Apa Benar Alasan Zionis Ratakan Gaza Karena Proyek Kanal Ben Gurion?

0
10
Zhuhriana Putri /Foto : Istimewa

OPINI | POLITIK

“Nama kanal ini merujuk pada pendiri Israel, David Ben-Gurion. Jika proyek ini benar-benar diselesaikan, maka akan mengubah dinamika maritim global dengan menghapus monopoli Mesir atas rute terpendek antara Eropa dan Asia, yaitu Terusan Suez,”

Oleh : Zhuhriana Putri

PROYEK Kanal Ben Gurion belakangan menjadi perbincangan hangat lantaran diduga menjadi motif utama zionis yahudi memborbardir Gaza. Seperti dikutip dari Kompas (14/11/2023).

Aksi militer Israel di Gaza dikaitkan dengan ambisi negara yahudi untuk membangun mega proyek Terusan/Kanal Ben Gurion. Proyek ambisius ini digadang-gadang bakal menjadi saingan Terusan Suez yang berada di bawah kendali Mesir.

Terusan Ben Gurion yang direncanakan berbentuk kanal besar dan dalam yang dimulai dari Eliat, kota Israel yang berbatasan dengan Yordania di Laut Merah, lalu melintasi Gurun Negev hingga ke Utara dan berbelok ke arah Laut Mediterania melintasi Gaza. Namun benarkah ini menjadi motif sebenarnya?

Jika kita menelisik sejarahnya, ide pembuatan Kanal Ben Gurion muncul sejak era 1960-an. Nama kanal ini merujuk pada pendiri Israel, David Ben-Gurion. Jika proyek ini benar-benar diselesaikan, maka akan mengubah dinamika maritim global dengan menghapus monopoli Mesir atas rute terpendek antara Eropa dan Asia, yaitu Terusan Suez.

Pada tahun 1963 seorang Insinyur mencoba untuk mengkalkulasikan modal yang dibutuhkan untuk membentuk kanal baru di gurun Negev, ternyata dibutuhkan 520 bom nuklir dengan 575 juta US dollar. Tentu ini biaya yang sangat besar.

Di tengah situasi ekonomi Israel yang merosot akibat penyerangannya di tanah Gaza, apakah pembangunan kanal ini masih sangat relevan diperjuangkan? Jika memang tujuan Israel adalah untuk membangun Kanal Ben Gurion, Israel bisa mendapatkan biaya sebesar itu dari mana? Tentu ini membutuhkan support dukungan dana dari negara adidaya hari ini.

Kita perlu menelusuri lebih jauh sejarah awal mula perjuangan berdirinya negara yahudi. Berawal dari seorang yahudi bernama Theodor Herzl yang menjadi inisiator berdirinya negara yahudi. Dalam bukunya “The Jewish State” ia menyatakan negara yahudi itu bukan sesuatu hal yang mustahil. Orang-orang yahudi bercita-cita untuk bisa sampai di tanah yang dijanjikan. Ada sebuah ungkapan yang sangat dikenal di kalangan zionis yaitu sebuah tanah tanpa manusia untuk manusia tanpa tanah.

Tanah yang mereka maksud adalah Tanah Palestina. Mereka menganggap bahwa Palestina adalah tanah tidak bertuan dan diperuntukkan untuk mereka orang-orang Israel yang terusir sepanjang sejarah. Tapi pada kenyataannya Palestina itu bukan tanah kosong. Palestina adalah tanah milik kaum muslim dengan kependudukan muslim arab.

Dalam buku “The Israel Lobby” juga tertulis latar belakang keberadaan Israel. Pemimpin gerakan zionis menyatakan bahwasanya kami akan terus melakukan ekspansi sehingga menguasai seluruh wilayah Palestina dan tidak ada cara lain kecuali dengan mengusir penduduk Palestina.

Dari sini kita bisa melihat bahwa motif yang sangat mendasari pergerakan zionis yahudi untuk menguasai Palestina adalah motif teologis dan ideologis. Mereka menjalankan misi apa yang mereka yakini dari kepercayaan agama mereka.

