Jakarta, Lapan6online.com – Anggota Komisi I DPR RI, Hasbi Anshory mengatakan, penyebaran akses internet yang belum merata menjadi salah satu tantangan pemerintah dalam upaya mengembangkan telekomunikasi dan informasi di Indonesia.
“Sehingga, beberapa wilayah di Indonesia masih kesulitan dalam mengakses internet, terutama di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T),” kata Hasbi saat menjadi narasumber dalam Seminar Merajut Nusantara yang digelar BAKTI Kominfo bekerja sama dengan Komisi I DPR RI dengan tema “Masalah dan Tantangan Telekomunikasi Indonesia”, Kamis (7/4/2022).
“Ada tiga tantangan dalam pengembangan telekomunikasi di Indonesia. Pertama penyebaran akses internet yang belum merata. Kedua belum ada regulasi, dan ketiga masalah kedaulatan digital,” kata Hasbi.
Ia mengatakan, selama ini industri telekomunikasi dan informasi memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Bahkan, hal itu terjadi dalam situasi ekonomi yang mengalami tekananan dahsyat karena pandemi Covid-19.
“BPS mencatat pusat informasi dan komunikasi tumbuh pesat dan berkontribusi 4 persen terhadap PDB nasional. Pandemi memacu pertumbuhan telekomunikasi dan informasi,” ujarnya.
Selain tantangan, kata Hasbi, ada sejumlah masalah dalam perkembangan teknologi informasi, salah satunya geografi Indonesia.
Saat ini, Hasbi menyebut ada 202,6 juta pengguna internet di Indonesia. Untuk itu, pemerintah perlu segera membuat regulasi dan menyelesaikan masalah penyebaran akses internet tersebut.
“Ke depan kita berharap tidak ada lagi wilayah blank spot,” ucapnya.
Selain Hasbi, dalam seminar itu juga hadir akademisi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ismail Cawidu. Ia menekankan peran strategis telekomunikasi dan informasi dalam mendukung kesatuan dan persatuan bangsa.
“Jadi tujuan komunikasi adalah untuk mendukung persatuan dan kesatuan bangsa. Dan negara wajib hadir menyediakan jaringan telekomunikasi,” kata Ismail.
Ia menyebutkan tujuh asas dalam penyelenggaraan komunikasi, yakni harus memberikan kemanfaatan, harus adil dan merata, harus berasaskan hukum, kemudian asas keamanan, selanjutnya kemitraan, lalu menjaga etika dan kepercayaan diri.
Ia kemudian membeberkan masalah dan tantangan dalam perkembangan telekomunikasi di Indonesia. Pertama, menurutnya, adalah masalah pembangunan jaringan telekomunikasi.
“Tantangan kedua pemanfaatan jaringan. Masalah utama kita adalah pemanfaatan telekomunikasi. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi justru ada yang memanfaatkan untuk hal negatif seperti menyebarkan hoaks, mengadu domba dan lain-lain. Rendahnya literasi digital juga dimanfaatkan untuk jadi korban fintech,” bebernya.
Ismail menilai, pembangunan infrastruktur telekomunikasi bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan melalui kemudahan dalam berbagai hal. Untuk itu, dirinya mengajak agar masyarakat menggunakan infrastruktur telekomunikasi yang dibangun oleh pemerintah ini untuk hal-hal yang positif dan produktif.
Sementara, Rektor Universitas Muhammadiyah Jambi, Dr Nurdin, yang juga menjadi narasumber dalam seminar itu menjelaskan sial budaya digital yang merupakan prasyarat dalam melakukan transformasi digital.
“Karena kita sekarang menerapkan budaya digital. Hampir tidak ada orang hari ini yang berkomunikasi tidak dengan digital,” katanya.
Nurdin mengatakan, internet dapat membentuk cara masyarakat berkomunikasi. Dia mencontohkan saat ini kegiatan-kegiatan tradisional seperti kentongan dan lain-lain yang sebelumnya ada di masyarakat pedesaan sudah hilang.
“Sekarang komunikasi bisa lewat WhatsApp grup. Sekarang pekerjaan kita hampir sebagian dilakukan secara digital. Ini merupakan salah satu dampak perkembangan digital,” kata Nurdin.
Nurdin mengungkapkan, dengan topografi Indonesia yang berpulau-pulau tentu memengaruhi dalam penyediaan infrastruktur digital. Sehingga, infrastruktur digital yang belum merata ini mengakibatkan adanya disparitas penggunaan internet antara masyarakat di kota dan desa.
“Harus kita akui daerah-daerah tertentu akses internetnya lebih cepat. Kemudian problematika selanjutnya yakni masalah literasi digital. Ini sangat penting untuk menghilangkan aspek-aspek negatif dalam berinternet,” katanya.