OPINI | POLITIK
“Alhasil banyak generasi yang rusak, sebab banyak perempuan yang mengabaikan kewajibannya untuk mengurus keluarga dan mendidik anak-anaknya,”
Oleh : Uci Riswahyu, S.Akun
DILANSIR dari m.antaranews.com Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menyatakan bahwa selama 2023, perempuan semakin berdaya yang ditunjukkan dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Gender.
“Perempuan semakin berdaya, mampu memberikan sumbangan pendapatan signifikan bagi keluarga, menduduki posisi strategis di tempat kerja, dan terlibat dalam politik pembangunan dengan meningkatnya keterwakilan perempuan di lembaga legislatif. Ini ditunjukkan dengan meningkatnya Indeks Pemberdayaan Gender,” kata Deputi Bidang Kesetaraan Gender KemenPPPA Lenny N Rosalin dalam keterangan di Jakarta, Sabtu.
Lenny N Rosalin mengatakan perempuan berdaya akan menjadi landasan yang kuat dalam pembangunan bangsa. Keterwakilan perempuan dalam lini-lini penting dan sektoral juga ikut mendorong kesetaraan gender di Indonesia yang semakin setara.
Pernyataan bahwa perempuan semakin berdaya ternyata tidak selaras dengan kondisi yang dialami perempuan saat ini. Padahal sejatinya perempuan masih mengalami segudang permasalahan, seperti semakin meningkatnya kasus KDRT, tingginya angka perceraian dan kekerasan seksual serta masalah yang lainnya. Hal itu telah membuktikan bahwa kondisi perumpuan saat ini sedang tidak baik-baik saja bahkan Jauh dari hidup sejahtera.
Sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini telah membelokkan peran perempuan yang sesungguhnya. Dimana perempuan dituntut untuk berkontribusi dalam menyumbang pendapatan keluarga bahkan negara.
Kesetaraan gender yang digaungkan saat ini justru telah menjadikan kaum perempuan kehilangan idealismenya. Alhasil banyak generasi yang rusak, sebab banyak perempuan yang mengabaikan kewajibannya untuk mengurus keluarga dan mendidik anak-anaknya.
Beragam permasalahan yang menimpa perempuan hari ini tentu tidak akan terselesaikan jika masih berpegang pada sistem kapitalis yang hanya mengedepankan manfaat serta menjauhkan agama dar kehidupan.
Berbedahalnya dengan sistem Islam yang bersumber dari sang pencipta dimana peraturan didalam Islam sesuai dengan fitrah manusia, sehingga tidak heran jika sistem Islam dapat memecahkan semua problematika umat termasuk masalah perempuan.
Islam begitu memuliakan perempuan, sehingga peran perempuan didalam Islam pun begitu mulia yaitu menjadi ummu warobatul bait dan madrasatul ula bagi anak-anaknya.
Dengan demikian jelaslah bahwa kenaikan indeks pembangunan gender nyatanya tidak dapat menghilangkan derita perempuan saat ini. Adapun kesejahteraan perempuan hanya akan terwujud pada saat sistem Islam diterapkan secara kaffah dalam kehidupan bernegara. Wallahu’alam. (*)
*Penulis Adalah Aktivis Dakwah