“Kejadian Angin Puting Beliung di Ohoi Dunwahan, terjadi sekitar pukul 13.00 WIT dengan durasi hampir 2 menit. Sembilan rumah, satu kubbah masjid di Desa Dunwahan rusak, serta pasar di Langgur. Sembilan rumah warga yang rusak ditempati sebanyak 33 jiwa,”
Ambon/Maluku – Lapan6Online : 9 unit rumah warga, dan satu Masjid rusak, di wilayah Desa Ohoi Dunwahan, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara (Malra), akibat diterjang puting beliung, Kamis (24/1).
Selain rumah warga dan tempat ibadah, angin kencang itu juga menghancurkan fasilitas umum seperti sebuah pasar di Langgur, Ibukota Kabupaten Malra, dan sejumlah pohon tumbang.
“Kejadian Angin Puting Beliung di Ohoi Dunwahan, terjadi sekitar pukul 13.00 WIT dengan durasi hampir 2 menit,” kata Kepala BPBD Maluku Tenggara Mohtar Ingratubun yang dihubungi Teropongnews.com dari Ambon, Jumat (25/1) pagi.
Akibat angin puting beliung ini, sejumlah keluarga mengungsi. Mereka yang menjadi korban adalah Komarudin Lefteuw (40), Ridwan Kilmas (39), Wa Biru (60), Ikbal Lefteuw (60), Jeris Rahayaan (60), Siwaria Lefteuw (39), Haris Kilmas (26), dan Hasan Rumyaan (65), warga setempat.
“Sembilan rumah, satu kubbah masjid di Desa Dunwahan rusak, serta pasar di Langgur. Sembilan rumah warga yang rusak ditempati sebanyak 33 jiwa,” tandasnya.
Terpisah, Kepala Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon, Ot Oral Sem Wilar mengaku, dari hasil analisa sementara pihaknya bahwa kejadian yang membuat rumah warga rusak dan sejumlah pepohonan tumbang, diakibatkan karena angin kencang, bukan puting beliung.
Menurutnya, angin kencang terjadi karena adanya aktivitas awan hujan Comulonimbus (Cb) di Maluku Tenggara.
“Awan Cb dapat menyebabkan hujan secara tiba-tiba dengan intensitas sedang hingga lebat, disertai kilat/petir dan angin kencang,” jelasnya.
Dikatakan, angin puting beliung adalah angin kencang, tapi angin kencang belum tentu dikatakan angin puting beliung, tergantung kecepatan angin yang menyertainya.
Dia menjelaskan, kriteria pembentukan puting beliung sendiri sering terjadi di darat. Kalau di laut disebut waterspout. Puting beliung sering terjadi di musim transisi, bisa juga pada musim penghujan.
“Arah Pergerakannya tergantung arah gerakan awan Cb (awan konvektif). Lebih sering terjadinya siang atau sore hari, malam hari sangat jarang,” jelasnya. Kecepatan angin puting beliung mencapai 30 sampai 40 atau 50 knots perjam dengan durasi yang sangat singkat.
“Lamanya 3 menit, maksimum 5 menit dengan luas jangkauan daerah yang dirusak diperkirakan 5-10 Km. Dan saya sudah konfirmasi dengan pihak BPBD mereka katakan, bahwa masyarakat melihat kira-kira durasi 1 menit,” terangnya. ( IM/Rudy Sopaheluakan TN)