Bahaya Toleransi Ala Moderasi Beragama

0
13
Eva Arlini, SE/Foto : Ist.

OPINI

“Islam tak memaksakan manusia untuk memilihnya menjadi pandangan hidup. Pemeluk agama selain Islam dibiarkan hidup berdampingan dengan muslim, tanpa saling mengganggu,”

Oleh : Eva Arlini

KITA sepakat untuk saling menghormati antar umat beragama. Toleransi patut dijunjung tinggi untuk menciptakan perdamaian antar umat manusia. Namun kita tak bisa memungkiri, dalam memandang hal – hal dalam kehidupan, ada sudut pandang yang dipakai.

Sudut pandang seseorang dipengaruhi oleh ideologi yang dimilikinya. Maka sebagai muslim yang wajib menjadikan Islam sebagai pandangan hidup, hendaklah kita mendudukkan paham toleransi sesuai ajaran Islam.

Islam sudah sangat matang dalam memahami persoalan toleransi. Dalam satu ayat al Quran dikatakan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama. Artinya, Islam tak memaksakan manusia untuk memilihnya menjadi pandangan hidup. Pemeluk agama selain Islam dibiarkan hidup berdampingan dengan muslim, tanpa saling mengganggu.Sepanjang sejarah peradaban Islam, juga telah dibuktikan kedewasaan Islam dalam bertoleransi. Di negeri – negeri bekas kepemimpinan Islam dahulu seperti Spanyol, gereja – gereja masih berdiri kokoh hingga sekarang. Indonesia yang berpenduduk mayoritas muslim ini juga sudah menunjukkan toleransinya kepada nonmuslim, dimana antar umat beragama hingga hari ini hidup berdampingan dengan damai.

Jadi mengapa saat ini opini mengenai toleransi begitu gencar disampaikan kepada kaum muslimin, seolah umat Islam tak mengerti toleransi?

Bila diperhatikan, ada indikasi toleransi berlebihan bahkan kebablasan yang ingin dipaksakan oleh penguasa kepada kaum muslimin. Seperti yang terlihat dari kunjungan Kepala Negara Vatikan, Sri Paus Fransiskus baru – baru ini. Paus disambut secara berlebihan di masjid. Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar Masjid Istiqlal bukan sekedar rumah ibadah bagi umat Islam, melainkan rumah besar bagi kemanusiaan. (https://nasional.tempo.co/5/09/2024)

Ada pula usulan oleh kementerian agama agar adzan di TV diganti dengan running text. Tokoh – tokoh muslim pun menunjukkan antusiasme yang luar biasa dalam bersikap terhadap Paus. Ya, sikap yang ditunjukkan oleh penguasa dan tokoh – tokoh muslim terhadap kedatangan Paus seolah ingin menunjukkan kepada umat Islam, begitulah seharusnya umat Islam bertoleransi kepada pemeluk agama lain.

Tentu dibutuhkan sikap kritis dari umat Islam dalam menyikapi persoalan tersebut. Umat Islam harus mengenal sejarah kehidupan peradaban umat Islam masa lalu yang jaya sekaligus mengayomi pemeluk agama lain tanpa penghormatan yang berlebihan seperti yang ditunjukkan penguasa saat ini pada nonmuslim.

Kita harus memahami, agama yang diridhai Allah swt hanyalah Islam. Allah swt berfirman: “Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam”. (QS. Ali Imran: 19). Ayat ini mengajarkan kepada kaum muslim, bahwa hubungan antar pemeluk agama tak boleh sampai mengurangi keyakinan kita terhadap Islam sebagai satu – satunya agama yang diterima oleh Allah swt. Islam adalah satu – satunya pandangan hidup yang akan menyelamatkan kita di akhirat, yang lain tidak.

Umat Islam harus waspada, jangan mau digiring kepada perbuatan yang melanggar perintah dan larangan Allah. Umat Islam mesti mempelajari dan mencermati dengan teliti mengenai sekulerisme, ide dasar ala barat yang mengilhami paham – paham turunan seperti toleransi ala moderasi beragama yang sedang digembar gemborkan saat ini. Sekulerisme menghendaki manusia memandang agama hanya sebatas ritual belaka.

Menurut ide sekulerisme, dalam kehidupan tak perlu diatur oleh agama. Alhasil bagaimana cara seseorang memandang hubungan antar sesama pun tak pakai agama. Agama hanya diambil inti ajarannya saja, yakni untuk kebaikan. Dengan begitu, dianggaplah semua agama sama, semua mengajarkan kebaikan. Maka batasan – batasan dalam beragama pun tak perlu ‘terlalu ketat’.Umat Islam harus terus bersemangat mempelajari Islam dan mengamalkan ajaran Islam. Hingga toleransi yang sesuai ajaran Islam bisa mereka tunjukkan kepada nonmuslim sehingga hal tersebut dapat menjadi sarana dakwah bagi mereka selain pula dakwah dengan lisan. Sudah menjadi kewajiban kaum muslimin untuk mengajak nonmuslim masuk ke dalam Islam. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw bahwa hubungan antara muslim dan nonmuslim adalah hubungan dakwah.

Dalam Kitab Sirah Nabawiyah karya DR. Rawas Qolahji diceritakan, saat Rasulullah saw menjadi kepala negara di Madina, Rasulullah mengirimkan surat melalui utusan beliau kepada para pemimpin negeri negeri di berbagai wilayah yang ada saat itu seperti Raja Kisra, Muqouqis, Heraklius dan lain – lain.

Pengiriman surat tersebut ditujukan kepada para raja – raja tersebut untuk mengajak mereka masuk ke dalam Islam dan menjanjikan keselamatan dunia akhirat. Jika para raja tersebut menolak, maka Rasulullah menawarkan mereka bergabung dengan kepemimpinan beliau. Jika para raja tersebut tetap menolak, maka Rasulullah saw menyatakan perang terhadap mereka.

Sebab sikap pemimpin tersebut secara tidak langsung menghalangi secara fisik masuknya dakwah Islam ke negeri mereka. Kalau bukan Rasulullah saw, siapa lagi yang harus kita contoh? (**)

*Penulis Adalah Guru Tahsin