Gencatan Senjata Bukan Solusi Palestina

0
1
Selvi Safitri /Foto : Ist.

OPINI | POLITIK

“Masalah palestian bukan hanya sekedar perang melawan entitas penjajah Yahudi, tetapi juga berarti perang dengan negara-negara kafir imperialis yang ada dibelakangnya,”

Oleh : Selvi Safitri

GENCATAN senjata antara pejuang Hamas dan penjajah zionis Yahudi telah diberlakukan sejak ahad (19-1-2025 ). Mengutip Al-Jazeera (16-1-2025 ) terdapat tiga tahap perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza yang dimulai 19 Januari 2025.

Tahap pertama, gencatan senjata berlangsung 42 hari dan disepakati bahwa kedua belah pihak akan menghentikan sementara operasi militer bersama dan pasukan pendudukan zionis akan mundur kearah timur dan menjauh dari daerah penduduk.

Aktivitas udara Zionis untuk tujuan militer dan pengintaian akan diberhentikan sementara di Jalur Gaza selama sepuluh jam sehari dan 12 jam pada hari-hari pembebasan tahanan dan tawanan. Zionis secara bertahap akan mengurangi pasukannya di wilayah koridor poros Philadelphia pada tahap pertama sesuai peta yang disetujui oleh kedua belah pihak.

Pada hari ketujuh sejak berlakunya perjanjian, kendaraan akan diizinkan kembali ke utara poros Netzarim setelah diperiksa oleh perusahaan swasta yang ditentukan oleh para mediator dengan pihak Zionis, berdasarkan mekanisme yang disepakati. Kemudian, perundingan tidak langsung antara kedua belah pihak mengenai ketentuan pelaksanaan tahap kedua perjanjian ini dimulai selambat-lambatnya pada hari ke-16 sejak perjanjian ini mulai berlaku dan kesepakatan harus telah tercapai sebelum berakhirnya minggu kelima tahap pertama.

Tahap kedua akan berlangsung selama 42 hari dengan kesepakatan bahwa deklarasi pemulihan ketenangan secara berkelanjutan. Ini mencakup penghentian permanen operasi militer, aktivitas permusuhan, dan dimulainya kembali pertukaran tahanan antara kedua belah pihak, termasuk semua pria zionis yang masih hidup dengan imbalan sejumlah tahanan palestina yang disepakati di penjara pendudukan. Selain itu, pasukan pendudukan zionis akan menarik diri sepenuhnya dari jalur gaza.

Tahap ketiga akan berlangsung 42 hari dan disepakati bahwa pertukaran jenazah dan sisa-sisa jenazah yang ditahan oleh kedua belah pihak setelah mereka sampai dan teridentifikasi. Kemudian memulai peaksanaan rencana rekonstruksi Jalur Gaza selama periode 3 hingga 5 tahun, termasuk rumah, bangunan sipil, dan infrastruktur, selain memberikan kompensasi kepada semua yang terkena dampak, dibawah pengawasan sejumlah negara dan organisasi yang mensponsori perjanjian tersebut. Juga membuka semua jalur penyebrangan dan mengizinkan pergerakan bebas orang dan barang.

Mencermati isi kesepakatan tersebut, kita bisa menilai bahwa gencatan senjata ini tidak stabil, penuh “ ranjau “ yang mudah meledak.karena gangguan apapun yang terjadi dalam pelaksanannya akan menghentikan tahap-tahap berikutnya.

Gencatan senjata bukanlah solusi yang menyeluruh bagi palestina sebab gencatan senjata tidak menghentikan kebiadaban penjajah yahudi dalam arti kapanpun yahudi bisa kembali melakukan serangan meski harus melanggar gencatan senjata.

Kita bisa menilai bahwa warga Gaza “bergembira “ dalam kesedihan atas keputusan tersebut berharap dapat meringankan penderitaan mereka karena tidak mendapatkan dukungan dari para penguasa dinegara-negara muslim. Warga Gaza menyambut baik keputusan ini dengan harapan akan membuka pintu bagi mereka dengan sedikit rasa nyaman, setelah tentara muslim dinegara-negara tetangga dan jauh mengecewakan mereka.

Bahkan anak-anak Gaza merayakan gencatan senjata, setelah dunia menjadi sempit bagi mereka dengan diamnya para penguasa di negeri-negeri muslim untuk melakukan penyelamatan.

Kita mempertanyakan, mampukah sifat orang yahudi diubah melalui melalui keputusan tidak stabil rancangan AS yang ingin meningkatkan status entitas Zionis melalui gencatan senjata ini? Apakah watak orang-orang yahudi dapat diperbaiki dengan keputusan gencatan senjata tersebut ? padahal zionislah pelanggar perjanjian, bukankah pelanggaran terhadap perjanjian merupakan karakteristik yang melekat pada Zionis yahudi sebelum dan sesudahnya yang mereka terapkan dimanapun mereka mereka tinggal ?.

Pengkhianatan Zionis Yahudi sudah terjadi sejak masa Rasulullah SAW. Hingga sekarang ini. Pelanggaran gencajatan senjata sudah terjadi pada tahun 2018-2019, juga 2021, salah satunya pada perang gaza, dalam kondisi gencatan senjata pada 3 Agustus 2014, entitas yahudi melakukan serangan dan menghancurkan sekolah PBB di Rafah, Gaza, yang mengakibatkan puluhan kaum muslim syuhada.

Oleh karena itu, kita tidak bisa menjamin gencatan sejata kali ini akan ditepati dengan baik oleh zionis. Maka, kita tidak boleh percaya sepenuhnya terhadap janji-janji Yahudi ini.

Untuk itu, upaya penyelesaian persoalan palestina adalah dengan cara mengusir penjajah Yahudi dari Palestina. Masalah palestian bukan hanya sekedar perang melawan entitas penjajah Yahudi, tetapi juga berarti perang dengan negara-negara kafir imperialis yang ada dibelakangnya.

Maka pembebasan penjajahan palestian membutuhkan persatuan kaum muslim, dan membutuhkan kekuatan kaum muslim. Disitulah dibutuhkan Khilafah ala Minhaj an-nubuwah untuk mempersatukan kaum muslim. Hanya dengan Khilafah, mobilisasi tentara-tentara kaum muslim bisa efektif diilakukan. Wallahu A’lam Bissawab. (**)

*Penulis Adalah Mahasiswa Sastra Jepang