“Aksi menghujat, mengecam, mencaci sang “provokator” penolakan itu, muncul aksi simpatik kemanusiaan yang dilakukan berbagai elemen masyarakat. Salah satunya dengan mengirim dan memajang atau menaruh karangan bunga “Duka Cita atas Matinya Hati Nurani Oknum Penolak Pemakaman Perawat” di depan TPU “Siwarak” Sewakul,”
Semarang | Jawa Tengah | Lapan6Online | Penolakan jenazah perawat RSUP Dr. Kariadi Kota Semarang yang terinfeksi Covid-19 yang dilajukan sekelompok warga RT 06 RW 08 Sewakul, Kelurahan Bandarjo, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah terus mengundang simpati masyarakat dari berbagai kalangan.
Sebagian besar masyarakat Kabupaten Semarang maupun dari Kota Semarang, bahkan ada dari beberapa kota lain mengecam aksi penolakan pemakaman seorang perawat korban virus Corona. Sekelompok warga yang menolak pemakaman tersebut dinilai telah kehilangan sikap peri kemanusiaannya.
Terlebih, korban adalah terinfeksi virus Corona yang nota bene sebagai pahlawan kesehatan.
Hal ini juga dapat dilihat di media sosial publik yang hingga kini ramai menyerang, mencaci, mengecam sosok Ketua RT 06 Sewakul, Purbo yang dinilai sebagai salah satu tokoh paling provokatif pada saat melakukan penolakan pemakaman jenazah perawat tersebut.
Selain aksi menghujat, mengecam, mencaci sang “provokator” penolakan itu, muncul aksi simpatik kemanusiaan yang dilakukan berbagai elemen masyarakat. Salah satunya dengan mengirim dan memajang atau menaruh karangan bunga “Duka Cita atas Matinya Hati Nurani Oknum Penolak Pemakaman Perawat” di depan TPU “Siwarak” Sewakul.
Pantauan koranpagionline.com (media group jaringan,red) di Makam Sewakul, pada Sabtu (11/04/2020) siang, nampak di depan pintu gerbang makam Sewakul telah terpampang tiga karangan bunga dengan ukuran besar. Ketiga karangan bunga duka cita itu dikirimkan oleh Forkom Relinko Kabupaten Semarang, Komunitas Peduli Kemanusiaan Karangjati, dan Gerakan Lawan Corona.
Beberapa orang yang ditemui koranpagionline.com di sekitar makam mengatakan, bahwa mereka tidak kenal yang membawa dan memajang karangan bunga tersebut. Mereka datang bergantian dan dengan naik mobil. Usai menaruh dan memajang karangan bunga itu, mereka langsung pergi meninggalkan makam.
“Kami tidak kenal dengan yang membawa dan memajang karangan bunga ukuran besar itu di depan pintu masuk makam Siwarak, Sewakul ini. Mereka datang tidak bersama dan setelah memasang karangan bunga itu langsung pergi meninggalkan makam. Karangan bunga itu pertama datang pada Jumat (10/04/2020) sore,” ujar Sunyoto (52) dan Darmawan (48) keduanya mengaku warga yang tinggalnya tidak jauh dari makam Sewakul.
Nampak juga sejumlah warga merasa penasaran dengan adanya kiriman karangan bunga itu, mereka berusaha mendatangi makam untuk mengecek untuk siapa karangan bunga itu. Bahkan, tidak sedikit warga yang memotret karangan bunga tersebut.
Sementara, ungkapan hujatan masih terus bergulir di media sosial, diantaranya status yang ditulis Jungkel Maling dalam fecebook (FB) nya “Tragedi Kemanusiaan Penolakan Pemakaman Jenazah Korban Covid-19. Ikut berbela sungkawa terhadap Perawat RS Kariadi Semarang: MD karena Covid-19 semoga Almarhumah Husnul Khotimah dan diterima semua amal sholehnya. Dan mengutuk keras terhadap orang atau oknum warga Sewakul yang menolak pemakaman jenasah. Betul-betul tragedi kemanusiaan sampai jenazah “pahlawan kemanusian” Garda terdepan melawan Covid-19 ditolak pemakamannya. Padahal liang kubur sudah digali, keluarga sampai memohon-mohon dengan cucuran air mata, akan tetapi tetap ditolak. Sudah mati nurani & empati mereka.
Adanya kabar karangan bunga itu membuat beberapa orang warga di sekitar desa itu penasaran dan datang le makam. Warga yang simpati pun banyak yang heran dengan penolakan pemakaman jenasah perawat tersebut. Mereka bergumam, “kok nekat berani menolak jenasah yang akan dimakamkan.”
“Kalau menurut saya langkah penolakan itu jelas tidak mencerminkan segi kemanusiaan. Mereka para penolak tentunya juga punya agama, namun mengapa masih mempunyai sifat seperti itu. Harusnya, pemerintah ikut turun tangan menyelidiki dan mengusut tuntas aksi penolakan itu,” terang Kristian dan Nuryadi, keduanya warga Gedanganak, Ungaran, Kab Semarang kepada koranpagionline.com, Sabtu (11/05/2020) siang.
Kasus ini “meledak” setelah jenazah seorang perempuan yang bekerja sebagai perawat di RSUP dr Kariadi Semarang yang juga warga Ungaran Timur meninggal karena positif Covid-19, akan dimakamkan di makam Siwarak Sewakul ditolak warga. Awalnya, jenasah itu akan dimakamkan bersebelahan dengan makam ayah kandungnya di TPU Siwarak Sewakul, Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang, Kamis (09/04/2020) sore kemarin.
Akibat penolakan warga tersebut, akhirnya kebijakan pihak RSUP dr Kariadi Semarang, tempat dimana almarhumah bekerja sebagai perawat diputuskan pemakaman “pahlawan kesehatan” itu dimakamkan di makam Bergota, Kota Semarang.
Sementara itu, Wakil Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Semarang, H Ngesti Nugraha SH MH menyatakan, bahwa pihaknya yaitu Pemkab Semarang akan terus mengintensifkan sosialisasi tentang Covid-I9. Ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman di masyarakat.
“Pemkab Semarang melalui Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Semarang mulai mengintensifkan sosialisasi tentang Covid-19 kepada masyarakat. Salah satunya untuk mencegah kesalahpahaman di masyarakat,” kata Ngesti Nugraha, yang juga Wakil Bupati Semarang kepada koranpagionline.com, pada Sabtu (11/04/2020).
Ditambahkan, terkait dengan kasus yang terjadi di Susukan tersebut yang akhirnya menjadi viral, hendaknya jangan sampai terulang lagi. Harapannya, ini adalah yang pertama dan terakhir di Kabupaten Semarang.
Sedangkan, Ketua DPRD Kabupaten Semarang Bondan Marutohening menyatakan, bahwa sosialisasi kepada masyarakat itu harus tetap intensif dilakukan. Terkait dengan penyiapan lahan untuk tempat makam yang kedepan sekaligus sebagai TPU milik Pemkab Semarang rencana berada di daerah Candirejo, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.
“Besok Senin (13/04/2020) baru dilakukan penataan lahan tersebut, di Candirejo, Ungaran Barat,” katanya.
Ditanya bagaimana menyikapi aksi penolakan warga akan pemakaman jenasah perawat korban Covid-19 tersebut, politisi PDI Perjuangan ini mengatakan, bahwa informasi yang diketahui dan dengar, sekarang ini dalam proses penyelidikan di Polres Semarang.
“Jika memang benar sudah ditangani Polres Semarang, maka kita serahkan sepenuhnya kepada pihak yang berwajib,” tandasnya. Heru Santoso/Mas Te.