Corona Mengganas, Guayaquil Jadi Kota Terhoror di Dunia

0
152

Jorge Wated, yang memimpin satuan tugas pemerintah, mengatakan para pejabat telah mengambil lebih dari 520 jenazah di rumah-rumah warga selama sepekan terakhir.

Guayaquil | Ekuador | Lapan6online.com | Wabah corona di Ekuador tak tertanggulangi. Dari rangkaian kejadian di dunia, Ekuador menempati posisi paling horor akibat kurangnya tenaga medis yang menyebabkan banyak pasien corona tak tertolong. Mayat-mayat pun bergeletakan dimana-mana. Salah satu yang mengerikan terjadi di Kota Guayaquil.

Kota Guayaquil disebut menjadi kota paling horor di dunia. Sulitnya pemakaman membuat jalanan kota dipenuhi mayat-mayat yang tergeletak. Bau mayat pun merebak.

Dari foto yang beredar, di kota berpenduduk 2,5 juta jiwa itu benar-benar menakutkan, entah berapa banyak mayat ditemukan di jalanan dalam berbagai kondisi.

Ada yang dibungkus dalam plastik, ada yang hanya ditutupi kain, dan ada yang dibungkus dengan kasur. Ada juga mayat yang sudah dikemas rapi dalam peti mati namun urung dikuburkan.

Jenazah korban corona yang digeletakan di pinggir jalan di Ekuador. (foto: net)

Seorang reporter Al Jazeera John Holman melaporkan, Ekuador sedang bersiap-siap untuk menciptakan “kamp bagi orang mati” saat negara itu berjuang dengan salah satu wabah COVID-19 terburuk di Amerika Latin.

Mengutip ABC News disebutkan, sebagian besar dari 4.000 kasus positif corona ada di provinsi Guayas, yang mencakup kota Guayaquil dimana rumah sakit yang ada di kota itu kewalahan dan terpaksa menolak mereka yang sakit karena COVID-19 dan penyakit lainnya.

Jorge Wated, yang memimpin satuan tugas pemerintah, mengatakan para pejabat telah mengambil lebih dari 520 jenazah di rumah-rumah warga selama sepekan terakhir.

Jenazah korban corona yang digeletakan di pinggir jalan di Ekuador. (Str/Marcos Pin/AFP).

Pada hari Selasa, para pekerja telah menguburkan 146 jenazah dan diperkirakan akan menambah lebih dari 50 orang pada hari itu, katanya kepada stasiun radio setempat. Ia mengatakan layanan darurat kini berusaha mengumpulkan pasien yang sudah meninggal secepat mungkin, yaitu dalam waktu 12 jam.

Sekitar 2.000 peti mati kardus diberikan kepada anggota keluarga yang tidak dapat mendapatkan peti mati kayu.

“Kita harus menemukan opsi terbaik untuk saat ini,” ujar Wated. Kondisi diprediksi akan lebih buruk di Ekuador dengan jenzah yang belum dikuburkan.

(*/RedHuge/Lapan6online)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini