Dahsyatnya Bermitra Dengan Sang Pemilik Kekayaan Jagad Raya

0
3797
Hawilawati, S.Pd, Member WCWH & Revowriter/Foto : Ist
“Tak hanya sekedar kisah inspiratif, tapi sebuah pembelajaran besar bagi umat manusia, terutama adalah para korporasi. Para pengusaha adalah orang-orang yang memiliki kreativitas bahkan ambisi besar mengembangkan ekonominya,”

Oleh : Hawilawati, S.Pd

Lapan6Online : Kisah Baginda Rosulullah SAW dan para sahabat tak pernah bosan dan habis kita ambil hikmahnya. Tak terkecuali kisah tabi’in, tabi’ut tabi’in dan juga perjalanan hidup orang-orang Sholih.

Ini adalah salah satu sekian kisah orang Sholih di akhir zaman yang sangat menarik, penuh inspiratif dan menguatkan keyakinan bahwa segala aktivitas apapun ketika Sang Maha Pemilik Kekayaan Jagad Raya senantiasa disertakan dalam kehidupan, maka akan menuai keberkahan dan kebahagian hakiki.

Ia adalah seorang lulusan pertanian yang hidup di desa miskin negeri Mesir.

Tak banyak orang tahu sosoknya, namun terkuak istimewa pribadinya setelah kematiannya di sholati setengah juta orang di Kairo. Semoga Allah SWT senantiasa memberkahinya.

Hidup di desa miskin, namun tak membuatnya putus asa tuk terus sekolah sampai perguruan tinggi, gelar insinyur pun disandangnya.

Saat itu juga memikirkan untuk meningkatkan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat di desanya.

Sehingga iapun menginisiasi tuk membuka usaha bersama ke-8 teman insinyurnya yang tergolong miskin tuk mengumpulkan modal.

Mereka menjual tanah, perhiasan istri, hingga meminjam. Blueprint usaha besar sudah didesainkan, namun ada satu kendala yang membuat usahanya belum bisa berjalan. Yup usaha butuh 10 mitra untuk menyempurnakan modal yang dibutuhkan, namun masih kurang 1 mitra lagi untuk memulai usaha besar ini. 9 mitra yang ada yaitu dirinya dan ke-8 insinyur pertanian lainnya memutar otak mencari jalan keluar, bagaimana mencari 1 mitra ini agar usaha segera dieksekusi. Ia berkeliling kampung tuk mencari mitra ke-10, namun usaha sia-sia, penduduk kampung miskin semua.

Dengan berfikir keras, siapa mitra ke-10nya, akhirnya Didapatilah “Ya Alhamdulillah saya sudah menemukan 1 mitra yang kita cari”
Sontak semua teman yang menjadi mitra usahanya bertanya-tanya “siapakah mitra ke-10 tersebut?”

“Mitra ke-10 kita adalah Allah SWT Dzat Pemilik Kekayaan, Dialah Allah yang akan kita ikutkan menjadi pemilik saham yang ke-10.

Para mitranya bertanya kembali, “bagaimana caranya menjadikan Allah sebagi mitra bisnis kita?”

“Sangat simple, kita akan membagikan hasil usaha kita dengan mitra ke-10 ini, 10 dan 90. 10% untuk Allah dan sisanya untuk kita. Kita memohon doa agar usaha ini dijamin keberkahan dan kesuksesan.

“Bagaimana memberikan 10 % untuk Allah?” Tanya yang lain kepadanya.
“10 % tersebut kita berikan kepada yang berhak” .Jawabnya

Niat kuat luar biasa, membuat usaha awal perternakan unggas mereka berjalan baik, keuntunganpun sangat bagus. profit yang didapat segera di keluarkan 10 % untuk Allah dengan mensedekahkan kepada fakir miskin.

Bisnis terus di evaluasi mereka berkumpul melakukan meeting, kali ini akan menaikan profit 20 % untuk Allah SWT, semua sepakat.

Fantastis, reveneu usahanya semakin melejit, semakin berkembang. setelah dievaluasi, disepakati lagi untuk menaikkan pembagian profit kepada mitra ke-10nya, mulai dari 30%, 40% hingga 50%.

Luar biasa, usahanya semakin berkah dan banyak memperoleh harta, iapun mendermakan 50 % dengan menyiapkan dana pembangunan beberapa sekolah yang akan didirikan di desa. Pendidikan diperuntukan untuk anak-anak desa tanpa berbayar.

Awalnya hanya sekolah putra . Lalu berkembang dibangun sekolah putri, mulai dari SD, SMP hingga level SMU. Tak hanya satu sekolah namun beberapa sekolah dibangun dari usahanya.

Usaha terus semakin bagus, akhirnya para pemilik saham berkumpul untuk mengevaluasi bisnisnya kembali, dan mereka sepakat akan menaikkan profit untuk Allah 100 %. Maa Syaa Allah.

Ia bersama mitranya meminta izin kepada penguasa tuk membangun perguruan tinggi di daerahnya, namun penguasa tak mengizinkannya karena letak daerah yang akan dijadikan perguruan tinggi sulit akses transportasinya. Akhirnya iapun membangun jalur kereta api tuk mempermudah para mahasiswa belajar di perguruan tinggi tersebut.

Tak sampai disini, iapun telah membangun rumah sakit untuk masyarakat umum, juga membuka Baitul mal di setiap daerah luar biasa.

Sahabat ia bukanlah penguasa negeri atau pejabat pemerintah, namun idenya sungguh berlian melakukan bisnis bermitra kepada Allah hingga profit yang ia peroleh dikembalikan lagi untuk maslahat bagi sesama. Ia adalah seorang sarjana pertanian yang saat itu memiliki keterbatasan modal usaha.

Dalam mengembangkan usahanya tak hanya sekedar untuk memperkaya dirinya. Ia adalah Ir. Sholah Athiyah berasal dari desa Tafahna Al Asyrof, kini dikenal sebagai pahlawan Mesir tanpa publikasi di Media. Jasanya luar biasa, Masyarakat Mesir sangat merasakan visi matinya atau peninggalannya, yang bernilai amal jariyah.

Ini tak hanya sekedar kisah inspiratif, tapi sebuah pembelajaran besar bagi umat manusia, terutama adalah para korporasi. Para pengusaha adalah orang-orang yang memiliki kreativitas bahkan ambisi besar mengembangkan ekonominya.

Namun sangat miris jika menyaksikan kaum kapital saat ini, menghalalkan segala cara untuk meraup keuntungan materi sebesar-besarnya yang notebene adalah pengusaha Muslim.

Tak sedikit yang memulai usahanya dengan meminjam modal dengan transaksi ribawi. Strategi pemasaran dengan cara yang bathil, sumber ekonomi yang dieksplorasi bukan miliknya namun milik umat hingga banyak orang yang terhalang merasakan kesejahteraan hidup akibat hak milik rakyat diprivatisasi atau dimonopoli. Bahkan banyak pengusaha yang berbisnis barang haram, Naudzubillah mindzaalik.

Pada hari ini banyak manusia, segala macam cara ditempuh asalkan bisa menjalani hidup. Benarlah sabda Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau yang haram.”

*Islam Membolehkan Muslim Menjadi Kaya*
Islam memperbolehkan mengembangkan ekonomi hingga meraih kekayaan.Namun kekayaan bagi orang beriman sungguh menuai keberkahan dan bernilai pahala, karena sebab dibawah ini:
1.Niat usaha dilakukan karena Allah, sehingga memposisikan Allah sebagai komisaris utama dalam usahanya, artinya jalan usaha siap dikontrol Allah dengan tidak melanggar ketentuan syariat ekonomi Islam
2. Harta yang diperoleh tersebut digunakan untuk kontribusi besar perjuangan agama, dakwah dan jihad untuk meraih kejayaan Islam, bukan semata-mata memperkaya diri hingga ketamakan meliputi pribadinya bahkan menghambat segala kemajuan islam.
3.Pengusaha muslim juga akan memberi maslahat bagi sesama, semakin Allah menebar rizki kepadanya, ia semakin sadar bahwa semakin besar titipan Allah SWT untuk didermakan kepada orang-orang yang berhak melalui infak, sedekah dan zakat maal (jika harta sudah mencapai ketentuan 1 haul dan nisabnya). Hal ini dilakukan untuk membersihkan hartanya.