Demi menjalankan misinya, Israel membuat kesepakatan-kesepakatan politik dengan penguasa Negara Arab disekitarnya agar tidak memusuhi keberadaan Israel. Dan tentunya Israel membutuhkan dukungan dana militer yang besar untuk melancarkan misi penjajahan di tanah Palestina.

Dikutip dari laman Aljazeera, Israel berada di urutan pertama dalam sepuluh negara yang mendapatkan bantuan luar negeri dari Amerika. Sejak 1946 hingga 2023, Israel telah menerima bantuan sebesar 264 miliar US dollar dari Amerika.

Israel sangat menitikberatkan pengeluaran di bidang militer. Dikutip dari laman Aljazeera dalam “Israel Military Imports and Exports”, Israel mengimpor senjata militer sebesar 83% dari Amerika. Inilah mengapa Israel menjadi sekutu terkuat bagi Amerika, karena Israel adalah konsumen terbesar bagi Amerika.

Negara yang sangat mengalokasikan pengeluarannya di bidang militer adalah negara yang melakukan pendudukan/penjajahan. Dan hari ini negara Israel lah yang sangat memainkan peran itu. Sehingga wajar Israel menjadi konsumen terbesar dalam hal persenjataan militer.

Apakah masih relevan jika proyek Kanal Ben Gurion tetap diperjuangkan oleh Israel hari ini? Jika Amerika Serikat menjadi sekutu terkuat bagi Israel, maka sudah pasti Israel akan meminta bantuan ekonomi kepada Amerika untuk membangun kanal tersebut.

Tapi pada faktanya dilansir dari laman Aljazeera bantuan yang diterima oleh Israel dari Amerika itu terbagi menjadi dua, bantuan militer dan bantuan ekonomi. Jika bantuan militer dari tahun ke tahun semakin meningkat diberikan Amerika, ternyata bantuan ekonomi sebaliknya. Dari tahun 2000 hingga 2020 persentasenya semakin menurun bahkan mencapai titik 0.

Dimana kita tau bantuan ekonomi ini muaranya untuk pembangunan infrastruktur dan industri. Kalau lah bantuan ekonomi tidak diterima lagi dari Amerika maka sebenarnya tidak make sense jika Israel tetap mengejar proyek pembangunan Kanal Ben Gurion. Karena dengan serangan habis-habisan yang dilakukan Israel terhadap Gaza telah membuat kondisi ekonomi Israel sangat terguncang.

Pada kenyataannya, Israel menggencarkan serangan militernya adalah karena misi mereka untuk memperluas wilayah negaranya. Mereka menginginkan agar warga Palestina musnah dan mereka menguasai apa yang mereka yakini sebagai tanah yang dijanjikan itu. Jadi tujuan Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina bukan lah karena dorongan pembangunan proyek Kanal Ben Gurion.

Palestina adalah negeri para Nabi. Negeri sekitaran syam yang memang terkenal dengan konflik antar agama. Zionis merupakan gerakan dengan doktrin teologis yang termotivasi bukan sekedar karena uang (ekonomi). Misi teologis menjadi motif utama pergerakan mereka dibandingkan misi ekonominya.

Kita harus melihat apa yang terjadi antara Israel dan Palestina adalah sebuah perang peradaban. Syaikh Naquib el-Attas mengatakan terdapat perbedaan yang sangat fundamental antara peradaban barat dan peradaban Islam, maka apa yang sesungguhnya terjadi adalah suatu kondisi “permanent confrontation” atau konflik abadi. Zionis yahudi mewakili peradaban barat karena ia lahir dari dukungan Inggris dan Amerika. Palestina mewakili peradaban Islam. Walaupun peperangan ini sangat tidak fair dimana zionis didukung negara sedangkan gaza (palestina) hanya didukung sekelompok hamas. Jadi ini bukan sekedar konflik wilayah dengan motivasi ekonomi namun ada aspek teologis dan ideologis disana. (*)

*Penulis Adalah Aktivis Mahasiswa