OPINI | POLTIK
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali,”
Oleh : Khairul Nisa Afdilah
KALIAN tahu enggak sih tentang muhasabah? Secara bahasa muhasabah itu artinya perhitungan. Kalau muhasabah an-nafs bermakna perhitungan atas diri sendiri atau evaluasi diri terkait apakah kita sudah menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah.
Perintah muhasabah itu ada lho dalam Al-Qur’an surah al-Hasyr ayat 18 yang bunyinya, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dia perbuat untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha tahu atas apa saja yang kalian kerjakan.”
Jadi kalau kita melihat adanya kekeliruan, maka kita harus segera melakukan koreksi dengan cara melepaskan diri dari kekeliruan tersebut. Kita sebaiknya segera bertobat nasuha dan berpaling dari berbagai kekeliruan tersebut. Yuk sudah saatnya kita untuk perbaiki diri, dan mohon diperbagus akhlaknya kepada Allah.
Muhasabah menjadikan kita bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan kehidupan terbaik di akhirat kelak. Rasulullah bersabda, “Orang yang cerdas ialah orang yang selalu mengevaluasi dirinya serta beramal untuk kehidupan setelah kematian. Orang yang lemah (bodoh) ialah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan kepada Allah SWT” (HR at-Tirmidzi).
Umar bin Al-Khaththab ra juga pernah mengatakan, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah amal kalian sebelum ditimbang. Hal itu akan lebih memudahkan hisab kalian kelak/di akhirat” (Abu Nu’aim Al-Asbahani, Hilyah al-Awliya’, 1/25).
Selain muhasabah atas diri sendiri, kita juga diharuskan melakukan muhasabah atas kondisi umat lho. Belum bisa dibilang beriman kalau kita enggak punya kepedulian dan kecintaan kepada saudara kita, karena kaum Muslimin itu bagaikan satu tubuh. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Perumpamaan kaum Mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai dan menyayangi adalah bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan demam/turut merasakan sakitnya” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Tapi kenyataannya umat Islam saat ini mengalami kemunduran karena enggak taat dan enggak mau mengikuti syariat. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah ar-Rum ayat 41 yang bunyinya, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Maksud ayat di atas ialah, banyak terjadi berbagai kerusakan dan bencana di bumi ini, karena ulah manusia sendiri yang melanggar aturan Allah, contohnya aja berbuat maksiat. Di negeri ini syariat Islam kerap distigmatisasi, dakwah Islam dicap radikal dan dianggap sebagai ancaman, para ulama dikriminalisasi, sejumlah ustaz ditahan dengan tuduhan melanggar UU Karantina Kesehatan dan lainnya.
Umat juga disajikan seruan moderasi beragama yang dipropagandakan sebagai cara yang terbaik beragama dan berislam. Padahal inti moderasi beragama adalah semangat menghilangkan ajaran Islam, mengelabui umat yang dikemas dengan sebutan islami, yaitu Islam moderat atau Islam wasathiyyah. Ajaran ini pun bukan berasal dari Islam, tapi murni berasal dari Barat bertujuan melumpuhkan ajaran Islam.
Dengan alasan moderasi beragama, para pembuat kebijakan, dibantu tokoh-tokoh agama, memilah atau mensortir ajaran Islam sesuai dengan arahan Barat. Meniadakan hukum Islam yang bertentangan dengan sekularisme, pluralisme, liberalisme dan demokrasi. Meniadakan sebutan kafir karena bertentangan dengan pluralisme. perzinaan dan LGBT terus diperjuangkan melalui RUU TPKS (Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual).
Melalui pasal 34 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 45 tahun 2014, kewajiban menutup aurat dan berjilbab pun dihalang-halangi. Intinya, sekolah enggak boleh membuat peraturan untuk para siswi agar mengenakan busana islami.
Sektor ekonomi masyarakat pun dikuasai sistem kapitalis, dengan lahirnya UU omnibus law yang menguntungkan para pengusaha, importir dan para pejabat. Sudah jelas kalau UU ini tuh justru merugikan kaum buruh, dan akan mengancam sektor-sektor yang lain.
Ajaran Islam di-framing dengan wajah yang menyeramkan, sehingga umat Islam sendiri jauh dari Islam anti dengan agamanya sendiri, miris ya. Begitu juga kondisi negeri Muslim lainnya terjadi perang seperti Irak, Suriah ditampakkan sebagai contoh dampak buruk dari penerapan syariat Islam, duh jahat banget ya.
Jadi kondisi umat sekarang yang jauh dari Islam dan belum belajar tentang politik Islam mereka mungkin akan mudah terbawa arus, karena enggak punya pemahaman seperti apa Islam sebenarnya. Padahal banyaknya konflik dan peperangan yang terjadi sengaja dipicu oleh negara kafir penjajah, seperti AS, Inggris dan Rusia. Itu adalah strategi mereka yang sedang memperebutkan ‘daging’ kaum Muslim. Mereka ingin merampok kekayaan alam umat Islam dengan menyiapkan kondisi yang tak pernah stabil di kawasan umat Islam.
Jauhnya umat dari ajaran Islam adalah keuntungan bagi Barat dan derita bagi kaum Muslim. Umat terus dijerat dengan utang ribawi yang tahun ini sudah tembus angka 423,1 miliar dolar AS atau setara Rp 6.008 triliun! Itu artinya guys, setiap satu bayi yang lahir dia tuh sudah dikenai beban pajak lho, kurang lebih jumlahnya sekitar 24 juta per orang, kasihan ya.
Umat Muslim di tanah air jatuh dalam perebutan kekuasaan asing; AS dan Cina. Kedua negara ini terus memainkan peran politik, ekonomi dan militer. Tidak hanya di kawasan Laut Cina Selatan, tapi di dalam negeri juga. Mirisnya, umat Islam yang ada di Indonesia hanya manut alias mengikuti saja pada kepentingan AS dan Cina ini.
Dan tahu enggak kalian kalau 70 % tambang nikel, sekarang yang punya itu perusahaan asal Cina. Beragam investasi ini membuat Indonesia akhirnya menyerap banyak pengangguran di Cina, Tidak hanya level manajer, tetapi supir kendaraan pun banyak berasal dari Cina. Padahal tidak sedikit masyarakat Indonesia yang juga membutuhkan pekerjaan.
Dan aku mau mengingatkan dengan jelas kepada kalian yang mengaku Muslim, saat ini umat Islam sedang terpuruk. Tolong kalian sadarlah wahai pemuda Muslim, tidak ada solusi bagi segala keterpurukan ini kecuali menerapkan ajaran Islam secara keseluruhan. Dan perlu diingat kembali bahwa konsekuensi dari keimanan kita kepada Allah SWT terikat dengan hukum syara secara keseluruhan atau kaffah. Dan sekarang kalian sudah paham kan bagaimana buruknya sistem kapitalisme sekularis kalau masih terus diterapkan?
Sistem kehidupan selain sistem Islam sungguh tidaklah dapat di percaya. Kalau kita terus begini tentu kebangkitan Islam akan sulit untuk terwujud. Karena kembali kepada aturan Islam dan syariat-Nya adalah satu satunya jalan menuju kebangkitan Islam. Sebagaimana yang dikatakan Imam Malik ra, “Tidak akan pernah bisa memperbaiki kondisi generasi akhir umat saat ini kecuali apa yang telah terbukti mampu memperbaiki kondisi generasi awal umat ini” (Ibnu at-Taimiyah, Iqtidhâ’ ash-Shirâth al-Mustaqîm, 1/215). [*]
*Penulis Adalah Mahasiswi