“Jangan bicara SDM yang hebat-hebat di Depok, tapi di sisi lain wilayahnya tidak dibenahi. Depok itu sudah sangat heterogen. Bonus demografi milenial dan Gen Z luar biasa, bahkan online shopnya termasuk yang sangat besar, tapi tidak ada pembinaan,”
Depok | JABAR | Lapan6Online : Jika terpilih menjadi Walikota Depok, Kaesang Pangarep diminta memberantas delapan tuyul yang gentayangan di Kota Depok. Pasalnya ‘tuyul-tuyul’ tersebut sangat meresahkan. Demikian dikatakan Jennifer Veronique selaku Koordinator Relawan Kaesang Pangarep, Depok Kaesang Menang (Sang Menang), di Joglo Nusantara, Sawangan, pada Minggu (02/07/2023).
Delapan “Tuyul” yang dimaksud Jennifer yaitu pelaku kekerasan seksual, sindikat prostitusi anak, tukang gusur sekolah, pembuat kebijakan intoleran, pemain program dan anggaran, perusak lingkungan, mafia tanah dan maling setu serta pengutip retribusi ilegal.
“Mas Kaesang harus memberantas semuanya saat menjadi Walikota Depok,” ujar Jennifer dalam diskusi publik bertajuk Menakar Komitmen Lingkungan Calon Walikota Depok Kaesang Pangarep: Kaesang Menang, Kembalikan Setu yang Hilang’.
Sementara itu Sandi Hanafia dari Yayasan Pohon Emas Nusantara (PENA Foundation), mengatakan bahwa delapan ‘Tuyul’ tersebut memang relevan dengan isu Depok saat ini.
“Di Depok kan sempat viral isu tuyul dan babi ngepet,” ucapnya.
Adapun terkait situ-situ yang menghilang, Sandi mengaku pernah menyikapi pengurukan Situ Gugur di Kelurahan Pasir Putih Sawangan, bahkan ada pula situ yang disulap menjadi perumahan.
“Dari 33 situ, yang masih eksisting dan aktif hanya 19 sampai dengan 20-an situ. Pada tahun 2020 Paripurna RTRW sampai sekarang belum ada turunannya. Dulu ada istilah, kalau dulu Depok banjir Jakarta kelelep, sekarang sudah sedengkul,” ujarnya.
Mengenai pemenuhan ruang terbuka hijau (RTH) yang seharusnya 30 persen, lanjut Sandi, saat ini baru ada 12,8 persen.
Menurutnya, Depok masih belum jelas apa yang mau dibenahi, apakah infrastruktur dulu atau suprastruktur terlebih dahulu. Jika infrastruktur yang pembangunan fisik, sedangkan suprastruktur di sistem dan sumber daya manusia (SDM) yang dibenahi.
“Jangan bicara SDM yang hebat-hebat di Depok, tapi di sisi lain wilayahnya tidak dibenahi. Depok itu sudah sangat heterogen. Bonus demografi milenial dan Gen Z luar biasa, bahkan online shopnya termasuk yang sangat besar, tapi tidak ada pembinaan,” ujarnya.
Relawan Gen Z Sang Menang, Ossama Ruzicka, menambahkan, bahwa anak muda di Depok cenderung apolitis karena adanya ketidaksesuaian harapan masyarakat dengan yang dikerjakan oleh pemerintah.
“Pemerintah Kota Depok harus mendengarkan masyarakat, namun masyarakat juga harus memahami adanya keterbatasan pemerintah, termasuk dari sisi anggaran,” katanya. (*D-tren/Kop/MasTe/Lpn6)