Kondisi Anak Gaza Kian Menderita

0
0
Aktif Suhartini, S.Pd.I/Foto : Ist.

OPINI | POLITIK

“Pejabat PBB itu kembali menyerukan gencatan senjata segera dan mendesak agar kebutuhan dasar selama musim dingin diperbolehkan masuk, karena satu-satunya rumah sakit lumpuh,”

Oleh : Aktif Suhartini, S.Pd.I

SADIS, mengerikan. Itulah yang terjadi di Kota Gaza, karena setiap jam, 1 anak tewas akibat serangan Zionis Yahudi. Tentara Zionis menggempur jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 yang telah menewaskan lebih dari 45.200 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.

Menurut UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East) atau Lembaga Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk pengungsi Palestina di Timur Dekat, setiap jam, satu anak tewas. Ini bukan sekadar angka. Ini adalah banyak nyawa yang terputus (Antara, 25/12/2024).

Setidaknya 14.500 anak Palestina telah meninggal dunia dalam serangan Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza menyebabkan, lebih 45.300 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak, telah tewas dan lebih 107.700 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat. Padahal, membunuh anak-anak Palestina di Gaza tidak dapat dibenarkan.

Mereka yang selamat pun terluka secara fisik dan emosional, hingga menjalani kehidupan tanpa akses pendidikan. Menurut UNRWA, anak-anak di Gaza terpaksa mengais-ngais puing-puing bangunan. Waktu terus berjalan bagi anak-anak ini, mereka kehilangan nyawa, masa depan, dan terutama harapan.

Israel terus melancarkan serangan dan genosida di Jalur Gaza, padahal, Dewan Keamanan PBB telah menyerukan gencatan senjata. Tetapi tetap saja Israel melancarkan serangan darat besar-besaran di Gaza utara dengan dalih mencegah kelompok perlawanan Palestina, Hamas, menggalang kekuatan lagi.

Namun, warga Palestina menuduh Israel berupaya merebut wilayah itu dan mengusir penduduknya, dan nyatanya benar adanya. Sejak saat itu, bantuan kemanusiaan seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar tidak diizinkan masuk ke wilayah kantong Palestina itu. Kondisi tersebut membuat warga Palestina yang masih bertahan di Gaza utara terancam kelaparan.

Mahkamah Pidana Internasional pun mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin Israel Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanannya, Yoav Gallant. Mereka dituduh telah melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga tengah menghadapi gugatan kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya dalam perang di wilayah kantong Palestina, namun semua itu tidak menghentikan serangan dan genosida.

Komisaris Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan bahwa anak-anak di Gaza menghadapi risiko kematian akibat cuaca dingin karena ketiadaan tempat tinggal yang memadai. Bayi-bayi Gaza bisa meninggal karena cuaca dingin dan kurangnya tempat perlindungan.

Namun yang sangat menyedihkan, kiriman perlengkapan musim dingin seperti selimut dan kasur tertahan selama berbulan-bulan, menunggu persetujuan Israel untuk memasuki Gaza. Wilayah kantong Palestina itu diblokade secara tidak manusiawi oleh Israel.

Pejabat PBB itu kembali menyerukan gencatan senjata segera dan mendesak agar kebutuhan dasar selama musim dingin diperbolehkan masuk, karena satu-satunya rumah sakit lumpuh, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, serangan Israel terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan telah melumpuhkan “fasilitas kesehatan utama terakhir” di Jalur Gaza utara. Organisasi PBB itu juga menyerukan agar situasi yang mengerikan itu dihentikan.

Laporan awal menunjukkan, beberapa fasilitas penting di rumah sakit tersebut rusak parah akibat kebakaran dan penghancuran selama serangan. Di platform X pada Jumat (27/12), WHO mengungkapkan, 60 tenaga kesehatan dan 25 pasien kritis, termasuk yang menggunakan ventilator, dilaporkan masih berada di rumah sakit itu. Kondisi pasien sedang hingga berat dipaksa dipindahkan ke Rumah Sakit Indonesia yang sudah hancur dan tidak lagi berfungsi. WHO sangat mengkhawatirkan keselamatan mereka.

Serangan-serangan itu menghentikan semua upaya dan bantuan agar fasilitas kesehatan itu tetap berfungsi walaupun secara minimal. Menghancurkan sistem kesehatan secara sistematis di Gaza merupakan hukuman mati bagi puluhan ribu warga Palestina yang membutuhkan perawatan medis. Maka, kengerian ini harus dihentikan dan layanan kesehatan harus dilindungi. Namun ancaman ataupun himbauan gencatan senjata tidak pernah menghentikan serangan dan genosida sampai saat ini.

Kondisi Gaza terutama anak-anak yang semakin mengenaskan, harus segera dihentikan. Usaha untuk melepaskan penderitaan anak Gaza, butuh tentara dan negara, karena kaum Muslim tidak bisa berharap pada dunia internasional, termasuk para pemimpin mereka yang kerap menjadikan isu Palestina hanya untuk pencitraan dan justru mengambil solusi yang jelas, sehingga tidak bisa menyelesaikan perang ideologi ini.

Namun, dalam sistem kapitalis tidak ada keadilan di dalamnya, malah sistem inilah yang memberikan jalan pada penjajah Zionis Yahudi untuk membantai anak-anak Gaza. Kaum Muslim harus punya agenda sendiri, harus menyatukan pemikiran dan perasaan kemudian menggerakkan pemuda-pemuda di Timur Tengah untuk bangkit melawan rezim mereka dan bergerak ke Palestina untuk membebaskan Palestina. Namun aktivitas ini hanya bisa dilakukan oleh partai politik ideologis.

Apabila kita menginginkan kesungguhan berjihad dan mendapatkan pahala Allah SWT, maka para pemuda itu harus menuntut tegaknya Khilafah dan mengangkat seorang Khalifah untuk memimpin kaum Muslimin untuk pembebasan Palestina. Aamiin. [**]

*Penulis Adalah Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok