OPINI | POLITIK
“Papua Selatan adalah primadona, sebuah daerah otonomi baru yang harus keluar dari cengkeraman birokrasi yang berbelit, tradisi politik yang mengacaukan, ketidakadilan, dan mampu menciptakan peta demokrasi yang memayungi kepentingan semua golongan,”
Oleh : Yusak Yaluwo, S.H.,M.Si
PERBEDAAN orang, pandangan, tempat, budaya, pilihan politik, dan identitas tidak mesti saling mengasingkan, tetapi harus membangun sebuah percakapan politik kemanusiaan yang menyatukan.
Percakapan ini mengarahkan kita semua di Papua Selatan pada satu nilai perjuangan bersama akan keadilan, hak asasi, ekonomi, kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan pemerataan infrastruktur. Semuanya merupakan langkah konkret dari percakapan tentang hak-hak sebagai masyarakat yang senantiasa berkembang.
Memang kondisi Papua Selatan saat ini dalam proses pencarian kerangka intelektual untuk menerobos semua kebuntuan dan ketidakmungkinan. Kerangka itu bermula dari gagasan besar sebagai grand design untuk pembangunan di semua sisi. Sebab, kita punya banyak sumber daya yang dapat mendukung itu, dari darat kita punya hutan yang luas, di laut kita juga punya kekayaan yang sangat melimpah.Kalau saja tidak ada kebijakan yang baik untuk mewujudkan kemajuan, maka persisnya kita hanya menjadi sekumpulan manusia politik yang belum berguna. Karena itu, kembali kepada khitah kita sebagai makhluk berpolitik, kita diatur oleh ketentuan aturan, kita juga dibimbing oleh pemimpin, yang ketika diberi amanah dia harus bertanggung jawab, ketika diberi tugas dia harus mampu melaksanakan.
Papua Selatan adalah primadona, sebuah daerah otonomi baru yang harus keluar dari cengkeraman birokrasi yang berbelit, tradisi politik yang mengacaukan, ketidakadilan, dan mampu menciptakan peta demokrasi yang memayungi kepentingan semua golongan. Papua Selatan adalah rumah para politisi hebat dan saling peduli antar sesama.
Saya jadi teringat dengan kata-kata Ruth Bader Ginsburg, seorang perempuan ahli hukum Amerika Serikat, bahwa kita harus berjuang untuk hal-hal yang kita pedulikan. Ucapan ini merupakan untaian sederhana yang tersimpan dalam memoar perjalanan karir saya dalam jagat politik: berjuang bersama untuk kepentingan semua orang, terlepas dari apapun afiliasi partai politik, toh kita semua sama-sama orang Papua Selatan, bangsa yang punya adab dan adat.
Karena itu, politik yang kita usung adalah politik kemanusiaan, mengangkat harkat dan martabat semua orang, tidak mengejar kepuasan pribadi. Politik kemanusiaan adalah politik yang tidak ditentukan oleh apakah kita Golkar, PDIP, Demokrat, PKB, PKS, atau yang lainnya. Cara berpikir kita memang berbeda, tetapi karakter dan kemauan harus dapat memperbaiki keadaan: kemiskinan, kesenjangan, pengangguran, dan banyak hal lainnya.
Kemajuan Papua Selatan tidak datang dari luar, bahkan bukan sesuatu yang jatuh dari langit. Kemajuan harus kita ciptakan, dan politik kemanusiaan harus di atas segalanya. Kita jangan membiarkan politik kepura-puraan menggerogoti persatuan kita semua di Papua Selatan. Saya katakan ini sebagai pesan politik perubahan untuk kita semua, tidak hanya diri sendiri, tetapi termasuk kita yang akan maju menjadi petarung dalam perhelatan demokrasi 2024.
Tidak boleh ada rasa benci dalam politik, dan dendam kesumat. Kita harus berdiri dengan prinsip politik kolaboratif sebagai elemen penting untuk menjunjung nilai kemanusiaan, dan mengedepankan percakapan politik yang lebih produktif. Mari kita melihat ke depan, menyebarkan politik gagasan perubahan, sebab kekuasaan sejatinya adalah amanah Tuhan: akan bermanfaat jika berada di tangan orang bersih hati dan sikapnya, sebaliknya akan menjadi kotor jika berada di tangan orang jahat. (**)
*Penulis Adalah Bakal Calon Gubernur Papua Selatan 2024