsung dari alm Zulkarnaen Bujang dan Jamras disaksikan Asyari SH dan Idhar Salim, guna mempersiapkan pembentukan PFKPM. Surat mandat diketik oleh Idhar Salim di Apotek Singkawang. Setelah menerima mandat, Ir Ali Asmadi pulang ke Pontianak dan langsung bertemu Drs Syamsul Rizal untuk membentuk PFKPM Kalbar.
Dibentuklah kepanitiaan. Syamsul Rizal Sebagai ketua pelaksana (organizing committe), Ir Bambang Mulyadi, M.BA (Ketua IMPT Kec. Pontianak Barat) sebagai ketua steering commite. Ali Asmadi juga merancang logo atau Lambang PFKPM.
Dan hasil dari Mubes 1 PFKPM tersebut terpiliih Drs Samsul Rizal sebagai Ketua umum DPP PFKPM pertama. Sementara Ir Ali Asmadi MT ditunjuk sebagai Ketua PFKPM Kota Pontianak.
Periode pertama dari tahun 1999-2004 kepemimpinan PFKPM KalBar di pimpin oleh Drs H Samsul Rizal melalui Mubes I PFKPM di Pontianak.
Kemudian periode kedua dari tahun 2004 s/d 2009 melalui Mubes II di Pontianak (di Hotel Merpati) Ketua umum PFKPM KalBar dipercayakan kepada Edwin Rahadi, ST.
Sehubungan Kanda Edwin tersandung kasus hukum,maka melalui rapat pimpinan tahun 2006 di gedung Juang Pontianak dan dihadiri oleh 14 DPD PFKPM Kabupaten/Kota se Kalimantan Barat ditetapkan Ir Ali Asmadi sebagai PAW Ketua DPP PFKPM sampai tahun 2011.
Periode ketiga sejak tahun 2012 s/d 2017 kepemimpinan PFKPM KalBar dipercayakan kepada H. Firman Muntaco, SH,MH. melalui Mubes PFKPM ke III di Kota Singkawang.
Dan selanjutnya pada periode keempat melalui Mubes DPP PFKPM ke IV di Kota Pontianak tahun 2017, saudara Firman Muntaco ditetapkan kembali menjadi Ketua Umum PFKPM KalBar periode 2017 s/d 2022.
Sampai tahun 2019 kepengurusan DPP PFKPM meliputi 14 Kabupaten Kota di Kalimantan Barat dan ditambah 16 Pengurus Dewan Pimpinan Daerah di luar KalBar, meluputi DPD Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tengah.
Persaudaraan dan Persatuan puak MELAYU perlu terus dirajut dan dijunjung tiggi di atas kepentingan pribadi, golongan dan kelompok. Mengingat hal itu, dan besarnya populitas warga MELAYU serta kendala geografis sehingga komunikasi antar warga belum terjangkau secara maksimal, maka diperlukan suatu WADAH/FORUM penghubung antar masyarakat MELAYU yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara dan bahkan mancanegara.
Visi PFKPM
KOKOH MENJAGA MARWAH, BERSATU MERAIH KEJAYAAN PUAK MELAYU
Misi PFKPM
adalah Forum MELAYU BERSATU dan MELAYU BERHIDMAT guna MENCAPAI KEJAYAAN DAN KEMAKMURAN MELAYU.
Program Utama
1. Mengadvokasi warga Melayu yang memerlukan pendampingan hukum;
2. Garda terdepan dalam membela dan menjaga harkat martabat Marwah Melayu;
3. Memantapkan nilai-nilai kearifan lokal suku Melayu sebagai pemersatu antara puak Melayu;
4. Menggali dan menerapkan hukum adat Melayu bagi yang melanggar hukum adat.
5. Memanfaatkan sumber daya alam dan ekonomi untuk kemakmuran puak Melayu;
6. Menjadi mitra kerja pemerintah daerah dan pusat dalam proses pembelajaran nasional.
SEKELUMIT TENTANG SIAPA MELAYU
Bila ditinjau secara sosio-georafis, istilah Melayu tidak terbatas hanya pada masyarakat Melayu yang tinggal di Indonesia, melainkan juga mereka yang tinggal di Semenanjung Malaysia, Berunai, Thailand, Singapura dan Filipina. Meskipun mereka terpisah dalam beberapa sub-kelompok, para ahli bahasa dan budaya selalu menganggap mereka sebagai satu rumpun.
Dengan demikian tanah Melayu meliputi suatu daerah yang luas dan rakyatnya mewakili suatu suku bangsa yang besar di dunia. Orang-orang Melayu berdiri sebagai suatu bangsa sejak ribuan tahun yang lalu. Bukti adanya mereka, terlihat dari peninggalan sejarah purbakala, yang tertua di antaranya adalah kerangka manusia dan binatang serta kapak batu peninggalan jaman batu, terutama dari periode Mesolitik dan Neolitik 7.
Masyarakat Melayu mayoritas beragama Islam. Meskipun kepercayaan Hindu tersebar luas di bagian besar kepulauan Nusantara. Pengaruh Islam terhadap orang Melayu telah mendarah daging. Sejak mereka melepaskan kepercayaan animisme dan menerima Islam pada masa kerajaan Malaka, orang Melayu tidak pernah lagi beralih ke agama lain. Orang Melayu yang mencoba pindah agama (konversi), akan mendapat sanksi dan hukuman berat dari keluarga serta lingkungannya. Kenyataan bahwa tidak pernah terdengar pertikaian dalam keluarga atau lingkungan mengenai masalah ini, membuktikan bahwa bangsa Melayu memegang teguh kepercayaan Islamnya.
TAK KAN HILANG MELAYU DITELAN ZAMAN….(Hang Tuah)
Pontianak, 10 November 2022.
*Sumber :
Dr. H. Munawar M.Si
Dosen Senior IAIN Pontianak
Asli orang Jawai Kab Sambas Kalimantan Barat.
(*Hendra)