Apa Pengaruhnya Boikot Produk Perancis ?

0
47
Foto : Net

OPINI

“Dengan dalih kebebasan berpendapat yang mereka anut dan juga sistem sekulerisme yang diterapkan, mereka dengan ringan langkah melakukan pelecehan terhadap agama Islam,”

Oleh : Zhuhriana Putri

Jakarta | Lapan6Online : Kaum muslim dihebohkan dengan aksi pelecehan terhadap Nabi Muhammad saw yang dilakukan oleh Perancis. Hingga menuai aksi pemboikotan terhadap produk-produk asal Perancis di berbagai negeri muslim.

Begitu juga dengan Indonesia, seperti yang dilansir dari Kompas.com (Sabtu, 31/10/2020), Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan imbauan kepada umat Islam Indonesia untuk memboikot segala produk asal negara Perancis. Selain aksi boikot, MUI juga meminta Presiden Perancis, Emmanuel Macron, untuk mencabut ucapannya dan meminta maaf kepada umat Islam se-Dunia.

Kejadian yang baru saja dilakukakan Perancis bukanlah kali pertama terjadi di dunia. Bahkan sebelumnya pada tahun 2015 Perancis juga pernah mengeluarkan karikatur Nabi Muhammad saw melalui Majalah Charlie Hebdo.

Hal ini juga dengan kejadian Islamophobia yang dilakukan negeri-negeri Barat terhadap Islam. Dengan dalih kebebasan berpendapat yang mereka anut dan juga sistem sekulerisme yang diterapkan, mereka dengan ringan langkah melakukan pelecehan terhadap agama Islam. Bahkan hingga menghina sosok mulia di dunia yaitu Nabi Muhammad dengan karikatur yang tidak sepantasnya.

Kecaman dan aksi pemboikotan yang dilakukan oleh negeri-negeri muslim pada hari ini menunjukkan ungkapan protes dan marahnya kaum muslim atas aksi yang dilakukan Perancis. Hal ini menandakan bahwa kaum muslim masih memiliki “nyawa” Islam tersebut di dalam hati masing-masing. Yang masih marah dan geram ketika melihat pelecehan terhadap Islam dan Rasulullah.

Namun, jika kita melihat dengan pandangan yang jeli, aksi kecaman dan pemboikotan yang dilakukan tidaklah cukup untuk menghentikan total penghinaan berulang terhadap sosok Rasulullah. Karena setiap tahunnya aksi ini masih saja terus berulang dilakukan oleh negeri-negeri barat sebagai bentuk kebencian mereka terhadap Islam. Perang peradaban antara negeri Barat dengan negeri Islam akan selalu terjadi. Dan seringnya Islam yang selalu menjadi kambing hitam dalam aksi tersebut.

Sejatinya aksi pemboikotan terhadap produk-produk Perancis tidaklah terlalu memberikan arti terhadap Perancis, dan juga tidak terlalu memberikan dampak terhadap penghentian aksi penghinaan tersebut. Islamophobia yang disebarkan oleh negeri-negeri Barat dengan salah satu caranya melalui aksi penghinaan tersebut merupakan bentuk dari adanya pemahaman liberalisme-sekulerisme yang diterapkan di seluruh negeri pada hari ini.

Dengan adanya paham liberalisme maka siapapun dapat bebas mengekspresikan kebebasannya hingga melampaui batasan-batasan SARA. Maka, sudah saatnya kaum muslim melakukan aksi tidak hanya mengecam dan memboikot produk-produk Perancis tetapi juga memboikot total paham liberalisme-sekulerisme dalam kehidupan. Karena selama paham ini masih mengakar di dunia, maka selama itu juga lah kemungkinan penghinaan ini akan terus berulang.

Apa yang terjadi hari ini juga menunjukkan bahwa tanpa adanya pelindung dan perisai kaum muslim, yaitu Khilafah, maka agama Islam dan juga pemeluknya akan menjadi mangsa bagi kasus penghinaan dan pelecehan oleh negeri Barat. Kita bisa melihat bagaimana tegasnya sosok Khalifah Abdul Hamid II pada masa khilafah Turki Usmaniyah dalam menggagalkan rencana pertunjukkan teater yang menampilkan tokoh utama Nabi Muhammad berikut dengan gambar (komik) yang melecehkan beliau yang akan digelar Perancis. Sultan Abdul Hamid menegaskan tidak peduli jika Perancis menyerang pribadinya.

Tetapi jika mereka menghina agama Islam dan Nabi Muhammad Shallahu’alaihi wa sallam, Sang Sultan mengaku siap bangkit dari kematian. “Aku akan menarik pedang meski sedang sekarat. Aku akan menjadi debu dan terlahir kembali dari debuku, lalu kembali berjuang. Bahkan jika mereka memotong leherku, mencabik-cabik dagingku, ini semua demi melihat wajah bahagia Baginda Nabi kita. Melihat wajah bahagia Rasulullah di akhirat”, begitu ucap beliau Sang Sultan.

Ultimatum pun dikeluarkan, “Akulah khalifah umat Islam Abdul Hamid Han ! Aku akan menghancurkan dunia disekitarmu jika kamu tidak menghentikan pertunjukan tersebut !.” Dan Perancis pun membatalkan maksudnya itu, yang ternyata diketahui motif agenda itu adalah menyambut Theodor Hezl, seorang yang kelak menjadi Founding father negara penjajah Israel, seorang yang juga pernah dihinakan oleh Abdul Hamid.

Sungguh hari ini kaum muslim membutuhkan sosok seperti khalifah Abdul Hamid II, yang tegas melakukan aksi perlawanan dan menghentikan seluruh bentuk penghinaan dan pelecehan terhadap Islam dan Nabi Muhammad saw. Tentu saja sosok pemimpin tersebut hanya kita temukan di dalam negara Khilafah, bukan di dalam negara liberalisme-sekuler hari ini. (*)

*Penulis Adalah Aktivis Mahasiswa

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini