Oleh : Eva Ummu Naira,
LAGI dan lagi pemberitaan PHK (pemutusan hubungan kerja) marak di berbagai media massa. Badai PHK sangat menghantui masyarakat saat ini. Gelombang PHK tak hanya d tanah air tapi terjadi juga pada perusahaan di luar negeri. Betapa berat beban hidup para pekerja atau buruh saat ini, ditambah hilangnya mata pencaharian mereka. Mengapa tak kunjung menemukan solusi atas masalah ini?
Salah satunya PT Tuntex Garment yang banyak memproduksi baju kenamaan dunia seperti Puma yang berlokasi di Cikupa, Kabupaten Tangerang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 1.163 pekerjanya. Selain Puma, Kepala Bidang Hubungan Industrial Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Tangerang Desyanti mengungkapkan bahwa brand asal Amerika yaitu Nike juga sempat memercayakan produksinya pada pabrik ini (CNBCIndonesia.com, 4/4/2023).
Gelombang PHK semakin meningkat dengan dalih lesunya perekonomian. Menurut REPUBLIKA.co.id, pada 11 Januari 2023, diperkirakan per 2022-2023, sebanyak 100 perusahaan di Jawa Barat akan melakukan PHK massal. Prediksi ini akan terus meningkat karena munculnya ancaman goncangan di sektor industri alas kaki, industri furnitur dan tekstil.
Begitu pun kondisi di luar negeri, raksasa ritel Walmart kembali akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada lebih dari 2.000 para pekerja di 5 gudang Walmart di Amerika Serikat. Pengumuman rencana PHK ini hanya beberapa minggu dari peringatan yang dibuat perusahaan bahwa ada tantangan sulit bisnis ke depan.
Sebagaimana yang dilansir cnnIndonesia.com, (6/4/2023), Reuters melaporkan PHK kali ini meliputi lebih dari 1.000 karyawan di Texas, 600 karyawan di Pennsylvania, lalu 400 karyawan di Florida, serta 200 orang di New Jersey.
Ada beberapa faktor mengapa badai PHK terjadi, antara lain permintaan akan barang menurun tak sesuai prediksi atau ekspetasi perusahaan. Akhirnya perusahaan memangkas pengeluaran agar tak merugi yaitu dengan mengurangi jumlah karyawannya. Faktor lain adalah banyak perusahaan besar yang berhasil membangun sistem teknologi di perusahaannya sehingga tidak memerlukan banyak tenaga kerja untuk efisiensi bagi perusahaannya.
Peran negara dalam sistem kapitalis saat sangat jauh dari harapan masyarakat, tak memberikan solusi pasti akan nasib buruh yang terdampak PHK. Pemerintah hanya sibuk membuat regulasi tentang ketenagakerjaan, bukan menyejahterakan rakyatnya dengan membuka seluas-luasnya lapangan pekerjaan.
Sangat berbeda dengan sistem Islam. Dalam sistem Islam negara bertugas menjamin kebutuhan dasar rakyatnya, baik sandang, pangan, papan, kesehatan pendidikan dan keamanan. Sesuai sabda Rasulullah SAW, “Imam (kepala negara) adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang ia pimpin” (HR Bukhari).
Salah satu bentuk pelayanan pemimpin yang paling penting menyediakan lapangan pekerjaan bagi orang yang mampu namun belum memiliki pekerjaan. Negara akan sangat berusaha membuka lapangan pekerjaan bagi rakyatnya, bisa berdagang, wirausaha, petani dan pekerja, karena semua itu sebagai bentuk tanggung jawab pemimpin untuk yang dipimpinnya.
Oleh karenanya, jelas sekali hanya Islam yang pantas dan tuntas menyelesaikan masalah ini, dan memberikan solusi pasti tentang bagaimana kesejahteraan rakyat akan terpenuhi. [*]
*Penulis Adalah Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok