Maulid, Momen Mengembalikan Kepemimpinan Rasulullah

0
13
Forum Kajian Komunitas Keluarga Sakinah, Merindukan Kepemimpinan ala Nabi SAW, pada Ahad (22/09/2024) di Masjid Jami Al-Huda, Depok/Foto : Sari Liswantini

PERISTIWA

“Sifat kepemimpinan negara itu antara tanggungjawab dan mengurusi umat. Dari sinilah akan muncul di antara pemimpin dan umat itu saling cinta, cintanya umat kepada pemimpin karena pemimpin ngurusin kita dengan syariat Islam,”

Depok | JABAR | Lapan6Online : Mubalighah Kota Depok, Ustadzah Mumun Siti Munawaroh menyampaikan sesungguhnya peringatan Maulid sebagai momen mengembalikan kepemimpinan Rasulullah SAW.

“Maulid ini adalah momen mengembalikan kepemimpinan Rasulullah SAW, maka kita harus mengikuti apa yang dibawa Rasulullah,” ungkapnya dalam forum kajian Komunitas Keluarga Sakinah, Merindukan Kepemimpinan ala Nabi SAW, pada Ahad (22/09/2024) di Masjid Jami Al-Huda, Depok.

Lanjutnya, kalau ingin mengembalikan kerusakan saat ini menjadi hidup di bawah kepemimpinan ala Nabi, solusinya adalah mengikuti apa-apa yang dibawa Rasul yakni Diin Islam.

“Diin Islam itu, meliputi aturan kehidupan. Maka kalau kita ingin kembali kepada bagaimana kepemimpinan seperti nabi, kita harus memahami dulu apa yang diajarkan nabi kepada kita, apa yang dicontohkan nabi kepada para sahabat dan diikuti oleh para sahabat. Tak lain yang didakwahkan nabi yang diserukan nabi kepada umatnya, menjadikan Islam sebagai ‘diin’ sebagai aturan,” bebernya di hadapan para peserta.

Tak hanya itu, menurutnya, aturan yang diterapkan secara menyeluruh, dilaksanakan oleh individu yang harus taat kepada aturan diin Islam, keluarga, harus sesuai dengan Diin Islam, masyarakat dan negara juga harus melaksanakan Diin Islam. Baru akan muncul kepemimpinan ala nabi.

Lanjutnya, konsep kepemimpinan Rasulullah SAW terbagi dua, yakni: Pertama, kepemimpinan secara umum. “Secara umum, setiap pribadi ia adalah pemimpin. Kita akan diminta pertanggungjawaban, seluruh anggota tubuh kita akan diminta pertanggungjawaban. Setiap diri memimpin tubuhnya, memimpin perilakunya, memimpin akalnya, memimpin hawa nafsunya dengan ketaatan kepada Allah. Karenanya allah akan meminta pertanggungjawaban di Yaumil Hisab,” terangnya.”

Kedua, kepemimpinan secara khusus. Kepemimpinan secara khusus dijelaskan dalam hadits bahwa imam atau pemimpin itu adalah peri’ayah dan akan diminta pertanggungjawaban. Maka pemimpin dalam hal ini konteksnya, pemimpin negara adalah orang yang mengurusi umat bukan memperkaya diri sendiri,” tambahnya.

Ia pun menegaskan, seorang pemimpin dunia akan mengurusi umatnya. “Nanti dia akan mengurusi umatnya, bagaimana supaya umatnya sejahtera, bagaimana supaya umatnya cerdas, bagaimana supaya umatnya punya harga diri di mata internasional.itu pemimpin dunia,” tuturnya.

Kemudian lanjutnya, pemimpin itu amanah, dan amanahnya itu akan diminta pertanggungjawaban. Maka sifat kepemimpinan negara itu antara tanggungjawab dan mengurusi umat. Dari sinilah akan muncul di antara pemimpin dan umat itu saling cinta, cintanya umat kepada pemimpin karena pemimpin ngurusin kita dengan syariat Islam. Cintanya pemimpin kepada kita, dia penuh kasih sayang mengurusi kita.

“Oleh karenanya, cinta kepada rasul itu hukumnya wajib, bahkan Rasulullah marah kalau tidak ada yang cinta kepadanya. Mengapa? Karena cinta kepada rasul berbalas untuk kita. Rasulullah menjamin semua umatnya masuk surga kecuali yang enggan kepada perintah Allah dan rasulnya). Jadi jangan sampai menjadi orang yang enggan masuk surga,” ujarnya.

Ia pun mengutip hadits, “Sebaik-baiknya pemimpin itu, pejabat negara atau pemimpin negara adalah mereka yang kalian cintai, siapa yang mencintai, kita. Umatnya cinta kepada pemimpin, sebagaimana para sahabat itu cintanya kepada rasulullah, sampai rumah rasulullah itu senantiasa penuh dengan umat yang ingin mampir ke rumahnya. Mereka mendoakan pemimpin, pemimpin mendoakan umatnya. Sedangkan seburuk-buruknya pemimpin adalah yang kalian itu benci dan saling melaknat. Rakyat melaknat pemimpin dan ternyata pemimpin juga melaknat rakyatnya.”

“Maka dari itu, yang menjadikan bagaimana kita rindu kepada Rsulullah adalah rindu akan kepemimpinannya. Dan Rasulullah pun mengajarkan kepada kita dengan Islam kaffah, yang lahir aturan kehidupan biak secara individu, keluarga dan bernegara hingga kemudian lahir kehidupan dalam suasana damai, tenteram, dan sejahtera,” tegasnya.

Terakhir ia mengajak kepada ibu-ibu yang hadir agar mengikuti apa yang diperintahkan oleh Rasulullah dengan mempersiapkan diri mengkaji Islam kaffah, memperjuangkan munculnya pemimpin yang menegakkan Islam yang kita cintai, insyaAllah. (*Sari Liswantini)