Fitrah Ibu Tergerus Kapitalis

0
9
Ilustrasi/Dok.BBCIndonesia

OPINI

“Kebebasan kepemilikan inilah yang menyebabkan kesejahteraan hanya dimiliki oleh kaum kapitalis dan oligarki, masyarakat yang tidak memiliki daya dan kuasa hanya bisa menatap dan merenungi nasib kesusahan tanpa perhatian,”

Oleh: Syiria Sholikhah

BEBERAPA hari ke belakang jagat media sosial dihebohkan oleh berita yang cukup menyayat hati terutama bagi seorang perempuan terkhusus ibu.

Pelecehan yang dilakukan seorang ibu muda kepada anak kandungnya yang masih kategori anak, dalam waktu dekat dilaporkan telah terjadi 2 kasus pencabulan ibu terhadap anak kandungnya.

Dilansir dari detiknews bahwa kedua kasus tersebut terjadi dengan motif yang sama yaitu iming-iming uang dalam jumlah besar untuk merekam aksi tidak senonoh tersebut.

Seorang psikolog mengatakan, kasus pencabulan tersebut menimbulkan bahaya laten terhadap anak, pasalnya pada usia 0-6 tahun otak manusia berada dalam masa penyerapan.

Semua yang terserap oleh panca indera akan tersimpan di memori otak, dan ketika masa remaja atau pubertas memori itu akan dibangkitkan kembali. Sebagaimana diketahui, usia anak-anak adalah usia ketika semua informasi akan diambilnya tanpa kecuali, belum mengetahui mana yang benar dan tidak benar, mana yang normal dan tidak wajar.

Hal ini berdampak pada psikis anak dan juga menjadi potensi terjadinya tindak kriminal dan pelanggaran asusila di masa depannya. Meskipun kedua tersangka telah tertangkap dan diamankan oleh pihak kepolisian, dan tersangka yang memberikan iming-iming juga telah teridentifikasi.

Fitrah Ibu
Sebagai seorang perempuan terkhusus ibu, mereka adalah ummu warabatul bait dan madrasatul ula bagi anak-anaknya.

Seharusnya ia mendidik anak-anaknya dengan baik dan benar, mengajarkannya pendidikan akidah yang lurus, memperkenalkannya kepada agamanya yang lurus, dan mendekatkannya dengan Tuhannya. Menjadikan anak lelaki sebagai pejuang sejati dan menjadikan anak perempuan sebagaimana kemuliaan perempuan. Seorang ibu memiliki tugas yang mulia, salah satunya adalah menciptakan generasi emas melanjutkan langkah perjuangan. Anak adalah investasi bagi orang tua, sebagai amal jariyah yang akan terus mengalir ketika seorang ibu mampu mendidik anak-anak yang shalih dan shalihah.

Ibu adalah madrasatul ula yang artinya ia guru pertama bagi anak-anaknya, dan peran ini sangat penting dalam pembentukan pondasi yang kokoh bagi setiap anak untuk masa depannya kelak, sebelum ia memasuki pendidikan formal di sekolah, sebelum ia tergerus oleh lingkungan. Maka peran seorang ibu sangatlah penting dalam membentuk pondasi akidah dan tauhid yang kokoh guna menciptakan generasi yang memiliki akhlak dan budi pekerti yang mulia dan taat kepada Allah.

Lunturnya Fitrah Ibu
Kesulitan hidup dan ekonomi telah menghilangkan fitrah perempuan terkhusus ibu, karena ia mulai disibukkan untuk mencari nafkah membantu suaminya dan meninggalkan tugas utamanya yang mulia dan meninggalkan anak-anaknya di rumah. Ia lebih memilih menjadi wanita karier dengan mengabaikan peran utamanya sebagai ummu warabatul bait dan madrasatul ula.

Sulitnya mendapatkan uang dan kebutuhan akan gaya hidup mewah membuat sebagian para ibu menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang, nilai dan harga diri sebuah kehidupan pada era sekarang dinilai berdasarkan banyaknya harta yang ia miliki. Saat seseorang memiliki harta yang banyak ia akan dianggap di masyarakat, menjadi orang kaya adalah tujuan hidup yang ditanamkan dalam pendidikan kapitalis sehingga telah mendarah daging dalam benak setiap orang bahwa ketika ia besar ia harus menjadi orang yang berkecukupan secara materi.

Sulitnya ekonomi menjadikan orang mudah tergoda untuk mendapatkan uang secara instan tanpa kerja keras, dan melalui segala cara yang bisa ia lakukan termasuk menodai anak kandungnya sendiri. Ia akan melakukan apa saja yang diperintahkan oleh orang lain yang berniat memberinya uang banyak secara instan, termasuk membuat video vulgar dengan mencabuli anak kandungnya sendiri, bukan karena nafsu terhadap anaknya melainkan demi mendapatkan uang tersebut.

Akibat Buruk Sistem Kapitalis
Jiwa kapitalisme yang tertanam dalam diri setiap orang akibat buruk dari sistem pendidikan sekuler ala kapitalis. Pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan telah menciptakan manusia yang haus akan dunia, dan menilai kesejahteraan adalah tugas setiap orang untuk dirinya sendiri sehingga materi adalah tujuan hidupnya.

