Miris! Nyawa Melayang di Tangan Teman, Potret Sadis Generasi Saat Ini

0
51

OPINI

“Generasi lemah iman mudah terombang ambing dengan sistem rusak hari ini. Tidak mengherankan jika kita menyaksikan generasi lemah iman menjadi generasi yang lemah pula disegala aspek,”

Oleh : Selvi Safitri

SUNGGUH miris, kriminalitas makin marak terjadi akhir-akhir ini. Kondisi ini tentu membuat masyarakat miris. Betapa tidak, kriminalitas begitu merebak dimasyarakat.

Bagaimana perasaan orang tua yang mengetahui anak perempuannya telah tiada, apalagi menjadi korban pembunuhan teman sebaya? Wanita yang sedang berada diusia remaja dihabisi oleh teman prianya. Apa yang salah hingga terjadi kejadian seperti ini ?

Kapolsek Medan Barat Kompol Rosa Pilang mengungkap pria bernama Ridho membunuh teman wanitanya yang bernama Melani di rumah kosong di Kompleks Pondok Surya, Kota Medan. Pelaku mengaku sedang mengonsumsi sabu-sabu ketika sedang melakukan kejahatan tersebut. Namun motif pelaku masih diselidiki oleh pihak kepolisian. ( detikSumut, 25 April 2024 ).

Kalau melihat kebelakang, sebenarnya sudah banyak kasus sejenis dan serupa. Mirisnya, berbagai kebijakan yang ada seakan tidak mampu menghentikan munculnya kasus serupa. Kalau kita lihat pada liputan6.com, penelitian yang dilakukan oleh Reckitt Benckiser di Indonesia terhadap 500 remaja di lima kota besar di Indonesia menemukan remaja korban narkoba mencapai 1,1 juta atau 3,9%. Data tersebut diambil pada tahun 2008, dengan mengambil sampel di 33 provinsi di Indonesia.

Kalau kita lihat pada pusiknas.polri.go.id data pelajar dan mahasiswa yang terlibat kasus pembunuhan yang didapat dari e-MP Robinopsnal Bareskrim Polri yang diakses pada kamis 10 November 2022. Data pada Januari sampai Oktober 2022 itu menunjukkan kepolisian menindak 472 pelapor terkait kasus pembunuhan dan kejahatan terhadap jiwa. Sebanyak 4,2 persen dari jumlah pelapor teridentifikasi sebagai pelajar dan mahasiswa.

Perilaku sadis generasi muda saat ini bukan tanpa alasan. Ada sebab pasti generasi hari ini mudah melakukan tindakan kriminal, dekat dengan aksi kekerasan, dan menjadi pelaku kejahatan.

Pertama, kehidupan sekuler yang menjauhkan aturan agama dari kehidupan adalah biang dari segala masalah generasi. Kurikulum pendidikan yang meminggirkan islam sebagai pedoman hidup tidak akan pernah menghasilkan generasi yang kuat iman.

Sekalipun ada sekolah berbasis islam, faktanya juga tidak bisa mencegah gempuran gaya hidup dan pemikiran sekuler yang sudah membudaya dalam kehidupan masyarakat. Sekolah berbasis islam pun cenderung berbiaya mahal sehingga tidak dapat mengakomodasi setiap anak untuk mendapatkan pendidikan yang baik.

Generasi lemah iman mudah terombang ambing dengan sistem rusak hari ini. Tidak mengherankan jika kita menyaksikan generasi lemah iman menjadi generasi yang lemah pula disegala aspek. Jadilah mereka tumbuh dengan karakter yang rapuh, baperan, egois, individualistis, mudah putus asa, dan control emosi yang rendah. Senggol sedikit, kemarahan meluap, lalu berakhir dengan berbuat kriminal.

Kedua, arus digitalisasi yang kian deras, disaat era digital mudah sekali mengakses berbagai informasi dan konten apapun di internet dan media sosial. Akses digital yang kian mudah bisa menjadi boomerang bagi generasi hari ini. Berbagai konten sadis pembunuhan, pemerkosaan, dan konten negatif lainnya sangat mudah terkases, menjadi tontonan kemudian menjadi tuntunan bagi generasi meniru perilaku tersebut.

Akar permasalahan dari maraknya kasus pembunuhan diantara generasi hari ini dikarenakan semakin liberalisme masyarakatnya, termasuk kaum muda. Dimana generasi kita terjebak pada racun pemikiran liberal, hedonis, dan permisif. Halal haram tidak lagi menjadi tolak ukur perbuatan. Pacaran dianggap lumrah. Berzina dianggap biasa. Lama-lama membunuh pun dianggap sebagai solusi cepat mengatasi masalah.

Sudah semestinya solusi dari permasalahan ini adalah mencabut akar pemikiran liberalisme busuk ini dari generasi muda. Dan mengajak kepada masyarakat untuk menerapkan kembali islam kaffah. Sistem islam terbukti sukses membangun manusia unggul dari aspek fikriyah ( pola pikir ) dan aspek nafsiyah ( pola sikap ).

Bukan hanya melahirkan sosok ilmuwan yang cerdas, tetapi juga memiliki kepribadian yang baik. Kecerdasan berbalut keimanan menghasilkan ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan. Oleh karenanya, menyelamatkan dan melindungi generasi dari kerusakan hanya dengan penerapan islam secara kaffah. (**)

*Penulis Adalah Mahasiswa Sastra Jepang