OPINI | POLITIK
“Israel selalu melanggar hukum internasional dan berbagai perjanjian yang sudah ditandatangani, bahkan mereka terus memperluas wilayahnya yang sekarang sudah menguasai lebih dari 80% dan mereka juga terus membangun pemukiman Yahudi di tepi Barat,”
Oleh : Anindita Ekaning Saputri,
KONFLIK dan perang Palestina-Israel terus berlanjut, operasi badai Al-Aqsa yang dilancarkan pada Sabtu (7/10/2023) itu telah meggemparkan dunia internasional, pasalnya jika serangan sebelum-sebelumnya didahului oleh Israel, kali ini didahului oleh Palestina, dan kelompok Hamas meluncurkan serangan besar-besaran sebagai bentuk penyerangan balik yang dilakukan dalam skala besar.
Hamas memulai serangan multi-cabang sekitar pukul 6.30 pagi waktu setempat dengan ribuan roket yang ditujukan hingga Tel Aviv dan Yerusalem, di mana beberapa di antaranya melewati sistem pertahanan Iron Dome dan menghantam bangunan. Dalam www.cnbcindonesia.com, juru bicara Hamas, Khaled Qadomi mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kelompok itu melakukan operasi militernya sebagai tanggapan atas kekejaman yang dihadapi warga Palestina selama beberapa dekade.
Selain itu, Israel juga diketahui beberapa kali melakukan serangan di wilayah Masjidil Aqsa, yang merupakan tempat suci umat Muslim. Perang ini yang terjadi sejak 7 Oktober sampai 19 Oktober 2023 sudah menewaskan lebih dari 3.785 jiwa dan korban luka sudah mencapai lebih dari 12.500 jiwa di wilayah Gaza, sementara di tepi Barat untuk korban tewas berjumlah 79 jiwa dan korban luka berjumlah 1.434 jiwa, tentu ini mencakup anak-anak, balita, bayi, bahkan wanita.
Menanggapi perkembangan situasi di Gaza, Palestina, penggiat kemanusiaan asal Indonesia yang tinggal di Gaza, Abdillah Onim dalam diskusi virtualnya yang dikutip dari www.voaindonesia.com, menjelaskan bahwa Israel selalu melanggar hukum internasional dan berbagai perjanjian yang sudah ditandatangani, bahkan mereka terus memperluas wilayahnya yang sekarang sudah menguasai lebih dari 80% dan mereka juga terus membangun pemukiman Yahudi di tepi Barat.
Oleh karenanya satu-satunya cara yang para pejuang palestina miliki adalah mengangkat senjata untuk melakukan perlawanan. Dengan diplomasi tidak didengar, dengan penderitaan juga tidak didengar, dengan perampasan tanah pun tidak didengar dan mereka sangat yakin ini bukan sebuah kegagalan.
Dikutip dari khazanah.republika.co.id, di balik operasi ini ada sayap militer Hamas Brigadir Al-Qassam yang belum lama ini sejak awal serangannya menjadi viral di sosial media lantaran seruan Jihad yang disampaikan oleh Panglima Tinggi Al-Qassam, Muhammad ad-Dhaif.
Namun, miris sekali melihat pemimpin-pemimpin negeri-negeri Muslim hari ini, terutama Indonesia hanya mengecam serangan bom Zionis Yahudi yang menghantam Rumah Sakit Al Ahly Al Arabi di Gaza, padahal dalam serangannya itu menewaskan ratusan warga sipil dan itu dikatakan sebagai serangan terburuk dalam sejarah.
Dikutip dalam setkab.go.id, Presiden Joko Widodo menyatakan sikapnya terhadap konflik yang terjadi di Palestina, ia mendesak agar perang dan tindak kekerasan segera dihentikan untuk menghindari bertambahnya korban dan hancurnya harta benda karena eskalasi konflik dapat menimbulkan dampak kemanusiaan yang lebih besar. Selain itu, Presiden juga menyampaikan agar persengketaan wilayah bisa dan segera diselesaikan sesuai dengan parameter PBB.
Mirisnya banyak sekali kaum Muslim yang tidak paham akar persoalan konflik Palestina-Israel ini bahkan masih ada yang memberi dukungan kepada Israel padahal jelas-jelas merebut tanah kaum Muslimin dan sosial media yang kini dikuasai pihak musuh pun sangat mudah sekali membalikkan opini. Inilah yang dilakukan pihak zionis dan negara-negara pendukungnya. Maka tak heran jika hari ini pihak zionis justru banyak didukung oleh umat Muslim.
Dan lebih miris lagi, negeri-negeri Muslim tidak mengirimkan pasukan militernya untuk membantu kaum Muslim Palestina, sungguh solusi atas konflik Palestina-Israel adalah mencabut penjajahan hingga akar-akarnya dari bumi Palestina yang diberkati.
Sungguh penjajahan entitas Yahudi inilah yang menjadi persoalan mendasar krisis Palestina. Oleh karenanya, setiap tawaran solusi tidak berujung pada upaya menghilangkan penjajahan Yahudi dari Palestina bukanlah solusi nyata melainkan solusi parsial yang justru memperpanjang penderitaan kaum Muslim Palestina.
Solusi 2 negara seperti yang ditawarkan Amerika, perdamaian yang digagas negara-negara Barat, hingga normalisasi dengan penjajah Yahudi yang dilakukan penguasa Arab pengkhianat adalah solusi palsu. Alih-alih menghilangkan penjajahan justru melegitimasi keberadaan penjajah Yahudi.
Berharap pada OKI juga jauh dari harapan, pasalnya OKI merupakan kumpulan penguasa yang mayoritasnya tunduk kepada Amerika yang selama ini menjadi support system Israel dalam setiap penyerangan yang dilakukan. Berharap pada PBB juga mustahil, sebab keputusan apa pun dari PBB yang dianggap merugikan Israel akan diveto oleh Amerika.
Maka tidak ada cara lain kecuali dengan perang Jihad fii sabilillah. Untuk itu kewajiban utama untuk jihad ini ada pada pundak penguasa negeri-negeri Islam dan para panglima perang yang memiliki tentara yang terlatih peralatan tempur, pesawat-pesawat tempur, dan persenjataan yang lebih dari cukup.
Namun, jihad fii sabilillah tentu membutuhkan persatuan kaum Muslimin di bawah naungan khilafah dengan khalifah yang satu yang akan menjadi komando dalam jihad fii sabilillah. Inilah kekuatan besar umat Islam. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sungguh Imam (khalifah) itu laksana perisai; orang-orang akan berperang di belakang dia dan menjadikan dia sebagai pelindung (mereka)” (HR Muslim).
Oleh karena itu, saat ini umat Islam harus betul memahami konflik dan solusi tuntas atas persoalan ini, tidak hanya itu mereka juga harus terdorong melakukan pembelaan terhadap Palestina dengan terus menyuarakan dan mendakwahkan solusi tuntas yakni tegaknya khilafah Islamiyah. Karena hanya dengan khilafahlah perdamaian dunia bisa tercipta sebagaimana yang sudah terjadi di masa Rasulullah dan para sahabat. [*]
*Penulis Adalah Alumnus UHAMKA