“Jangan berpikir bahwa hulu ledak nuklir tidak berguna selama masa damai. Kami menggunakan mereka semua, diam-diam, untuk membentuk sikap elit Amerika terhadap kami,”
Beijing, Lapan6online.com : Dunia dikejutkan dengan kecanggihan militer China yang berhasil membuat rudal balistik nuklir antar benua berjuluk “Senjata hari kiamat” Dongfeng 41 atau DF-41 berbahan bakar padat dan memiliki jangkauan mencapai 15.000 km.
Pertama kali China mengungkap senjata pemicu kiamat itu dalam salah satu parade militer terbesar yang diadakan di Lapangan Tiananmen, Beijing, menandai 70 tahun kekuasaan Komunis.
Saat parade itu digelar pada 30 September 2019 lalu, media massa The Sun menyebut senjata nuklir super itu, DF-41, merupakan rudal balistik antarbenua 7.600 mph yang dikatakan memiliki jangkauan terjauh dari semua rudal nuklir dan dapat mencapai AS dalam 30 menit.
Kalahkan Rudal Minuteman III AS
Rudal nuklir DF-41 menjadi salah satu senjata andalan China untuk membuktikan kekuatan militernya. Uniknya, China disebut-sebut menjadikan Amerika Serikat (AS) sebagai tolak ukur dari kemampuan rudal buatannya. Hal itu dipicu dari memburuknya hubungan kedua negara.
Jika dibandingkan dengan Minuteman III, rudal milik AS itu hanya mampu mencapai kecepatan puncak sebesar Mach 24 sementara DF-41 disebut-sebut mencapai Mach 25.
Menurut Dr Malcolm Davis, analis senior di bidang strategi dan kemampuan pertahanan di Australian Strategic Policy Institute (ASPI), pada 2017 silam ia mengatakan bahwa DF-41 merupakan rudal balistik antarbenua tercanggih yang membawa hulu ledak dengan daya hancur yang mematikan.
Tak hanya soal menghancurkan targetnya dengan maksimal, Dongfeng 41 dianggap menakutkan karena memiliki teknologi MIRV (multiple independently targetable re-entry vehicles), yang mampu menghantarkan 10 hulu ledak untuk target yang berbeda di tempat terpisah. Jelas, kehebatan rudal China ini merisaukan pemerintah AS.
Tambah 1.000 Hulu Ledak Nuklir
Dilansir Gridhot dari Kontan.co.id, pemimpin redaksi Global Times Hu Xijin menyebut China akan segera menambah stok hulu ledak nuklirnya menjadi 1.000 buah. Wacana tersebut muncul di saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan seruannya agar China bergabung dengan perjanjian pengendalian senjata.
Ketegangan antara Amerika Serikat dan China yang meningkat telah memicu perlombaan senjata yang lebih mematikan.
“Kami mencintai perdamaian dan berjanji untuk tidak menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu, tetapi kami membutuhkan arsenal nuklir yang lebih besar untuk menekan ambisi strategis AS dan impuls terhadap China,” tulis Hu dalam postingannya di Weibo.
Penambahan 100 Rudal DF-41
Hu menambahkan bahwa cadangan ini harus mencakup setidaknya 100 rudal strategis DF-41 yang merupakan kelas rudal antarbenua terbaru yang mampu menyerang benua Amerika Serikat.
“Jangan berpikir bahwa hulu ledak nuklir tidak berguna selama masa damai. Kami menggunakan mereka semua, diam-diam, untuk membentuk sikap elit Amerika terhadap kami,” tulisnya.
Posting Hu di Weibo ini muncul setelah Gedung Putih mengatakan Trump menyerukan kontrol senjata yang efektif yang mencakup China dan Rusia selama panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Trump telah lama mencari cara agar China masuk dalam pembaharuan perjanjian senjata nuklir yang akan berakhir pada Februari 2021, tetapi Beijing dengan tegas menolak seruan tersebut.
“Kekuatan utama memiliki tanggung jawab dan kewajiban terpenting di bidang pengendalian senjata nuklir. Tiongkok selalu berpegang pada kebijakan untuk tidak menjadi negara pertama yang menggunakan nuklir,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying.
Sebuah laporan internal China memperingatkan bahwa Beijing menghadapi gelombang permusuhan yang meningkat setelah wabah virus corona yang dapat menyebabkan hubungan dengan Amerika Serikat menjadi konfrontasi bersenjata dalam skenario terburuk.
Perintah Xi Jinping
Sentimen anti-China makin panas setelah beberapa negara Barat menuding China menyebarkan virus Corona. Provokasi yang dilakukan Donald Trump juga menyulut amarah China. Skenario terburuk dari sentimen ini adalah konfrontasi bersenjata antara kedua kekuatan global, AS dan China.
Puncaknya, Para petinggi Beijing menyatakan siap untuk berperang dengan kekuatan mana pun di dunia.
Laporan tersebut disusun oleh Institut Hubungan Internasional Kontemporer China (CICIR), sebuah lembaga think tank yang berafiliasi dengan Kementerian Keamanan Negara, badan intelijen top China.
Reuters belum melihat makalah pengarahan, tetapi itu dijelaskan oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan langsung tentang temuannya.
Menghadapi tuduhan banyak negara sebagai dalang Covid-19, China justru menunjukan sikap kerasnya. Sepekan pasca mengumumkan kenaikan anggaran pertahanannya, Presiden China, Xi Jinping, menegaskan akan terus meningkatkan kesiapan pasukan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), untuk pertempuran militer. Kesiapan perang ini menguat selaras dengan ucapan Xi Jinping.
Kesiapan perang ini bukanlah yang pertama di tunjukan Xi Jinping. Sebelumnya dua tahun lalu Pemimpin tertinggi China ini telah meminta pasukan untuk siap perang menghadapi kekuatan mana pun yang menganggu China. (*)
(*/RedHuge/Lapan6online)