Derita Palestina, Kapan Berakhirnya?

0
28

OPINI | POLITIK

“Inilah bentuk siasat keji genosida terhadap warga Gaza, membunuh warga dengan serangan militer serta membiarkan mereka kelaparan, kehausan dan kekurangan fasilitas medis serta tak adanya tempat tinggal yang layak,”

Oleh : Saimariah Harahap

BRUTAL dan biadab! Itulah sebutan yang tepat untuk dilontarkan kepada negara zionis yahudi Israel laknatullah yang tidak pernah menggubris kecaman dari berbagai pihak. Zionis yahudi Israel terus-menerus melancarkan serangannya secara brutal dan membabi buta terhadap warga palestina.

Militer zionis beberapa hari yang lalu telah meluaskan wilayah serangan mereka hingga ke Rafah, yang mana Rafah adalah satu-satunya tempat terakhir penampungan untuk 1,5 Juta warga Gaza kini telah hancur setelah diserang dengan bom-bom dari zionis Israel. Bahkan zionis masih memblokade bantuan kemanusiaan dan menyerang berbagai suplai logistik untuk para korban di Gaza.

Inilah bentuk siasat keji genosida terhadap warga Gaza, membunuh warga dengan serangan militer serta membiarkan mereka kelaparan, kehausan dan kekurangan fasilitas medis serta tak adanya tempat tinggal yang layak. Jumlah korban genosida sampai saat ini semakin meningkat menjadi lebih dari 37.000 syuhada dan lebih dari 81.136 orang luka-luka serta hampir separuh korban adalah perumpuan dan anak-anak.

Kebrutalan zionis yahudi ini mengundang banyak kecaman dari penduduk dunia. Tagar All Eyes On Rafah yang mana beberapa hari lalu sempat menjadi trending topik di platfrom sosial media X. Bahkan sejumlah negara lain berbondong-bondong berdemonstrasi mengutuk kejahatan kaum zionis yahudi. Seperti negara Amerika Serikat yang mana sejumlah mahasiswa berdemonstrasi di berbagai kampus seperti Universitas Colombia, George Washington, dan sebagainya.

Selain mengecam zionis yahudi, para pendemo juga menyuarakan free Palestine (bebaskan Palestina). Hal yang sama juga terjadi di Kanada dan di beberapa negara seperti Eropa, Inggris juga negara-negara Asia seperti Jepang dan Korea Selatan.

Disaat masyarakat di negara-negara non Arab sibuk berdemonstrasi dan membela Palestina, namun justru para penguasa negeri muslim seperti Mesir sanggup menutup rapat-rapat perbatasan dan meninggikan tembok penghalang antara Gaza dan Mesir serta tunduk pada zionis sehingga zionis mampu menguasai perbatasan Mesir dan Gaza. Sungguh ironi, berton-ton bantuan di perbatasan Mesir dan Gaza tidak dapat bergerak masuk ke Gaza sedang di waktu yang sama banyak dari anak-anak Gaza meninggal karena kelaparan.

Untuk apa para penguasa Arab dan negeri muslim itu berkuasa dan berebut kekuasaan kalau mereka tidak dapat menggunakan kekuasaannya untuk melindungi umat muslim terkhusus di Palestina?

Bumi Palestina telah berada dalam naungan Islam selama ribuan tahun. Tapi sejak kekhilafahan Islam runtuh, umat menjadi terpecah belah. Sejak saat itu nasib umat Islam di Palestina tak pernah henti dari kata siksa, air mata dan darah.

Semua cara telah dilakukan. Mengirimkan bantuan, kecaman dan seruan gencatan senjata tak mampu mengembalikan hak hidup umat muslim di Palestina.

Maka sudah saatnya mengembalikan kekhilafahan Islam yakni instusi yang akan menjaga dan mengembalikan kehormatan serta mempersatukan kaum muslimin di seluruh dunia. Khalifah yakni pemimpin tertinggi di dalam kekhilafahan akan menjadi melindungi seluruh kaum muslimin dan menurunkan tentaranya serta menyerukan jihad bagi siapapun yang mencoba merenggut kehormatan dan menjajah wilayah kaum muslimin.

Sebagaimana firman Allah yang mewajibkan umat Islam berjihad di ayat berikut::
‘Perangilah mereka dimana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian ( TQS: Al-Baqarah ayat 191 )

Saatnya kaum muslimin kembali bangkit dengan menerapkan seluruh syariat Islam dalam Institusi kekhilafahan yang bukan hanya menjaga dan melindungi umat muslim namun juga menerapkan seluruh syariat Islam. Sehingga bukan hanya kehormatan kaum muslimin yang terjaga namun juga berkah Allah akan turun seiring dengan ketundukan kaum muslimin pada syariat-Nya Allah. Wallahu’alam. (**)