OPINI | POLITIK
“Masalah pembuangan limbah yang terjadi hari ini tentu disebabkan beberapa faktor, salah satunya karena maraknya industrialisasi namun tidak dibarengi dengan pengolahan limbah yang tepat,”
Oleh : Hana Sheila,
JEPANG telah merealisasikan pembuangan limbah nuklir Fukushima sebanyak 1,25 juta ton ke laut Samudera Pasifik, pada Kamis 24 Agustus 2023 lalu. Dan telah disetujui IAEA dan prosesnya akan berlangsung dari Agustus 2023 hingga akhir Maret 2024. Tentu tindakan tersebut telah menuai polemik dunia Internasional, baik yang pro maupun kontra.
Bagi yang pro, alasanya karena limbah nuklir yang dibuang telah dianalisis Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan konsentrasi isotop yang radioaktif (tritium) masih jauh di bawah ambang batas operasional yaitu 1.500 becquerel per liter (Bq/L). Sementara yang kontra, karena dampak jangka panjang terhadap ekosistem laut, baik di dasar maupun di permukaan. Namun, Jepang mengumumkan bahwa informasi terkait riset lanjutan dan keamanan akan dilakukan secara terbuka dan risetnya dilakukan secara berkala.
Masalah pembuangan limbah yang terjadi hari ini tentu disebabkan beberapa faktor, salah satunya karena maraknya industrialisasi namun tidak dibarengi dengan pengolahan limbah yang tepat, tidak bisa mengolah limbah agar bisa di daur ulang, serta tidak memiliki tempat pembuangan limbah yang baik untuk lingkungan. Banyak yang menganggap laut sebagai tempat pembuangan akhir bagi kehidupan manusia, karena laut memiliki volume air yang cukup besar dan memiliki kemampuan untuk mengencerkan segala jenis zat yang dirasa tidak akan menimbulkan dampak sama sekali.
Padahal, terdapat suatu ekosistem kehidupan di dalam laut yang harus dilestarikan yang memiliki kemampuan untuk mempertahankan suatu keseimbangan dan salah satu kebutuhan manusia. Kelestarian air laut jika tercemar oleh zat-zat yang ditimbulkan oleh limbah manusia secara terus-menerus dengan volume yang besar dalam konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan rusaknya keseimbangan laut, dan berdampak pada kelestarian alam dan terjadi dampak global untuk selanjutnya.
Pembuangan limbah di Jepang dan belahan dunia hari ini merupakan bukti di tangan peradaban sekuler kapitalis. Bumi menderita karena kerusakan lingkungan yang semakin parah serta kondisi alam yang buruk akan berakibat pada kondisi kesehatan masyarakat, ekonomi dan penurunan kualitas pemenuhan kebutuhan makanan. Dan ketika masalah ini terjadi tidak ada kebijakan yang menyelesaikan dan menyentuh akar persoalan yang harusnya negara membuat program untuk mengatasi problem pembuangan limbah ini sebelum memberikan dampak kepada masyarakat.
Solusi yang bisa menyelesaikan hal ini adalah ketika menggunakan sistem Islam. Karena di dalam Islam, laut merupakan milik umum yang pengelolaan dan perlindungan oleh pemerintah. Pencemaran air laut yang terjadi perlu untuk dikendalikan karena dapat megurangi pemanfaatan dari air laut sebagai kebutuhan utama dan salah satu faktor dalam pembangunan perkelanjutan.
Pencemaran dikendalikan bersama-sama bukan hanya oleh pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dan pemangku kepentingan yang melakukan perlindungan lingkungan hidup dalam pembangunan berkelajutan namun masyarakat juga harus turut serta ikut mengendalikan pencemaran sampah dalam air laut. Pemerintah atau masyarakat merupakan faktor manusia yang dapat menimbulkan pencemaran air laut dengan beberapa faktor penyebab, salah satunya sampah.
Oleh karenanya, sangat penting sekali mengendalikan pencemaran air laut karena air laut dibutuhkan dan dimanfaatkan manusia untuk kelangsungan hidupnya dan faktor utama dalam pembangunan. Ketika pemerintah mengambil alih penegelolaan sumber daya alam dan masyarakat saling bersinergi menggunakan sistem Islam. Maka bumi akan terjaga dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. [*]
*Penulis Adalah Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok