Pembangunan Semrawut, Banjir Menyambut

0
4
Foto : Net

OPINI | POLITIK

“Banjir merupakan hasil dari akumulasi berbagai perbuatan manusia di muka bumi ini. Mulai dari buang sampah sembarangan ke area sungai, tidak adanya resapan air akibat gersangnya hutan, pohon yang dibabat habis-habisan mengikuti hawa nafsu manusia,”

Oleh : Nurul Fahira

BENCANA alam mungkin tidak selalu dapat kita elakkan. Seperti yang terjadi pada seorang ibu dan anak yang dilaporkan hilang menjadi korban banjir pada Kamis (6/3/2025) ditemukan tak bernyawa di antara puing bangunan bercampur sampah.

Kedua korban yakni ibu bernama Santi alias Zahra (40) dan anak bernama Nurul (3) asal Kampung Gumelar Rt 02/ RW 22 Kelurahan Palabuhanratu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi (Liputan6, 08/03/2025). Apakah banjir merupakan lingkaran setan yang tidak akan pernah bisa dicegah lagi saat ini? Akankah banjir yang kita kira selama ini hanya sekedar akibat dari perbuatan buang sampah belaka saja? Mari kita bahas dan berpikir sejenak.

Banjir merupakan hasil dari akumulasi berbagai perbuatan manusia di muka bumi ini. Mulai dari buang sampah sembarangan ke area sungai, tidak adanya resapan air akibat gersangnya hutan, pohon yang dibabat habis-habisan mengikuti hawa nafsu manusia, dan pembukaan lahan yang serakah demi mendapat uang yang banyak.

Jadi, kalau ada yang mengatakan bahwa penyebab banjir utamanya adalah karena masyarakat yang sadar akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya itu sedikit, itu juga keliru. Memang benar, kita tidak menghilangkan fakta bahwa masih banyak masyarakat yang masih sepele dan suka membuang sampahnya secara sembarang. Padahal banyak juga poster, spanduk bahkan bacaan-bacaan yang bertuliskan buanglah sampah pada tempatnya. Namun, permasalahan soal sampah ini tak hanya sekedar dari sisi masyarakatnya saja.

Pemerintah juga punya andil besar dalam proses pengelolaan tata ruang kota, ataupun dari lahan-lahan yang sebelumnya adalah hutan, namun diratakan untuk membuka lahan di hutan tersebut. Ini tidak mengherankan, sebab di dalam sistem kapitalis seperti sekarang, membuka peluang seluas-luasnya bagi mereka yang mempunyai uang dan kekuasaan untuk menguasai aset-aset publik yang seharusnya tidak dikelola, bahkan diklaim oleh segelintir orang saja.

Pembangunan yang dilakukan secara sembarangan demi mengejar keuntungan telah menciptakan model pembangunan yang khas dalam sistem kapitalisme, yang lebih mengutamakan profit tanpa memperhatikan dampak terhadap lingkungan dan tata kota secara menyeluruh. Hal ini mengakibatkan masyarakat menjadi korban. Banyak yang kehilangan nyawa, rumah-rumah warga terendam, dan penduduk terpaksa mengungsi. Setelah terjadinya banjir, kasus diare dan penyakit lainnya pun tentunya meningkat.

Inilah mengapa rakus dan tamak menjadi tanda bahwa sistem kapitalistik sudah mengakar dalam benak kaum muslimin. Seharusnya, jika sifat takut kepada Allah itu hadir, maka otomatis itu yang akan menjadi pengontrol diri kita agar tidak bersikap tamak terhadap apa yang ada di dunia ini. Serta keimanan dan takut kepada Allah itu yang akan menjadi landasan kita berbuat dan melakukan sesuatu di atas bumi Allah ini.

Hal itu tidak akan terwujud jika kita masih saja berputar-putar dan tenggelam dalam sistem kapitalis ini. Sudah saatnya kita kembali lagi ke agama kita, yakni islam. Islam punya berbagai solusi atas permasalahan hari ini. Dengan menerapkan sistem islam secara sempurna, fasilitas publik seperti sekolah, rumah sakit, jalan, pasar, dan masjid akan dibangun dengan memperhatikan posisi pemukiman, sehingga masyarakat dapat dengan mudah menjangkau fasilitas tersebut. Di sisi lain, industri dan pertambangan akan dipisahkan dari permukiman untuk melindungi keselamatan warga.

Maka dari itu, khilafah tentu akan mengimplementasikan konsep hima, yang berarti kawasan yang dilindungi. Terdapat wilayah tertentu yang dilarang untuk diambil hasilnya, tanpa terkecuali, demi menjaga kelestarian lingkungan. Ini mencerminkan pengertian hutan lindung dalam konteks modern. Oleh karena itu, pembangunan dalam Khilafah tidak hanya berlangsung dengan pesat, tetapi juga memperhatikan kelestarian lingkungan. (**)

*Penulis Adalah Mahasiswi USU

Disclaimer :
Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan Lapan6Online.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi Lapan6Online.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.