OPINI | HUKUM
“Sikap brutal selalu menjadi alternative karakter manusia saat ini. Misalnya tawuran antar pelajar, antar warga kerap terjadi. Hal ini bisa disebabkan karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal,”
Oleh : Nidya Lassari Nusantara
POTRET buram dunia pendidikan kembali menjadi sorotan. Menambah panjang problem bangsa ini. Dilansir dari Analisadaily.com, Medan – Sejumlah mahasiswa dari beberapa kelompok terlibat baku hantam di Jalan Willem Iskander atau Jalan Pancing, Kota Medan, tepatnya di kampus II Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan, Jumat (10/11/2023).
Informasi dihimpun di lapangan, sejumlah anak muda diduga mahasiswa mendatangi kampus II UINSU Medan, lalu bentrok dan terjadi baku hantam mengakibatkan dua orang mahasiswa UINSU mengalami luka-luka dan beberapa fasilitas kampus rusak. Jika dicermati. Sikap brutal selalu menjadi alternative karakter manusia saat ini. Misalnya tawuran antar pelajar, antar warga kerap terjadi. Hal ini bisa disebabkan karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal berasal dari dalam pribadi. Seperti kita ketahui. Indonesia mengadopsi sistem sekuler dari ideologi kapitalis. Sistem ini memisahkan aturan agama dari kehidupan. Hal ini mengakibat dua hal terjadi.
Pertama, krisis identitas yaitu sistem ini membentuk krisis diri yang menganutnya menjadi pribadi yang belum bisa memahami hakikat hidupnya dan dirinya. Sekalipun sudah baligh (berakal) dan berstatus mahasiswa. Tidak memahami hakikat penciptaan, untuk apa sebenarnya diciptakan ke dunia ini. Bingung bagaimana mengisi kehidupan dengan baik dan efektif.
Kedua, kontrol diri yang lemah. Kurang bisa mengendalikan diri atas potensi kehidupan yang dimiliki, khususnya naluri mempertahankan diri (gharizah baqa’).
Sejatinya setiap manusia memiliki kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi. Jika tidak dipenuhi, maka fungsi biologis tubuh akan terganggu. Contohnya, kebutuhan minum. Jika dalam waktu sekian lama tidak minum, maka tubuh bisa dehidrasi dan bisa menyebabkan kematian.
Selain kebutuhan jasmani, manusia juga diberikan potensi oleh Allah Swt berupa naluri. Naluri manusia ada tiga yaitu naluri beragama (gharizah taddayyun), naluri berkasih sayang (gharizah nau’) dan naluri mempertahankan diri (gharizah baqa’). Ketiga naluri ini dipicu/dirangsang dari luar diri.
Contoh, naluri mempertahankan diri (gharizah baqa’) pada manusia harus diatur dan pemenuhannya dengan mengalihkan pada kegiatan fisik lain yang positif. Setiap pribadi perlu dibekali cara menahan dan mengendalikan diri saat rangsangan dari luar dirinya terjadi. Seperti ejekan atau bullying.
Selanjutnya, Faktor eksternal yang utamanya berasal dari lingkungan. Hal ini bisa berasal dari pengaruh teman sebaya, tayangan media dan kurangnya pengawasan orang tua. Jika ditelusuri secara mendalam, terjadi karena efek penerapan sistem sekuler kapitalisme. Pendidikan sistem sekuler menghasilkan akhlak manusia yang tidak lagi memperhatikan adab sehingga perangai kasar dan mudah terpancing emosi.
Syariat Islam mepunyai solusi untuk menyelesaikan masalah tawuran. Islam memberi pedoman tingkah laku, adab, dan akhlak yang baik. Islam memiliki aturan yang jelas tentang cara menjadi orang baik. Sistem Islam bila diterapkan secara menyeluruh mampu mencegah karakter brutal. Islam memiliki beberapa cara untuk membentuk generasi beradab anti brutal.
Pertama, Islam memberi petunjuk tentang cara membentuk karakter manusia yang baik. Hal ini dibutuhkan dukungan dari keluarga. Orang tua berperan penting mendidik anak dengan panduan Islam. Secara dini diajarkan adab, memberi tahu apa saja perintah dan larangan Allah SWT dan menjalankannya semata – mata karena ketaatan kepada Allah SWT.
Kedua. Lingkungan yang saling peduli, nasehat – menasehati dan amar maruf nahi munkar. Asas perbuatan masyarakat dalam islam adalah halal dan haram. Apa yang baik menurut Allah berarti halal. Apa yang buruk menurut Allah adalah haram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak boleh melakukan kemadharatan (perbuatan yang membahayakan diri sendiri), dan tidak boleh membalas kemudharatan dengan cara yang salah (membahayakan orang lain).”
Ketiga, dalam sistem Islam menerapkan aturan tegas dan sistem sanksi yang bisa memberikan efek jera dan penebus dosa. Islam dengan tegas melarang kekerasan, menyakiti orang lain dan melakukan kejahatan baik verbal maupun fisik. Islam juga mengatur media sosial. Media sosial tidak boleh menayangkan kekerasan fisik dan nonfisik. Semua ini juga harus didukung dengan sistem pendidikan diurusi negara. Kurikulum berlandaskan aqidah islam sehingga terbentuk pribadi dengan pola pikir dan pola sikap yang tidak hanya baik menurut pandangan manusia tapi juga menurut Syariah.
Maka apa yang terjadi sangat mencoreng nama bangsa. Mau dibawa kemana arah bangsa ini bila tempat pendidikan tak lagi dihargai. Para penerus bangsa calon intelektual berkarakter brutal. Semua kerusakan dari ideologi kapitalisme harus diakhiri. Tunggu apa lagi? sudah saatnya islam dipilih menjadi ideologi. Wallahualam bishawab. (*)
*Penulis Adalah Aktivis Dakwah