OPINI | POLITIK
“Parpol tak ada bedanya dengan perusahaan, berjibaku bersiasat mencari sumber cuan. Bahkan korupsi pun tak segan mereka lakoni. Entah adakah sepercik ingatan mereka atas kesusahan rakyat. Rakyat hanya bisa terpaksa mengambil jurus SDM (Selamatkan Diri Masing-masing,red),”
Oleh : Dyan Indriwati Thamrin, S. Pd,
PEMERINTAH melalui Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengusulkan kenaikan bantuan dana partai politik (parpol) tiga kali lipat dari Rp 1.000 per suara menjadi Rp 3.000 per suara.
Mantan Komisioner KPU Hadar Nafis Gumay menilai kenaikan dana bantuan parpol di saat krisis seperti saat ini dirasa kurang tepat. Menurutnya di tengah kondisi krisis keuangan dan kenaikan BBM, seharusnya pemerintah memprioritaskan kebutuhan yang langsung dirasakan rakyat. Karena itu kenaikan bantuan parpol, apalagi sampai tiga kali lipat, dirasa kurang pantas.
Selain itu, jelas dia, penambahan dana bagi parpol parlemen menjelang pemilu juga tidak etis. Ia merasa akan mengakibatkan ketidak adilan antara parpol-parpol lain peserta pemilu.
Hadar mengusulkan sebelum Mendagri menaikkan dana bantuan parpol, ada baiknya pemerintah bersama DPR terlebih dahulu membenahi sistem pengawasan dan pelaporan yang lebih transparan dan akuntabel. Karena banyak kasus dan bantuan parpol di daerah menjadi sumber tindak pidana korupsi.
Dana bantuan parpol yang akan diberikan pemerintah itu, jelas Hadar sebagaimana dikutip laman republika, bukan hanya untuk pusat saja namun juga akan diberikan kepada anggota DPRD kota dan kabupaten. Sehingga kalau ada kenaikan bantuan dana parpol tiga kali lipat jumlahnya sangat besar.
Selain mengawasi jalannya sistem pemerintahan, bukankah parpol seharusnya juga mewujudkan kesejahteraan rakyat? Namun apa mau dikata, mau disangkal sedemikian rupa, sistem kapitalis yang diterapkan di negeri ini telah melandaskan setiap aspek kehidupan pada materi, tak terkecuali parpol.
Dengan kenaikan bantuan dana parpol apakah menjadi jaminan meningkatnya kinerja parpol dalam hal mengurusi kepentingan rakyat? Lagi-lagi rakyat hanya bisa meneguk ludah pahit! Berat untuk dikatakan, kenaikan bantuan dana parpol demi kebutuhan rakyat.
Berlaga dalam kontestasi politik di sistem demokrasi butuh dana besar, karena itu adanya usulan kenaikan bantuan dana parpol bak tiupan angin surga. Hubungan simbiosis mutualistis (saling menguntungkan) antara parpol dan kaum pemodal pun jamak terjadi di sistem ini. Alih-alih parpol pemenang pemilihan memenuhi janji politiknya untuk mengayomi rakyat, mereka malah mengakomodasi kepentingan para pemodal sebagai ‘balas budi’ atas sokongan dana yang sudah digelontorkan.
Mewujudlah kebijakan-kebijakan yang justru menyengsarakan rakyat, tetapi menggembirakan pihak konglomerat. Rakyat hanya bisa termangu ketika protes yang mereka teriakan atas ketidakadilan dibalas dengan makian.
Parpol tak ada bedanya dengan perusahaan, berjibaku bersiasat mencari sumber cuan. Bahkan korupsi pun tak segan mereka lakoni. Entah adakah sepercik ingatan mereka atas kesusahan rakyat. Rakyat hanya bisa terpaksa mengambil jurus SDM (Selamatkan Diri Masing-masing,red).
Salahkah jika rakyat lalu bertanya : “Wakil siapa mereka sesungguhnya?” Rakyat terus saja diteror dengan kebijakan mengerikan. Tarif dasar listrik dan harga BBM naik, biaya kesehatan melangit, biaya pendidikan kian melambung, sedangkan suara-suara kritis dibungkam.
Sudah tiba saatnya parpol melandaskan tupoksinya (tugas pokok dan fungsi) pada panduan Islam. Definisi politik menurut Islam adalah ‘mengurus urusan rakyat’. Parpol berfungsi mendidik masyarakat agar mereka memahami apa saja yang berkaitan dengan kesejahteraan mereka. Sehingga ketika ada kebijakan yang jauh dari maslahat, parpol dapat melakukan kritik atau memberi masukkan kepada penguasa.
Posisi parpol tidak ada bedanya dengan posisi individu, masyarakat maupun negara, sama-sama wajib melakukan amar makruf nahi munkar. Aktivitas parpol tegak karena mencari ridho Allah SWT, sehingga tidak tergantung dengan ada tidaknya dana. Parpol pun fokus mengawasi terpenuhinya kebutuhan rakyat dan memastikan kinerja penguasa benar-benar hanya demi kepentingan rakyat.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 104 : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Sudah saatnya kampanye hitam yang dilontarkan para pembenci Islam diabaikan. Karena hanya Islam yang memiliki konsepsi parpol sempurna. Sistem demokrasi liberal dan kapitalistik terbukti gagal menghasilkan parpol yang sungguh-sungguh bekerja demi kepentingan rakyat.
Allah SWT pasti akan meminta pertanggungjawaban siapa saja kelak di hari akhir nanti, tak terkecuali parpol, atas upaya mereka dalam mengikuti perintah-NYA, karena surga dan neraka bukan dongeng belaka. Wallahu’alam. [*GF/RIN]
*Penulis Adalah Pemerhati Masalah Sosial dan Politik