Bisnis Industri Tekstil Indonesia Gigit Jari

0
18

OPINI | POLITIK | EKONOMI

“Dengan banyaknya karyawan yang menganggur sedangkan kebutuhan primer setiap hari tetap harus dilengkapi, justru mengakibatkan masalah baru yaitu angka kriminalitas yang makin tinggi,”

Oleh : Naura Azla Gunawan

DILANSIR dari finance.detik.com, gejolak geopolitik membuat china mengalami surplus pada produksinya, berbarengan dengan perang dagang melawan AS. Hal inilah yang kemudian meyebabkan pasar dalam negeri dibanjiri produk-produk impor. Apalagi pasar dalam negeri kita kurang terjaga dengan baik melalui peraturan kebijakan maupun penerapannya.

Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Adie Rochmanto Pandiangan membeberkan jumlah pekerja sektor tekstil terus mengalami penurunan dengan jumlah sebesar 7,5% dari 2023-2024.

Kemudahan masuknya barang impor negara lain ke Indonesia bukan hanya memperburuk perekonomian di Indonesia, baik dari sektor industri maupun lapangan pekerjaan. Industri konveksi banyak mengakibatkan penutupan dikarenakan turunnya minat konsumen dalam negeri memakai produk buatan lokal dan menurunnya angka ekspor ke negara lain. Penutupan ini juga mengakibatkan PHK besar-besaran sehingga permasalahan ini akan makin kompleks.

Dengan banyaknya karyawan yang menganggur sedangkan kebutuhan primer setiap hari tetap harus dilengkapi, justru mengakibatkan masalah baru yaitu angka kriminalitas yang makin tinggi. Sehingga hal ini makin memperburuk perekonomian negara. Ketidaktegasannya pemerintah mengatur regulasi impor dari negara lain ke Indonesia sama dengan membuka keran impor lebar-lebar di negara ini.

Pengusaha dan pemilik modal yang melakukan bisnis impor tersebut pasti mendapatkan keuntungan. Lalu penguasa akan mendapatkan cipratan atas jasa yang telah membuat pelonggaran aturan yang pro impor, sedangkan rakyat hanya mendapatkan kesengsaraan dari ketidakadilan yang dilakukan penguasa.

Penguasa dan pengusaha besar tidak peduli nasib para pengusaha konveksi dalam negeri yang kembang kempis menjaga agar bisnisnya tetap berjalan, karena ada ribuan pekerja yang menggantungkan nasibnya pada usaha ini, namun tampaknya banyak pekerja yang di PHK karena pabrik konveksi tempatnya bekerja telah tutup karena terus merugi.

Mereka juga tidak peduli akan ada banyak orang miskin baru yang akan menghadapi kesulitan untuk makan, bertahan hidup, dan mencari pekerjaan di tengah gelombang PHK. Menurut mereka, yang penting keuntungan yang didapat bagi mereka terus berjalan lancar.

Apalagi, negara dan para penguasa didoktrin oleh sistem kapitalis bahwa pasar bebas akan menguntungkan mereka karena mereka akan dapat bersaing di pasar perdagangan global. Nyatanya yang terjadi justru banjir produk asing dari luar negeri, sedangkan perusahaan dalam negeri tidak mampu bersaing dengan produk asing yang sudah mendominasi.

Tampaknya sistem kapitalisme hanya menguntungkan negara-negara besar yang menguasai negara-negara kecil. Kapitalisme juga hanya menguntungkan segelintir orang, baik penguasa dan pengusaha dengan asas sekularisme yang menghalalkan segala cara demi keuntungan pribadi.

Mereka membentuk lembaga ekonomi dunia, termasuk WTO (World Trade Organization) yang menjadi alat untuk melegitimasi penjajahan ekonomi tersebut. Melalui konsep perdagangan pasar bebas, mereka merekayasa konsep tersebut seakan-akan menguntungkan negara kecil padahal faktanya justru merugikan. Mereka memasuki negara-negara muslim dengan bebas dan mengambil alih pasar mereka.

Sistem kapitalime ini telah gagal melindungi perekonomian yang menyejahterakan rakyat. Justru kapitalisme malah memberikan mudarat bagi rakyat. Oleh karena itu, sudah saatnya untuk mengganti sistem ekonomi dan sistem kehidupan ini dengan sistem Islam.

Karena itu, sistem Islam dibangun di atas akidah Islam, sehingga baik pemimpin maupun pengusaha terikat dengan syariat Islam. Hanya sistem politik dan pemerintahan Islam, yaitu khilafah islamiyah, yang dapat berkolaborasi dengan sistem ekonomi Islam.

Perekonomian rakyat akan dijaga dan dilindungi oleh Khalifah dengan melawan lembaga ekonomi dan perdagangan global yang telah menjadi alat penjajahan Barat. Khilafah akan membangun ekonomi yang mandiri sehingga tidak bergantung pada bantuan dan kolaborasi asing.

Khilafah juga akan menciptakan swasembada untuk produk strategis, seperti kebutuhan pokok termasuk pakaian. Kebutuhan pakaian harus dipenuhi karena sangat penting untuk menutup aurat dan menjaga kesehatan masyarakat.

Dengan memberdayakan perusahaan konveksi di dalam negeri yang memproduksi benang, kain, dan pakaian jadi, Khalifah akan dapat mencukupi kebutuhan tekstil dalam negeri secara mandiri.

Pendistribusian produk tekstil akan diatur oleh khilafah secara baik agar mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri. Jika produksinya masih kurang, maka khilafah akan memberikan fasilitas ataupun dana agar kapastitas produksi bisa meningkat dan kebutuhan negara tercukupi.

Khilafah akan memberikan pelatihan dan pengarahan bisnis pada pemilik konveksi agar mereka selalu meningkatkan kualitas produknya. Jika ada produksi yang lebih, khilafah akan mengizinkan produk tersebut diekspor ke luar negeri. Hanya saja, ekspor tersebut diberi syarat tidak boleh merugikan umat Islam.

Demikian pula, mengenai impor, khilafah berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari impor tekstil karena tekstil merupakan kebutuhan dasar manusia. Secara ekonomi, impor tekstil dapat menjadi alat untuk melemahkan daulah khilafah.

Impor hanya bisa dilakukan pada produk yang tidak strategis. Dengan cara ini, industri tekstil dalam negeri dilindungi oleh khilafah untuk menguntungkan semua orang, baik pengusaha konveksi, pekerja, maupun masyarakat umum. Wallahualam bisshawwab. (**)