“Terhadap krisis ekonomi yang terjadi pada zaman sekarang, ideologi kapitalisme menawarkan solusi yaitu dengan menerbitkan mata uang digital bitcoin. Bitcoin menjadi bahan pembicaraan di dunia,”
Oleh : Abu Mush’ab Al Fatih Bala
Jakarta | Lapan6Online | Dalam sejarah Dinar Dirham sulit ditemukan inflasi. Karena uang yang dicetak sesuai dengan jumlah emas yang dimiliki suatu negara. Namun setelah runtuhnya perjanjian Bretton Woods pada tahun 1976, Fiat Money (uang kertas) menggantikan uang berstandar emas dan merubah situasi ekonomi dunia.
Dan terbukti Fiat Money (FM) berulang kali menjadi penyebab krisis ekonomi. Karena FM mudah dicetak dalam jumlah yang sangat banyak tanpa didukung oleh jumlah emas. Apalagi menggunakan kertas sebagai bahan intrinsik (pembuatannya) membuat nilai mata uang ini mudah goyang. Ditambah dengan melimpahnya uang kertas yang ada di masyarakat ini lah yang menaikkan harga-harga barang atau inflasi.
Krismon di Indonesia pada tahun 1998 dan Krisis Subprime Mortgage di AS pada tahun 2008 karena ulah uang kertas di samping faktor kredit macet.
Padahal dulu ketika emas menjadi standar mata uang internasional, dunia jarang krisis. Kalaupun ada krisis, sifatnya lokal.
Terhadap krisis ekonomi yang terjadi pada zaman sekarang, ideologi kapitalisme menawarkan solusi yaitu dengan menerbitkan mata uang digital bitcoin. Bitcoin menjadi bahan pembicaraan di dunia.
Namun, secara fiqh uang digital bitcoin mengalami banyak masalah. Bahkan tidak bisa disebut mata uang karena tidak memenuhi syarat mata uang.
Bitcoin mengandung ketidakjelasan dalam 3 hal yaitu bukan dasar untuk menilai barang dan jasa, yaitu sebagai penentu harga dan upah. Bitcoin juga tidak dikeluarkan oleh otoritas yang bertanggungjawab menerbitkan Dinar dan Dirham, dan ini bukan badan yang tidak diketahui [majhul].
Bitcoin juga tidak disebar luas dan mudah diakses oleh khalayak, dan tidak eksklusif hanya untuk sekelompok orang saja. Dengan demikian, Bitcoin tidak bisa dianggap sebagai mata uang dalam syariah Islam. (Mediaumat.news)
Bitcoin juga dalam tataran praktisnya banyak menimbulkan permasalahan bagi masyarakat. Misalnya digunakan dalam pasar saham yang berujung pada kerugian material.
Misalnya negara Yunani berniat untuk mengekstradisi seorang warga Rusia dari Perancis. Pria ini, Alexander Vinnik, dituduh melakukan pencucian uang sebesar $ 4 triliuan bitcoin. Kasus pencucian uang oleh pria ini juga ingin ditangani oleh Perancis dan Amerika Serikat (Reuters, 23/01/2020).
Di Amerika Serikat menurut New York Times bitcoin seringkali digunakan untuk kejahatan ransomware (virus pemeras) pada komputer dan jual beli narkoba. Misalnya kota Florida harus membayar hacker yang merusak sistem komputer kota sebesae $ 600.000 agar sang hacker mau mereset sistem komputer di kota tersebut.
Selain itu, bitcoin juga menyebabkan kerugian yang tidak sedikit di pasar saham. Bitcoin mudah terpengaruh dengan penurunan harga minyak bumi dan penyebaran corona menjadikan nilai uang kripto turun. Investor bitcoin rugi Rp.320 Triliun karena penurunan minyak bumi dan Rp.451 Triliun karena Corona (12/03/2020) dalam sehari.
Maka bisa disimpulkan satu-satunya mata uang yang bisa dipakai tanpa mengalami inflasi dan tindakan kriminal adalah Dinar dan Dirham. Uang tidak bisa dicetak semaunya karena harus mengikuti jumlah cadangan emas yang ada.
Nilai emas lebih stabil, tak mudah labil. Tidak mudah melonjak nilainya. Dinar dan Dirham selalu mampu membuat harga barang sama sejak zaman Nabi SAW hingga sekarang.
Hanya saja problemnya sistem mata uang tidak bisa berdiri sendiri karena merupakan bagian integral dari sistem ekonomi yang memerlukan politik ekonomi dari negara.
Jika tidak cita-cita menggeser dollar sebagai mata uang dunia bisa menjadi lebih sulit. Dinar Dirham tanpa politik ekonomi negara hanya akan menjadi komoditas individu atau kelompok. Bukan berperan sebagai mata uang yang stabil yang bisa menjaga perekonomian negara dan antarnegara yang lebih baik.
Jika Dinar dan Dirham jadi mata uang dunia niscaya tidak ada dominasi antar negara karena faktor keadidayaan tapi murni bersifat perdagangan. GF/RIN/Lapan6 Group
*Penulis Nasional & Pemerhati Politik Asal NTT