Pendidikan yang menjauhkan diri dari agama sehingga tercipta individu yang bebas tanpa batasan-batasan halal-haram, individu yang serakah, akhlak tercela, dan setiap tindak tanduk kejahatan individu yang jauh dari agama. Inilah hasil dari pendidikan sekuler ala kapitalis.

Ekonomi ala kapitalis hanya menyejahterakan oligarki dan praktik monopoli tanpa disadari oleh setiap orang tidak akan menyejahterakan golongan rakyat biasa. Sistem ekonomi berbasis kebebasan dan praktik ribawi, nyatanya tidak memberikan kesejahteraan bagi siapapun kecuali golongan oligarki.

Praktik ribawi nyata telah merusak perekonomian dunia, dan merugikan masyarakat dan masyarakat yang butuh bantuan tidak mendapatkan bantuan melainkan tergorok oleh riba yang mencekik. Kebebasan kepemilikan inilah yang menyebabkan kesejahteraan hanya dimiliki oleh kaum kapitalis dan oligarki, masyarakat yang tidak memiliki daya dan kuasa hanya bisa menatap dan merenungi nasib kesusahan tanpa perhatian.

Pemerintah lepas tangan dan abai terhadap memperhatikan kesejahteraan setiap rakyatnya, hanya fokus kepada jajarannya saja. Rakyat tidak ia letakkan sebagai kewajiban dan tanggung jawab melainkan hanya diletakkan di pelupuk mata bukan di hatinya.

#Islam Menjaga Ibu
Islam sangat memperhatikan perempuan, bahkan ada surah khusus di dalam Al-Qur’an untuk perempuan yaitu surah An-Nisa. Penjagaan terhadap perempuan bukan dilakukan sewaktu ia tumbuh dewasa saja, melainkan sejak dini.

Hal demikian di atas belum pernah terjadi di masa kepemimpinan Islam. Kenapa tidak pernah terjadi? Hal dasar ada pada pendidikan sejak dini pembentukan karakter dan kesejahteraan rakyat yang sangat diperhatikan sehingga setiap ibu bisa memilih untuk tetap dalam fitrahnya.

Pendidikan dalam Islam bukanlah pendidikan sekuler, melainkan menanamkan akidah dan tauhid yang kuat sebelum akhirnya ia tumbuh dan belajar ilmu sains dan yang lainnya.

Akidah dan tauhid yang kuat akan menciptakan individu yang taat pada ajaran agama, individu yang takut berbuat dosa, dan akan tercipta individu yang berakhlak mulia. Bukan individu yang mengejar dunia sebagai tujuan utamaya. Baik laki-laki maupun perempuan akan terjaga kehormatannya, tidak ada pelecehan baik terhadap laki-laki dan perempuan, karena ia paham akan halal dan haram.

Individu yang memahami batasan-batasan bukan yang bebas tanpa batasan agama. Sistem pendidikan ini pula yang akan menciptakan laki-laki bertanggung jawab dan menjaga kehormatan setiap perempuan baik keluarganya ataupun orang lain. Pendidikan ini juga akan menciptakan perempuan shalihah yang memahami peran utamanya ketika ia sebagai seorang ibu bahwa peran mulianya itu adalah kewajibannya, bukan kewajibannya untuk mencari uang dan materi.

Sistem ekonomi dalam Islam bukan sistem ekonomi ala kapitalis ataupun sosialis. Melainkan sistem ekonomi yang telah diajarkan oleh Rasulullah yang bersumber dari Allah Tuhan Semesta Alam.

Sistem ekonomi dalam Islam tidak mengenal ribawi dan bukan pula berbasis kebebasan seperti ala kapitalis dan bukan pula terbatas seperti ala sosialis. Melainkan semua dibagi berdasarkan porsinya masing-masing, dengan tujuan kesejahteraan setiap rakyat.

Kebutuhan dasar rakyat adalah tanggung jawab dan kewajiban pemerintah. Pemerintah wajib menyediakan kebutuhan dasar publik seperti pendidikan, kesehatan, dan termasuk sandang pangan papan.

Pendidikan dan kesehatan gratis, transportasi murah bahkan gratis, dan juga tersedianya bahan pangan pokok yang bergizi secara murah dan terjangkau oleh semua rakyat tanpa kecuali. Semua itu dapat terwujud apabila negara memiliki tata kelola keuangan yang baik, Islam mengatur keuangan negara melalui baitul mal yang bersumber dari jizyah, kharaj, fa’i, ghanimah, harta yang diperoleh dari kepemilikan umum atau negara dalam hal ini seperti hasil tambang.

Hasil tambang atau SDA adalah hak setiap rakyat, negara tidak berhak dan dilarang memberikannya kepada swasta/ individu apalagi asing. Negara berkewajiban mengelola SDA dan hasilnya dipergunakan untuk menyejahterakan setiap rakyat tanpa kecuali, seperti kebutuhan primer (pendidikan, kesehatan, serta sandang, pangan, dan papan yang murah dan berkualitas). Dilihat dari kekayaan negara maka akan sangat mungkin bagi negara memberikan pendidikan dan kesehatan gratis yang berkualitas bagi setiap rakyat tanpa kecuali.

Islam adalah solusi bagi kerusakan ideologi dan sistem saat ini, Islam adalah ideologi yang memiliki pengaturan individu, keluarga, masyarakat, dan pemerintahan. [**]

*Penulis Adalah Mahasiswi Universitas Indonesia