Oleh : Sari Liswantini
PEMUDA adalah kekuatan umat, di tangan pemudalah akan terwujud perubahan. Mereka harta paling berharga yang harus selalu dijaga dan diarahkan agar tercipta generasi Muslim yang senantiasa taat kepada Allah SWT, memiliki visi dan misi yang jelas dalam kehidupannya sebagaimana para pemuda pada masa Rasulullah SAW, menjadi pembela Islam, ber amar makruf nahi mungkar, dan menjadi generasi berkualitas pemimpin peradaban.
Allah SWT beserta Rasul-Nya pun memberikan pujian kekaguman kepada para pemuda, karena di fase inilah mereka mampu membangkitkan semangat, menggerakkan perjuangan dan mengubah keadaan menjadi lebih baik serta tumpuan dan harapan untuk mengubah kondisi umat ini menuju kebangkitan Islam kaffah.
Namun yang terjadi dengan pemuda hari ini, mereka sangat jauh dari fitrahnya sebagai generasi muda calon pemimpin peradaban. Pemuda sekarang ini sudah dirusak moralnya, dijauhkan dari Islam yang rahmatan lil alamiin. Pemuda makin bebas dan liar perilakunya. Salah satunya penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Sepanjang 2022 BNN mencatat, sebanyak 3,6 pengguna obat-obat terlarang 70 % di antaranya usia produktif 16 – 55 tahun.
Selain itu perilaku seks bebas di kalangan remaja pun sangat mengkhawatirkan hingga mengakibatkan berbagai penyakit. Contohnya AIDS, hingga Juni 2022 sebanyak 519.158 orang terinfeksi, jumlah tersebut kemungkinan bertambah karena penderitanya banyak berasal dari usia produktif. Belum lagi berbagai kasus pelecehan dan penyimpangan seksual yang terjadi dan dialami oleh para generasi muda.
Semua fenomena itu terjadi karena arus liberalisasi kapitalis yang mencengkeram kehidupan hingga membajak potensi pemuda untuk dijauhkan dari tuntunan syariat Islam. Posisi generasi terbaik yang seharusnya mampu mereka wujudkan kini tidak bisa kita lihat dalam profil kehidupannya. Padahal tinta sejarah Islam telah banyak mencatatkan perjuangan pemuda yang berhasil memimpin peradaban.
Padahal, dalam catatan sejarah Islam, profil pemuda yang telah berhasil menjadi generasi yang shaleh baik sebagai ulama, ilmuwan sekaligus juga pembela Islam seperti sosok Muhammad al-Fatih, Sallahuddin al-Ayyubi, para ulama seperti empat imam mazhab, dan ilmuwan yang begitu luar biasa seperti Al-Farabi, Khawarizmi, Ibnu Sina, Al-Kindi dan banyak yang lainnya.
Namun, berbagai istilah disematkan pada generasi saat ini yang jauh dari ajaran Islam itu sendiri, yang lahir dari era digitalisasi modern ini, mulai dari generasi sandwich, generasi strowbery hingga generasi Z. Sebagian mereka banyak mengalami krisis jati diri, bermental lemah bahkan tidak produktif. Pola pikir dan kepribadian mereka tergerus oleh sekularisasi global yang ditancapkan para penguasa Barat kepada para pemimpin Muslim hingga membuat generasi muda hari ini lemah, hedonis, islamofobia akut, dan semakin jauh dari ketaatan pada ajaran Islam.
Memang, dalam UU no 40 tahun 2009 disebutkan pemuda harus beriman, bertakwa, berakhlak mulia dan memberdayakan potensi wirausahaan. Namun, makna itu semua apakah sudah sesuai dengan pancasila dalam sila 1 Ketuhanan Yang Maha Esa? Faktanya generasi muda saat ini lebih memilih menjadi duta moderasi beragama ketimbang jadi pengemban dakwah Islam atau pemuda yang belajar Islam kaffah.
Nyatanya, generasi muda Muslim mengalami kemerosotan moral, krisis akhlak, serta bangga dengan ide liberalisasi, feminisme, dan kesetaraan gender. Dalam hal pemberdayaan potensi wirausahaan, kita sadar betul dunia usaha saat ini banyak didominasi penduduk usia produktif. Per semester I 2022 tercatat 190.827.224 jiwa atau 69,30 % usia 15-64 tahun. Sebanyak 67.155.629 jiwa (24,39 %) kategori usia muda/remaja 0-14 tahun.
Sebenarnya, betapa besar potensi pemuda yang dimiliki negeri ini dengan mayoritas penduduknya kaum Muslimin. Tentu perubahan dan kebangkitan pemuda menjadi pemimpin peradaban dengan ideologi Islam bukan suatu hal yang utopis belaka.
Pada kenyataannya pemuda dianggap sebagai beban negara sehingga dipaksa harus kreatif, produktif, inovatif, dan fokus pada kebutuhan individual. Mereka laksana sapi perah yang hidup menjadi bahan bakar bagi mesin ekonomi kapitalisme. Standar kehidupannya hanya berlandaskan duniawi sebagai penghamba harta. Para penguasa Barat dan para kapitalis terus meracuni pemuda dengan sekularisme dan liberalisme.
Eksploitasi dan pembajakan terhadap pemuda akan terus merusak dan membajak potensinya selama pola pikir dan pola sikap mereka tidak berlandaskan syakhsiyah Islam. Maka dari itu pemuda harus segera melakukan perubahan mendasar, bergerak dan berjuang dengan metode yang benar sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Saatnya pemuda bangkit menghimpun kekuatan untuk menegakkan Islam kaffah agar mampu menjadi pemimpin yang tafaqufiddin.
Pemuda harus paham betul, tanggung jawab meninggikan agama ini ada di pundak mereka. Generasi muda harus berani mengatakan kebenaran dengan kuat dan lantang bahwa aturan yang dibuat manusia yakni sekularisme merupakan penyebab rusaknya generasi muda. Sekularismelah biang dari seluruh masalah. Kerusakan yang dialami oleh pemuda hari ini bukan berasal dari Islam.
Untuk itu yang harus dilakukan pemuda dengan menjadi agen perubahan dan ikut berperan aktif di tengah-tengah masyarakat. Sebab generasi muda Muslim yang akan melanjutkan kepemimpinan di masa mendatang untuk memimpin umat. Pemuda haruslah berkepribadian Islam, setiap denyut nadi kehidupan mereka akan dicurahkan sepenuhnya untuk membela Islam. Maka bangkitlah berjuang untuk melanjutkan kehidupan Islam! Maka kita akan kembali mengulang sejarah dari para generasi Muslim terdahulu yang namanya telah harum sepanjang masa. [*]
*Penulis Adalah Anggota Komunitas, Muslimah Menulis, Depok