OPINI | POLITIK
“Mahasiswa seharusnya menjadi agen perubahan untuk mengemban risalah Islam dengan mengoreksi penguasa atas spirit amar makruf nahi mungkar dan menyuarakan solusi Islam,”
Oleh : Aktif Suhartini, S.Pd.I.,
BARU saja menginjak 100 masa hari kerja pemerintahan baru, bukannya ketenangan dan kebahagian yang didapat, tapi Indonesia dikejutkan aksi demo ribuan mahasiswa dengan mengusung judul tagar #INDONESIAGELAP. Aksi ini digelar sebagai respons terhadap berbagai keputusan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat dan mengancam masa depan generasi muda, salah satunya kebijakan pemotongan anggaran di sejumlah sektor.
Pemotongan anggaran di sejumlah sektor menyebabkan terjadinya krisis kepercayaan kepada pemerintah yang lebih besar apabila tidak ada perubahan dalam kebijakannya yang pro rakyat. Pasalnya, memberikan kesejahteraan kepada rakyat terkesan irit medit dengan alasan keuangan negara minus, tetapi memberikan kesejahteraan kepada oligarki bisa seluas-luasnya hingga mereka membengkak gemoy dan betah menetap hingga terus menggurita. Yang mesti ditanyakan, mengapa pemerintah mampu terus menambah staf khusus dengan gaji yang cukup lumayan, sementara kebutuhan rakyat diabaikan? Apa efek positif untuk rakyat dengan pemerintahan gemoy?

Jika dilihat, aksi demonstrasi ini akan terus menjadi guncangan buat pemerintahan Prabowo yang secara faktual sudah merosot nilai dukungannya dengan berlangsungnya aksi di berbagai daerah. Demo mahasiswa ‘Indonesia Gelap’ di berbagai daerah bikin ‘legitimasi pemerintahan Prabowo oleng’. Indonesia Gelap merupakan luapan protes rakyat atas kebijakan pemerintah, dan sudah seharusnya pemerintah bisa mendengarkan dan menindaklanjuti protes publik, bukan hanya sibuk dengan proses kebijakan yang berpolemik.
Aksi rakyat ini tentu tak cuman bergema di media sosial, tapi juga berwujud demo yang serentak dilakukan di lebih dari 10 wilayah, salah satunya mulai dari Universitas Indonesia (UI). Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI, menyampaikan lima tuntutan, di antaranya pemerintah harus mencabut Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 karena menetapkan pemangkasan anggaran yang dinilai tidak berpihak pada rakyat, dan mencabut pasal dalam Rancangan Undang-Undang tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (RUU Minerba) yang memungkinkan perguruan tinggi mengelola tambang guna menjaga independensi akademik.
Begitu juga mendesak pemerintah untuk mencairkan tunjangan dosen dan tenaga kependidikan secara penuh tanpa hambatan birokrasi dan pemotongan yang merugikan, mengevaluasi total program MBG dan mengeluarkannya dari anggaran pendidikan, serta berhenti membuat kebijakan publik tanpa basis riset ilmiah dan tidak berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.
Sungguh sangat menyedihkan kondisi perpolitikan di negara tercinta Indonesia ini. Belum genap setahun sejak logo garuda dengan latar biru peringatan darurat mewarnai jagat maya, lambang itu kembali mengudara dengan latar hitam. Perubahan warna menjadi lebih suram menunjukkan Indonesia sedang tidak baik-baik saja dan kekhawatiran publik terhadap Tanah Air semakin membuncah. Tagar Peringatan Darurat berlatar hitam ini muncul menyusul tagar #IndonesiaGelap. Kedua tagar ini mengusung narasi serupa. Dengan beberapa isu yang diangkat lewat tagar ini termasuk soal kisruh LPG 3 Kg, reformasi Polri, program Makan Siang Bergizi (MBG), pemangkasan anggaran untuk program sosial dan kesejahteraan rakyat, masalah pendidikan, kesehatan, serta lapangan pekerjaan, dan ini semua adalah kebutuhan pokok rakyat.
Namun sungguh sangat disayangkan aksi demo Indonesia Gelap yang dimotori kalangan mahasiswa di berbagai daerah ini, tuntutan yang ditawarkan sejatinya tidak menyelesaikan masalah hingga ke akarnya bahkan ada yang menawarkan untuk kembali pada demokrasi kerakyatan. Padahal penerapan sistem demokrasilah yang menjadi akar permasalahannya.
Mahasiswa sudah seharusnya melek politik dan kritis dalam melihat setiap kebijakan pemerintah, namun jangan lupa harus juga bisa memberikan solusi yang benar. Dan solusi yang benar hanyalah solusi dari Islam karena Indonesia Gelap membutuhkan Cahaya Islam. Mahasiswa seharusnya menjadi agen perubahan untuk mengemban risalah Islam dengan mengoreksi penguasa atas spirit amar makruf nahi mungkar dan menyuarakan solusi Islam.
Yakinlah, hanya dengan penerapan sistem Islam meniscayakan masa depan masyarakat gemilang bukan gelap atau suram. Untuk itu, pemuda seharusnya bergabung bersama kelompok dakwah ideologis agar dapat mengawal perubahan sesuai contoh Rasulullah, sehingga kekhawatiran nasib rakyat Indonesia di masa mendatang menjadi Indonesia Gelap tidak akan pernah terjadi. Yakinlah dengan Janji Allah SWT. [**]
*Penulis Adalah Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok
Disclaimer :
Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan Lapan6Online.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi Lapan6Online.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.