Demokrat Terbelah, Gegara Joe Biden Tersandung Kasus Pelecehan Seksual

0
70
Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden tengah menghadapi tuduhan penyerangan seksual terhadap mantan stafnya/Foto : Net
“Saya tidak berpikir kita melakukan itu dengan seseorang yang memiliki semua tuduhan terhadap dirinya, terutama karena Donald Trump telah menyerang tuduhan terhadap dirinya dan sayangnya dengan Donald Trump, Trump tidak peduli menjadi orang munafik,”

USA | Lapan6Online : Tuduhan pelecehan seksual yang dilayangkan kepada mantan wakil presiden Amerika Serikat, Joe Biden menjadi batu sandungan tersendiri.

Bagaimana tidak, tuduhan itu dilayangkan oleh bekas orang dalam lingkarannya sendiri dan dilayangkan pada momen jelang pemilihan umum presiden tahun ini, di mana Biden ikut berlaga untuk memeperebutkan kursi nomor satu di negeri Paman Sam.

Tuduhan pelecehan seksual itu sendiri dilayangkan oleh Tara Reade, yang merupakan mantan staf Senat Biden. Reade menuduh Biden melakukan pelecehan seksual ketika dia bekerja di kantornya pada 1990an, atau hampir 30 tahun yang lalu.

Mengutip BBC, Reade bekerja sebagai asisten staf Biden dari tahun 1992-1993, ketika Biden menjadi senator untuk negara bagian Delaware, Amerika Serikat. Reade, yang saat ini berusia 56 tahun, mengklaim bahwa pada tahun 1993, Biden memaksanya berdiri di salah-satu sudut dinding di ruangan aula Kongres, dan meletakkan tangannya di bawah baju dan roknya, lalu melakukan penetrasi dengan jari.

“Saya ingat dia (Biden) berkata, pertama, ketika dia melakukannya, ‘Apakah kau ingin pergi ke tempat lain?’ dan kemudian dia berkata kepada saya, ketika saya menarik diri, dia berujar, ‘Ayolah, kudengar kau menyukaiku’,” aku Reade kepada pembawa acara podcast Katie Halper pada Maret lalu. Biden dan tim kampanyenya sudah berulang kali menegaskan bahwa tuduhan itu adalah omong kosong belaka.

Namun di sisi lain, tuduhan tersebut rupanya membuat garis patahan baru dalam partai Demokrat. Hal itu dikarenakan munculnya perdebatan di dalam tubuh Demokrat soal bagaimana Biden harus menanggapi tuduhan tersebut. Argumen-argumen yang diselisihkan kerap menunjuk pada bagaimana Demokrat bersikap terhadap tuduhan penyerangan seksual tingkat tinggi sebelumnya.

Seperti dalam kasus tuduhan kekerasan seksual yang dilayangkan oleh seorang wanita bernama Christine Blasey Ford terhadap Hakim Agung Amerika Serikat saat ini, Brett Kavanaugh pada tahun 2018 lalu. Dalam kasus tersebut, Biden lantang berbicara dan terlibat dalam kampanye mendukung klaim Ford, dan bersikeras agar Ford didengar.

“Agar seorang perempuan tampil ke depan, secara nasional, Anda harus memulai dengan anggapan bahwa setidaknya esensi dari apa yang dia bicarakan adalah nyata, terlepas dari apakah dia lupa tentang faktanya, apakah menjadi lebih baik atau tidak dari waktu ke waktu,” kata Biden kepada wartawan ketika itu, mengutip BBC. Kini, masalah serupa tapi tak sama menimpa Biden. Demokrat pun terpecah soal bagaimana Biden harus bersikap. Ahli strategi Demokrat, Peter Daou menjelaskan, saat ini ada semacam tiga faksi atau kelompok yang muncul di tubuh Demokrat pasca tuduhan tersebut. Kelompok pertama mendorong untuk melemahkan tuduhan Reade.

“Anda memiliki lawan Biden di pihak Republik dan mereka akan memanfaatkan ini,” kata Daou, seperti dimuat The Guardian (Minggu, 10/05/2020). Namun ada juga kelompok “kiri” atau “progresif dan kiri” yang ingin melihat tuduhan Reade ditanggapi lebih serius dan kemudian tokoh-tokoh pendiri Demokrat yang ingin berusaha merusak Reade. Sedangkan kelompok terakhir, kata Daou, adalah mereka yang terikat dengan Biden dan akan membelanya dengan segala cara.

“Mereka hanya benar-benar terikat dengan Biden sekarang, tidak akan melepaskannya, jadi mereka akan membelanya dengan segala cara, bahkan jika itu berarti benar-benar menghancurkan gerakan #MeToo,” jelas Daou. Untuk diketahui, #MeToo adalah gerakan melawan pelecehan dan kekerasan seksual. Gerakan ini mulai menyebar secara viral pada bulan Oktober 2017 sebagai tagar di media sosial dalam upaya untuk menunjukkan prevalensi yang luas dari kekerasan dan pelecehan seksual, khususnya di tempat kerja.

Sejumlah tokoh Demokrat terkemuka juga sudah banyak yang menyatakan sikap dan pendapat di ruang publik mengenai kasus tersebut sejak beberapa waktu belakangan. Mantan pemimpin minoritas di Dewan Perwakilan Georgia, Stacey Abrams beberapa waktu lalu mengatakan bahwa dia mempercayai Biden.

“The New York Times melakukan penyelidikan mendalam dan mereka menemukan bahwa tuduhan itu tidak dapat dipercaya. Saya percaya Joe Biden,” kata Abrams pada akhir April lalu Tokoh Demokrat lain, senator Massachusetts Elizabeth Warren dan Gubernur Michigan Gretchen Whitmer, juga tegas mengatakan bahwa mereka mendukung Biden dalam menanggapi tuduhan Reade. Sementara itu, suara berbeda datang dari tokoh Demokrat lainnya. Sebut saja Rebecca Parson, seorang Demokrat liberal.

Dalam sebuah wawancara jelang akhir pekan ini, dia dengan tegas mengatakan bahwa Biden harus mundur dari pencalonannya sebagai presiden dalam pemilu tahun ini karena tuduhan Reade. Parson mengatakan, dia percaya Reade dan berpikir tuduhan itu menciptakan terlalu banyak kerentanan untuk Biden dalam pemilihan presiden 2020.

“Saya ingin mengalahkan Donald Trump pada bulan November dan ya, saya progresif dan saya di sayap kiri partai, tetapi sesuatu yang benar-benar menyatukan orang-orang di sayap tengah dan sayap progresif adalah kita semua ingin mengalahkan Trump,” kata Parson.

“Saya tidak berpikir kita melakukan itu dengan seseorang yang memiliki semua tuduhan terhadap dirinya, terutama karena Donald Trump telah menyerang tuduhan terhadap dirinya dan sayangnya dengan Donald Trump, Trump tidak peduli menjadi orang munafik,” tambahnya.

Parson agaknya tidak sendirian. Sebuah jajak pendapat terbaru yang dilakukan oleh Politico/Morning Consult, menemukan bahwa lebih dari sepertiga pemilih Demokrat yang disurvei mengatakan bahwa partai tersebut harus mengganti Biden sebagai bakal calon presiden karena tuduhan tersebut. Sementara itu, tokoh Demokrat lain berpendapat bahwa Biden dapat mengatasi tuduhan Reade dan masih dapat menjadi lawan yang kuat bagi Trump. Anggota kongres Massachusetts Ayanna Pressley baru-baru ini menulis, tuduhan tersebut dapat diperiksa tanpa mengurangi peluang Biden mengalahkan Trump.

“Saya menolak pilihan yang salah bahwa partai saya dan calon kami tidak dapat menangani tuduhan yang ada dan mengalahkan penghuni Gedung Putih,” tulis Pressley. Rmol/red

*Sumber : rmol.id

.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini