OPINI | POLITIK
“Sayangnya, pada masa kini laki-laki tidak dibentuk menjadi laki-laki sejati. Ada beberapa faktor menjadi penyebabnya,”
Oleh : Nidya Lassari Nusantara
SADIS! Kasus ayah membunuh anak kembali terjadi. Berita terkini, seorang ayah di Jagakarsa Jakarta membunuh empat anaknya. Kasus ayah bunuh anak kini kerap terjadi. Sebelumnya juga sudah terjadi kasus ayah membunuh anak.
Seorang ayah di Gresik bernama Muhammad Qodad Afalul tega membunuh putrinya yang berusia 9 tahun dengan 24 tusukan. Kasus kesadisan ayah membunuh anaknya sudah beberapa kali terjadi tahun ini.
Sebelum kasus ayah membunuh anak di Gresik, awal 2023 dibuka dengan kasus ayah di Sumbar yang membunuh anaknya. Kemudian di Soppeng juga ada kasus ayah menggorok anaknya. Tak sampai di situ, kasus ayah membunuh anaknya juga terjadi di Pemalang, Jawa Tengah, dan Sorong, Papua. (Detiknews/1 mei 2023)
Kapitalisme Gagal Menjaga Kewarasan Ayah
Menjadi laki-laki berarti menjadi suami yang bertanggung jawab, menjadi ayah yang melindungi keluarga dan banyak lagi. Sayangnya, pada masa kini laki-laki tidak dibentuk menjadi laki-laki sejati. Ada beberapa faktor menjadi penyebabnya. Mulai dari pola asuh orang tua yang salah sampai pola aturan negara yang berakibat malapetaka.
Pola asuh orangtua yang salah mengakibatkan lahirnya laki-laki tak berkarakter laki-laki. Bila menjadi kepala rumah tangga menjadi suami yang bertangan besi. Bila menjadi ayah, menjadi ayah yang mudah stres, panik dan tidak mampu berfikir menggunakan akal sehat.
Negara dengan pola aturan yang salah menambah petaka karena mengadopsi ideologi kapitalisme yang berorientasi pada materi. Sehingga manusia berlomba-lomba dan berusaha keras demi memenuhi kepuasan materi agar hidup bahagia. Akhirnya, peran utama seorang ayah tergerus disebabkan negara tidak mampu memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya.
Kebutuhan pokok yang seharusnya dipenuhi atau dimudahkan pemenuhannya oleh negara, nyatanya tak mampu diberikan. Banyak ayah yang menganggur. Bilapun bekerja, waktunya habis untuk bekerja sehingga mengabaikan tugasnya menjadi pemimpin rumah tangga yang wajib mendampingi istri mengurusi anak dan memperhatikan tumbuh kembang anak.
Kebersamaan dengan keluarga yang berkualitas penuh kehangatan tidak tercipta. Keadaan semakin hancur, negara ini juga memiliki sistem sekularisme yang memisahkan agama dari urusan negara menjadikan masalah keimanan dan akidah tak diurus oleh negara, melainkan diserahkan kepada masing-masing individu. Terciptalah keluarga minim agama.
Islam Menjaga Kewarasan Ayah
Islam adalah agama yang tidak hanya mengatur hubungan hamba dengan Tuhan. Islam juga memiliki aturan yang sempurna mulai dari pribadi, masyarakat sampai negara. Islam sangat memperhatikan ketakwaan setiap hambanya. Dalam islam peran ayah tidak terbentuk begitu saja. Peran ayah dimulai dari masa buaian. Masa dimana orang tua sebagai contoh pertama anak-anaknya.
Islam sangat memahami butuh banyak kesiapan untuk menjadi seorang ayah, mulai dari ilmu, mental sampai ekonomi. Maka sedari kecil anak laki-laki sudah dididik dengan pola asuh yang benar. Ibu sebagai madrasah pertama dan ayah sebagai kepala sekolah. Tugas ayah memimpin, menentukan kurikulum keluarga sesuai Al-Qur’an dan hadis. Ayah berkewajiban mengevaluasi apakah visi-misi keluarga bisa terwujud sesuai syariat.
Sehingga terbentuklah karakter ayah ideal.
Lingkungan juga berperan penting. Rasulullah menjadi contoh sosok ayah ideal untuk semua anak. Rasul saw. mencontohkannya. Beliau mengucapkan salam terlebih dulu saat lewat di hadapan anak-anak. Rasulullah saw. bahkan ikut bermain, berbagi makanan, mencium, dan menggendong anak-anak.
Dikisahkan oleh Ibnu Umar, sebagaimana riwayat Bukhari, Rasulullah saw. sedang bersama sekelompok orang dewasa. Di tempat yang sama, ada juga Ibnu Umar yang kala itu masih anak-anak. Nabi saw. lantas mengajak mereka, termasuk Ibnu Umar, untuk bermain tebak-tebakan.
Negara sebagai pengurus utama rakyat wajib memberikan pemenuhan kebutuhan berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan bagi setiap anak laki-laki.
Penerapan sistem pendidikan Islam berkualitas dan bebas biaya. Sistem pendidikan Islam mampu membentuk individu berkepribadian Islam dan berakhlak mulia. Karakter yang seharusnya dimiliki seorang ayah. Menjadi ayah ideal. Memiliki ayah ideal adalah keinginan setiap manusia. Maka sudah saatnya menerapkan aturan ideal yang sudah di terapkan Rasulullah. Wallahualam bishawab. (*)
*Penulis Adalah Aktivis Dakwah