“Ketika masalah ekonomi yang menyentuh masyarakat pada akar rumput, ini berkaitan erat dengan masalah perut. Ketika masalah perut, maka bisa menjadi penyulut masalah keamanan yang lebih besar,”
Jakarta, Lapan6online.com : Gejolak Sosial sangat mungkin terjadi akibat dampak resesi ekonomi selama berlangsungnya pandemik Covid-19. Untuk mengantisipasi hal itu, Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah menyiapkan pasukan.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayor Jenderal Sisriadi mengatakan, TNI selalu berfikiran yang terburuk yang harus disiapkan terutama dalam kondisi krisis seperti sekarang ini.
Meski data yang dilihatnya menunjukan ada sedikit pelambatan kurva perkembangan kasus Corona di Indonesia. Tetapi, kata Sisriadi, TNI belum yakin akan terjadi penurunan dalam jangka pendek.
“Masih harus siapkan kondisi terburuk yang bisa terjadi,” kata Mayjen TNI Sisriadi di Jakarta, lansir situs nasional, Selasa, 28 April 2020.
Selain pasukan, persiapan yang dilakukan oleh TNI, kata dia, adalah persiapan 109 rumah sakit TNI di tiga matra, baik darat, laut dan udara.
“Sekarang dimulai peningkatan kapasitas kesehatan itu. Dan TNI telah mengajukan peningkatan anggaran di TNI dan Kementerian Pertahanan dengan meminta persetujuan dari anggota DPR,” katanya.
Menurut dia, kondisi terburuk di bidang keamanan masalah pandemi COVID-19 ini tak semata-mata masalah kesehatan, tetapi juga ekonomi.
“Ketika masalah ekonomi yang menyentuh masyarakat pada akar rumput, ini berkaitan erat dengan masalah perut. Ketika masalah perut, maka bisa menjadi penyulut masalah keamanan yang lebih besar,” terangnya.
Untuk antisipasi ini, TNI sudah membuat rencana antisipasi kemungkinan terburuk di bidang keamanan masyarakat saat pandemi Covid-19.
“Kami juga menyiapkan pasukan untuk menghadapi gejolak sosial yang mungkin bisa berdampak ke arah anarkis. Sehingga dampak keamanan bisa diperkecil ketika lebih siap lebih awal,” tandasnya.
Sebelumnya dikabarkan, banyak pihak yang khawatir dampak corona menyebabkan gejolak sosial seperti kerusuhan dan penjarahan seperti tahun 1998 lalu. Kekhawatiran itu kian meluas sejak diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar di berbagai daerah di Indonesia yang berdampak langsung dengan turunnya ekonomi nasional.
(*/RedHuge/Lapan6online)