Asia Tenggara Tegang, Kapal Perang AS Berjaga di Laut Malaysia

0
106
Kapal Perang AS Dituduh Melintas Kawasan China Tanpa Izin (CNBC Indonesia TV)

Kuala Lumpur | Lapan6online.com : Ketegangan melanda kawasan Asia Tenggara yang berbatasan dengan kawasan Laut China Selatan. Agresifitas China yang meningkat selama pandemik corona telah kemarahan sejumlah negara di Asia Tenggara yang bersengketa dengan China di Laut China Selatan.

Ketegangan kawasan ini memicu pemerintah Amerika Serikat (AS) mengirimkan Kapal Perang mereka sebagai upaya melindungi aset dan kepentingan AS di Asia Tenggara. Patroli Kapal-kapal Perang AS ini terpantau berada di lepas pantai Malaysia.

Sedikitnya 3 kapal perang AS berpatroli di dekat ladang operasi minyak dan gas lepas pantai Malaysia dalam beberapa hari terakhir.

Dikutip dari Wall Street Journal, seperti dikutip Lapan6online dari CNBC Indonesia, patroli ini merupakan bentuk dukungan AS terhadap Malaysia, yang kegiatan eksplorasi lepas pantainya di Laut China Selatan disebut ‘diganggu’ China.

Media itu menulis, AS mengirim kapal tempur USS Gabrielle Giffords untuk berpatroli di sekitar kapal bor West Capella, Selasa (12/5/2020) lalu. Kapal bor itu dikontrak Petronas dari perusahaan pengeboran lepas pantai Seadrill.

Operasi ini dilakukan AS setelah West Capella meninggalkan kawasan karena tekanan dari China. Kapal itu melakukan eksplorasi di dekat daerah yang diklaim tiga negara, Malaysia, Vietnam serta China.

“Angkatan Laut AS menyebut ini sebagai ‘operasi kehadiran’,” tulis WSJ, Rabu (13/5/2020). Pada minggu lalu, dua kapal angkatan laut AS lainnya juga berpatroli di sana.

Sebelumnya kapal perang AS mulai masuk di akhir April ke Laut China Selatan. Khusus wilayah eksplorasi Petronas, AS masuk berbarengan dengan pemberitaan insiden antara kapal China Haiyang Dizhi 8 dan West Capella.

Saat itu West Capella diberitakan dibuntuti oleh Haiyang Dizhi 8. Kapal perang itu, menurut Reuters, dikawal oleh penjaga pantai dan kapal-kapal Milisi Maritim China.

Sementara itu, Direktur Komunikasi Seadrill Iain Cracknell, telah mengkonfirmasi bahwa West Capella meninggalkan daerah itu setelah menyelesaikan pekerjaan yang direncanakan. Namun, kapal Haiyang Dizhi 8, masih berada di daerah itu.

Menurut situs web pelacakan kapal Marine Traffic, kapal itu berada di sekitar 371 km di lepas pantai Borneo Malaysia. Data menunjukkan, kapal itu telah bergerak di dalam zona ekonomi eksklusif Malaysia dalam pola berbentuk hash yang konsisten sambil melakukan survei. Ini adalah hal hal yang sama dengan yang dilakukan China di perairan Vietnam. Ini membuat ketegangan terjadi antara Vietnam dan China.

Sementara itu, AS sendiri menganggap kegiatan kapal China sebagai upaya untuk memaksa negara-negara kecil keluar dari kegiatan pengembangan sumber daya lepas pantai. Selain itu, angkatan laut China juga telah beberapa kali berselisih dengan angkatan laut AS dan negara lainnya di wilayah ini dalam beberapa bulan terakhir.

Oleh karenanya para pejabat Angkatan Laut AS mengatakan operasi perlu dilakukan di kawasan guna menunjukkan komitmen terhadap kawasan dan kemampuan Angkatan Lautnya. Lagipula pada 2016, pengadilan internasional telah memutuskan bahwa klaim China, tumpang tindih dengan klaim Vietnam, Malaysia, Brunei, Taiwan, dan Filipina, dan tidak memiliki dasar hukum.

Menanggapi ketegangan terbaru tersebut, kementerian luar negeri China mengatakan bahwa kapalnya hanya melakukan kegiatan normal di wilayahnya. Mereka juga mendesak AS untuk tidak melakukan tindakan yang dapat memperumit situasi.

Malaysia belum mengomentari secara spesifik situasi tersebut tetapi pada bulan lalu telah mengatakan bahwa mereka tegas dalam komitmennya untuk melindungi kepentingan dan haknya di Laut China Selatan. Pemerintah dan perusahaan minyak nasional, Petronas, tidak menanggapi permintaan komentar.

(*/RedHuge/Lapan6online)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini