Ngeri! Potensi Bahaya Sampah 58.000 Ton Selama Mudik & Lebaran 2024

0
13
Duo Pasangan Imam Pesuwaryantoro dan Anjar Ningtias Peduli Sampah/Foto : Ist.

MEGAPOLITAN

“Peran pemerintah agar bertindak tegas dalam menjalankan skema insentif dan punishment. Terutama bagi seluruh stakeholders yang telah berkomitmen melakukan gaya hidup pilah sampah, dari rumah hingga menjalankan Program Ekonomi Sirkular,”

Jakarta | Lapan6Online : Seluruh warga muslim sedunia ikut merayakan momen penting merayakan Idul Fitri, 10 April 2024 mendatang (1 Syawal 1445 Hijriah), setelah 30 hari berpuasa ramadhan.

Tentu perayaan ini akan melahirkan sampah-sampah yang sangat banyak. Bagaimana caranya kita peduli pada sampah yang menjadi limbah dan bahan beracun berbahaya? Berikut pesan moral dan ajakan dari duo pasangan Imam Pesuwaryantoro dan Anjar Ningtias untuk peduli pada sampah.

Menurut Imam Pesuwaryantoro ditemani istrinya Anjar Ningtias, berdasarkan informasi

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, diperkirakan periode mudik dan Lebaran 2024 berpotensi menghasilkan sampah hingga 58.000 ton.

“Setiap kepala daerah diimbau untuk memperkuat partisipasi publik dalam mengurangi sampah melalui pelaksanaan program Mudik dan Lebaran Minim Sampah. Jadi kita harus segera mengelolanya dengan baik dan aman bagi masyarakat,” kata Imam Pesuwaryantoro kepada media, pada Selasa (9/4/2024) di Jakarta.

Kata Imam sapaan akrabnya, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati menyampaikan, hasil survei angkutan Lebaran 2024 menunjukkan terdapat sekitar 193,6 juta orang yang akan melakukan mudik tahun ini.

Mayoritas pemudik melakukan perjalanan dari Jakarta menuju sejumlah daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sehingga, potensi timbulan sampah yang dihasilkan ini mencapai 58 juta kilogram atau 58.000 ton.

“Potensi ini dihitung atau diperkirakan untuk jangka waktu dua minggu dari arus mudik hingga arus balik,” ucap Imam meneruskan pesan apa yang disampaikan Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati.

Kata dia, tidak hanya sekedar aktifitas ibadah bulan puasa, pada momen ramadhan 2024 kali ini, tiap kita sebagai warga negara atau produsen makanan skala rumah tangga setidaknya akan menghasilkan jutaan jejak karbon berupa sampah organik berupa “food waste”.

Bahkan juga sampah anorganik berupa “air minum dalam kemasan”. Penanganan sampah di bulan ramadhan perlu dilakukan secara cermat dengan memilah sampah sesuai jenis.

“Untuk penanganan sampah makanan biasakan untuk dipilah melalui trashbag warna kuning (opsional). Sedangkan untuk sampah anorganik seperti air minum dalam kemasan bisa disetorkan langsung ke RVM / Dropbox Plasticpay atau Bank Sampah RT RW terdekat,” jelasnya.

Lanjutnya lagi, pemilahan sampah organik yang optimal menjadikan opsi untuk dijadikan material berupa absorbent. Seperti kandungan sintesis organik berupa senyawa silika yang dapat di-dopped dengan materi zeolit.

Material silika yg berhasil di-dopped dengan materi zeolit akan dikreasikan menjadi penyerap emisi gas buang pada kendaraan bermotor seperti mobil, motor dan public transport.

“Tidak hanya itu, Prototipe Internet of Things (IoT) yang dikombinasikan pada materi absorbent silika dopped zeolit bisa menjadi opsi dan alternatif sebagai metodologi dalam pengukuran berapa banyak jejak karbon yang berhasil dikurangi,” terang Imam generasi muda milenial yang fokus di bidang pengolahan dan pengelolaan bank sampah ini.

Disisi lain kata dia, Prototipe Solusi end-to-end Program Carbon Neutral dapat dielaborasi dengan menciptakan Movement berupa Program Ekonomi Sirkular melalui Pemilahan Sampah di rumah.

“Untuk menciptakan Eco-Urban Farming Solusi Food Estate Skala Rumah Tangga seperti ini menggunakan Pupuk Kompos dari TPA Bantar Gebang, Bekasi. Dimana dengan komposisi Maggot 3 kg , bioaktivator EM4 60 ml, air bersih secukupnya,” tuturnya.

Adapun metode pembuatannya terbilang sangat mudah dan dapat diimplementasi skala rumah tangga diantara lain
⁃ Limbah Organik Food Waste serta Maggot dimasukkan kedalam ember
⁃ Gula merah dan Bio Aktivator berupa EM4 dilarutkan kedalam air bersih secukupnya.
⁃ Kemudian larutan gula merah dan EM4 dimasukkan ke dalam ember yang berisikan food waste serta maggot pada ember yang sudah diaduk.
⁃ Setelah itu diaduk semua bahan campuran hingga merata.
⁃ Pengadukan dilakukan secara 1 hari sekali selama 14 sd 28 hari dengan indikasi keberhasilan yaitu pupuk seperti tanah dan berwarna coklat.

Sementara itu Anjar Ningtias mengatakan, implementasi pupuk kompos yang berasal dari produksi sampah rumahan, setidaknya bisa ikut andil mengurangi jejak karbon dari terbuangnya sampah warga DKI Jakarta ke TPA Bantar Gebang Bekasi.

“Tidak hanya itu saja, area perkarangan rumah sekitar bisa jadi solusi alternatif media tanam tumbuhnya tumbuhan produktif seperti cabai rawit, kol serta aneka tumbuhan makanan lainnya,” katanya.

Menurut Anjar, kebijakan Manajemen Sampah berbasis Carbon Neutral perlu didukung melalui Law Enforcement berupa skema insentif dan punishment. Kenapa demikian? Karena manajemen sampah yang optimal dimulai dengan pemilahan sampah yang teratur di level RT dan RW.

“Nah untuk itu, peran pemerintah agar bertindak tegas dalam menjalankan skema insentif dan punishment. Terutama bagi seluruh stakeholders yang telah berkomitmen melakukan gaya hidup pilah sampah, dari rumah hingga menjalankan Program Ekonomi Sirkular,” tukasnya.

Oleh karena itu kata Anjar, mari bijak kelola sampah dari rumah dengan memilah sampah demi terciptanya akselerasi indonesia net zero emission 2050 dan indonesia emas 2045.

“Kalau mau Indonesia maju dan menuju Indonesia Emas 2045, ayo kita segara ciptakan akselerasi indonesia net zero emission 2050,” pungkas perempuan berhijab ini. (*Kop/MasTe/Lpn6)