“Pemimpin negara Islam harus berupaya membatasi pelanggaran ini (pembakaran Al-Quran) dan pelanggaran terus menerus lainnya, yang meremehkan perasaan umat Islam di dunia dengan dalih kebebasan berpendapat dan berekspresi yang diizinkan oleh banyak pemerintah Barat,”
Lapan6Online : Pemimpin Islam Irak Sayyid Muqtada al-Sadr meminta pemerintahan Islam di seluruh dunia mengambil tindakan serius untuk berdiri dan mempertahankan kesucian Islam dan mendukung Al-Qur’an.
Dia juga menyerukan negara-negara Islam menuntut undang-undang hukum anti-Islam setara dengan undang-undang anti-Semitisme yang disahkan, diberlakukan, dan diterapkan oleh beberapa negara.
Seruan itu disampaikan pemimpin pergerakan atau Sadrist Movement Sayyid Muqtada al-Sadr di Irak, sebagaimana dilaporkan perwakilan Internasional SPRI Hussain Muhammad Naser Almslmawi dari Irak, pada Rabu (26/7/2023).
Pemimpin Islam Irak ini bersuara keras menyusul peristiwa pembakaran Al-Quran oleh politikus Denmark-Swedia, Rasmus Paludan yang merupakan Kepala Partai Politik Sayap Kanan Satrm Kurs. Rasmus membakar Al-Quran pada Sabtu (21/1/2023) lalu dalam aksi demonstrasinya di depan Kedutaan Besar Turki.
Sayyid Muqtada al-Sadr meminta pemimpin negara Islam menghukum terhadap siapa saja yang menyinggung atau mencoba menyinggung Islam dan kesuciannya.
“Pemimpin negara Islam harus berupaya membatasi pelanggaran ini (pembakaran Al-Quran) dan pelanggaran terus menerus lainnya, yang meremehkan perasaan umat Islam di dunia dengan dalih kebebasan berpendapat dan berekspresi yang diizinkan oleh banyak pemerintah Barat,” tandas Muqtada.
Ia juga menantikan sikap serius dari pemerintah negara-negara Islam dan Organisasi Konferensi Islam (OKI). Tuntutan pemimpin Al-Sadr, menurutnya, adalah tuntutan syariat dan undang-undang karena tindakan (pembakaran Al Qur’an) tersebut mengarah pada iri dan dendam.
Hal itu, lanjut Muqtada, terjadi di banyak negara untuk penghasutan dan disonansi masyarakat, sama seperti meremehkan dan mengabaikan keyakinan orang lain. Terutama merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hak asasi manusia. Dan setiap orang harus menghormati keyakinan orang lain tanpa kecuali berdasarkan asas kepercayaan pada apa yang dipercaya.
“Hormati apa yang saya pikirkan dan catatannya adalah dualisme. Dalam hal ini dianalogikan dengan hukum anti Islam dan homoseksual, yang digadang oleh mayoritas negara-negara Barat,” tuturnya.
Dia juga menegaskan bahwa seruan pemimpin Al-Sadr adalah panggilan untuk mendukung Al-Qur’an saja dan bukan panggilan untuk hal lain sebagaimana yang dipikirkan sebagian orang.
Dia juga menyerukan demonstrasi damai berkekuatan sejuta umat di hari Jumat depan di Irak untuk mendukung Al-Qur’an. Untuk diketahui, bahwa pemimpin al-Sadr dan para pengikutnya melindungi orang-orang yang berasal dari sekte dan berbagai macam agama di Irak selama perang melawan terorisme. (*Hussein/Red)