PERISTIWA
“19 Maret atau sembilan hari dari gejala pertama itu baru dia periksa ke dokter dengan keluhan mual, muntah dan capek. Terus dibawa ke Puskesmas Gondangrejo, Karanganyar. Karena ruangannya penuh pulang dia tidak jadi dirawat,”
Lapan6Online : Leptospirosis merenggut nyawa warga Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah yang berinisial KS (57) berjenis kelamin laki-laki meninggal usai menjalani perawatan sendiri di rumahnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Puji Astuti mengatakan temuan kasus leptospirosis ini bermula pada 10 Maret 2024 ketika itu KS mengalami sakit demam, diare dan sakit kepala. Namun KS hanya menjalani perawatan di rumah.
“Yang bersangkutan sudah mulai sakit demam, pusing, diare. Tapi beli obat sendiri di apotek,” kata Puji, seperti dikutip dari laman redaksi Inilahjateng, pada Senin (25/3/2024).
Setelah mengonsumsi obat apotek, KS yang merupakan seorang petani kembali sehat. Namun pada 15 Maret 2024, KS kembali jatuh sakit dan mengeluh seluruh badannya sakit semua dan kembali mengonsumsi obat sendiri.
“19 Maret atau sembilan hari dari gejala pertama itu baru dia periksa ke dokter dengan keluhan mual, muntah dan capek. Terus dibawa ke Puskesmas Gondangrejo, Karanganyar. Karena ruangannya penuh pulang dia tidak jadi dirawat,” terangnya.
Karena kondisi tersebut, keluarga KS akhirnya mengundang dokter dari klinik untuk datang ke rumahnya. Pihak dokter klinik menyarankan agar KS dirujuk ke rumah sakit.
KS akhirnya dibawa ke rumah sakit di Solo untuk menjalani perawatan pada 20 Maret 2024. Kemudian pada 21 Maret 2024 KS dinyatakan meninggal dunia.
“Jadi tanggal 20 Maret masuk rumah sakit. Tanggal 21 Maret pasien henti jantung, henti napas jam 2 lebih 11 menit. Jadi kami mengetahuinya setelah ada pelaporan kematian itu dari puskemas,” ucapnya.
Puji menyebut, KS dirujuk ke rumah sakit di Solo tanpa melalui puskesmas di Boyolali. Sehingga pihaknya baru mengetahui warganya terjangkit leptospirosis dari rumah sakit.
“Ini menurut hasilnya kalau yang dari kita terima, leptospirosis,” bebernya.
Kematian KS merupakan kasus kedua leptospirosis di wilayah Boyolali pada tahun 2024. Hanya saja untuk kasus pertama pasien kembali pulih.
Sementara itu, berdasarkan data kasus liptospiroris di Boyolali pada tahun 2022 ditemukan ada 17 kasus dengan angka kematian tiga. Kemudian tahun 2023 ada 15 kasus dengan kematian empat. (*inilah/red)
*Sumber : Inilah.com