Bunuh Diri Marak Akibat Sistem Kehidupan Yang Rusak

0
48
Meilani Afifah/Foto : Ist.

OPINI | POLITIK

“Tidak dipungkiri persoalan masyarakat yang kompleks hari ini turut menambah beban berat masyarakat dalam menjalani kehidupan,”

Oleh : Meilani Afifah

FENOMENA bunuh diri kian marak terjadi di Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara. Data dari tahun 2023 sudah ada 6 orang warga yg ditemukan tewas gantung diri dengan berbagai macam sebab dan beragam usia. Mulai dari remaja hingga dewasa.

Data yang dikutip dari waspada.id (25/12/2023) dalam sebulan ada 3 nyawa yang melayang di Serdang Bedagai. Pertama adalah seorang wanita yang bunuh diri akibat gagal menyusul suami dan orangtuanya yang bekerja menjadi TKI di Malaysia. Kedua, seorang pengusaha rental mobil yang tewas gantung diri di rumahnya akibat stres karena mobil usahanya tidak dikembalikan.

Terakhir ada kakek berusia 72 tahun yang nekat bunuh diri di kandang ayam miliknya.

Banyaknya fenomena bunuh diri tersebut semakin meresahkan karena tanpa solusi dan yang lebih fatal seolah hal ini dianggap biasa dan akan terjadi lebih banyak lagi di tahun-tahun berikutnya.

Bunuh diri terjadi diawali dari depresi akibat persoalan hidup yang tak kunjung selesai, ditambah dengan rapuhnya mental umat hari ini. Ada yang akhirnya mengambil keputusan dengan jalan pintas dan instan sehingga pilihan bunuh diri adalah hal yang lumrah. Tidak dipungkiri persoalan masyarakat yang kompleks hari ini turut menambah beban berat masyarakat dalam menjalani kehidupan. Dari segala sudut masyarakat ditantang untuk dipaksa kuat dan survive.

Namun lemahnya mental dan pemahaman akidah yang rapuh membuat sebagian masyarakat mudah menyerah dan tidak sedikit memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Semua ini akibat serangan pemahaman barat dengan penerapan sistem kapitalisme sekularisme, yang menjadikan masyarakat memandang standar kebahagiaan hidup tertinggi hanya pada segala hal yang bersifat materi dan jasmani. Seperti harta yang melimpah, jabatan, popularitas dan lainnya sehingga mereka berlomba-lomba untuk bisa mendapatkannya dengan berbagai cara.

Namun ketika gagal putus asa dan depresipun tak terhindarkan. Kapitalisme sekuler adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan sehingga hari ini masyarakat kehilangan jati dirinya yang sesungguhnya sebagai hamba Allah SWT.

Muslim seharusnya menjadikan standar perbuatannya adalah halal haram, sedang standar kebahagiaan hidupnya adalah dengan meraih Ridha Allah SWT. Namun justru masyarakat semakin jauh dari Islam, mereka menjalani kehidupan sesuka hati sesuai keinginan hawa nafsunya. Ketika ada persoalan hidup tidak mengaitkan dengan pemahaman hidup yang benar sehingga maksiat dan dosa tidak terelakkan.

Negara sebagai pelindung dan pengurus urusan umat juga telah gagal menyejahterakan, mengayomi rakyatnya dan memjadikan rakyatnya menjadi hamba Allah SWT yang beriman dan bertakwa. Justru negara malah menerapkan sistem kapitalisme sekuler yg menjadi sumber penyebab persoalan, menjauhkan umat dari pemahaman yang benar tentang kehidupan. Solusi tuntas persoalan bunuh diri hanya dengan kembali kepada aturan Islam yang berasal dari Rabb pencipta alam yakni Allah SWT.

Selain itu negara sebagai pengurus dan penanggung jawab urusan umat harusnya menjamin rakyatnya hidup sejahtera, aman dan tentram. Negara juga seharusnya mendidik rakyatnya agar memahami jati diri mereka sebagai hamba Allah SWT. Sehingga kaum muslimin menjadi manusia yang taat, bertakwa dan menjauhi maksiat.. Wallahu a’lam bi asshowab. (*)

*Penulis Adalah Ibu Rumah Tangga