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS At-Taubah ayat 103).

Dibalik zakat ada banyak orang yang terselamatkan, di antaranya adalah mustahiq zakat :
– Fakir (orang yang tidak memiliki harta)
– Miskin (orang yang penghasilannya tidak mencukupi)
– Riqab (hamba sahaya atau budak)
– Gharim (orang yang memiliki banyak hutang)
– Mualaf (orang yang baru masuk Islam)
– Fisabilillah (pejuang di jalan Allah)
– Ibnu Sabil (musyafir dan para pelajar perantauan)
– Amil zakat (panitia penerima dan pengelola dana zakat)
4. Memahami Sistem & ilmu ekonomi islam.Tanpa ilmu syar’i maka dunia ini akan rusak begitupun dalam mengembangkan ekonomi, pengusaha muslim akan sangat hati-hati dalam bertindak, standar halal dan haram sesuai syariat yang ia gunakan.

Ia akan mengembangkan bisnis dengan jasa dan zat (barang) yang halal, tidak menggunakan strategi marketing penuh kecurangan, penipuan atau spekulasi.
Ia akan mengembangkan usaha dengan harta miliknya. Tidak memonopoli SDA atau mengambil harta bukan miliknya, tidak Memprivatisasi harta masyarakat berupa SDA yang melimpah ruah (seperti minyak bumi, air, garam, hutan, gunung, pulau dan kekayaan di dalamnya).

Ia akan berusaha dengan cara yang dihalalkan seperti Syirkah bersama pemilik modal dengan sistem bagi hasil (mudhorobah).

Jika kekayaan dimiliki oleh Muslim yang beriman dan taat maka dunia akan terselamatkan, namun jika kekayaan dimiliki kaum kapital atau korporasi yang dzolim maka dunia akan rusak bahkan akan semakin tampak kerusakan di daratan dan di lautan karena mengeksploitasi sumber ekonomi dan menjalankan roda perdagangan atau bisnis tanpa didasari hukum syara, khususnya sistem ekonomi islam l.

Karenanya sangat wajar Amirul Mukminin Umar Bin Khottob ra. berkata bahwa bagi siapapun yang tidak memahami prinsip muamalah konsep ekonomi syar’i maka tidak boleh melakukan aktivitas perdagangan.

لَا يَتَّجِرْ فِي سُوقِنَا إلَّا مَنْ فَقِهَ أَكْلَ الرِّبَا .
“Janganlah seseorang berdagang di pasar kami sampai dia paham betul mengenai seluk beluk riba.”

Sangat dirasa betapa banyak korporasi berkembang saat ini bukan memberikan maslahat bagi umat manusia justru kesenjangan kesejahteraan umat semakin buruk, kondisi ekonomi bangsa semakin terpuruk, dan kondisi alam kian rusak karena ulah tangan dan ketamakan kaum kapital yang tidak memiliki basik pemahaman ekonomi islam.

Ditambah penguasa yang hanya berfungsi sebagai regulator kaum kapital dengan kebijakannya, agar segala apa yang dilakukan mereka menjadi legal. Hal ini semakin menguatkan segala kebathilan yang dilakukan kaum kapital dan korporasi sekuler liberal.

Disinilah salah satu pentingnya memahami dan merealisasikan konsep ekonomi islam dalam segala aspek kehidupan terutama dalam pengembangan usaha. Efeknya sangat dahsyat, selain keberkahan bagi para pengusaha, juga memberikan kemaslahatan serta kesejahteraan yang sesungguhnya, secara ekonomi semua lini terselamatkan.

Namun konsep ekonomi Islam tak akan bisa idealis berjalan, tanpa adanya institusi berdasarkan Aqidah Islam yang akan total melegalkannya. Wallahu’alam Bishowab. GF

*Penulis adalah Member WCWH & Revowriter

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini