“Media massa telah menjadi alat Kapitalisme Belaka. Dan Demokrasi Liberal adalah alat Canggih untuk meperkuat rezim boneka Kapitalis. Demokrasi Liberal dan Kapitalisme Global dan Anteknya adalah Dua sisi dari satu mata koin,”
Oleh: Muslim Arbi, Koordinator Gerakkan Perubahan (Garpu)
Lapan6Online : ”Mereka menjawab klo Jokowi sudah banyak berbuat utk Indonesia seperti yg selalu di siarkan di TV sedangkan Prabowo belum apa2..
Lantas saya berfikir gimana caranya agar mereka mengubah pilihannya. Adalah ungkapan masyarakat Indonesia Timur bukan rekayasa.
Berikut ini adalah pengalaman lapangan dari Bung YZ dari Alumni PTSI (Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia)
Pengalaman saya (YZ) tiga hari yang lalu sewaktu membentuk saksi TPS Partai Berkarya di suatu desa. Sewaktu saya mengajak teman2 di sana mereka nanya utk pilpresnya no berapa.? Saya jawab no.02 Prabowo – Sandi.
Lalu mereka mengatakan klo calegnya oke kami dukung tapi Presidennya nggak..
Saya lantas bertanya apa masalahnya..??
Mereka menjawab klo Jokowi sudah banyak berbuat utk Indonesia seperti yg selalu di siarkan di TV sedangkan Prabowo belum apa2..
Lantas saya berfikir gimana caranya agar mereka mengubah pilihannya.
Mula2 saya menanya mereka apa yang telah di buat Jok0w1 buat rakyat menengah kebawa lantas mereka mengatakan :
Jalan tol, bandara pelabuhan, irigasi dll..
Lalu agar mereka gak tersinggung saya tanya jln tol itu apa gunanya.? Bandara dan Pelabuhan apa gunanya..
Mereka menjawab jln tol utk memperlacar perjalanan, bandara dan pelabuhan fasilitas memperlancar perjalanan.
Lalu saya bertanya..
Bisa gak kita lewat jln tol dgn jalan kaki atau naik sepeda motor..?
Bisa gak kita jualan di pinggir jalan tol.?
Bisa gak kita lewat jln tol tanpa kartu pada hal kita rela bayar rp 1 jt sekali lalu (lewati)
Mereka jawab tidak..
Lalu saya nanya lagi..
Saudara2 ini orang miskin atau orang kaya yg punya mobil?
Mereka menjawab orang miskin, jangankan punya mobil, punya sepeda motor aja dah butut.
Lalu saya tanya lagi seumpama di sini di buat jln tol dgn peraturan yg sekarang saudara setuju gak..??
Mereka menjawab kompak tidaak..
Lalu saya bertanya lagi..
Klo emang jln tol gak pro rakyat kecil ngapain di banggakan..
Mereka gak bisa menjawab..
Trus saya nanya lagi..
Waktu rezim SBY harga getah (karet) paling tinggi berapa.?
Mereka jawab pernah 21.ribu.
Lantas saya nanya lagi..
Direzim sekarang ini pernah gak harga getah mencapai 12.rb.
Mereka menjawab gak pernah..
Lalu saya bilang..
Saudara2 sekarang ini sudah merasakan gimana susahnya cari kerja sementara hasil tani kita gak ada harganya.
Klo dulu sekilo getah n..? (5.thn lagi)
Mereka menjawab macam2..
Namun pada intinya mereka mulai sadar atas kekeliruannya.
Dari pengalaman tersebut saya simpulkan kita harus lebih giat lagi memperkenalkan Partai pendukung dan Capres kita ke pelosok2 desa karena di sana jarang ada sinyal internet, mereka taunya informasi hanya melaui TV.
Ini komentar Penulis:
Analisis dan Fakta yang terjadi
Pencerahan mesti seperti itu yang harus di lakukan. Karena semua tv kecuali tv one yang objektif.
Semua tv dan media telah di bayar atau di tekan untuk jadi alat propaganda rezim Antek Asing dan Aseng ini.
Oleh karena itu; Abang2 dan teman2 para alumni PTSI (Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia) dapat lebih kreatif lagi melawan ini semua. Untuk sebuah kesadaran yang mencerahkan bagi sebuah Perubahan Besar di Negeri ini.
Sadar atau tidak: Demokrasi Liberal ini bertentangan dengan Pancasila dan UUD45 Asli dan hanya menguntungkan Kapitalisme dan Kapitalisasi dan rezimisasi media.
Media massa telah menjadi alat Kapitalisme Belaka. Dan Demokrasi Liberal adalah alat Canggih untuk meperkuat rezim boneka Kapitalis.
Demokrasi Liberal dan Kapitalisme Global dan Anteknya adalah Dua sisi dari satu mata koin.
Saat nya menuju Perubahan yang semestinya. (Jayapura, 23 Januari 2019) ****