KULINER
“Dodol original, durian dan wijen. Ini merupakan oleh-oleh khas kampung Tenjo kabupaten Bogor yang sangat mudah kita dapati di sepanjang pintu keluar stasiun kereta api Tenjo,”
Bogor, Lapan6Online : Siapa yang tak kenal olahan dari tepung beras ketan, santan dan gula aren? Yup dodol.
Produksi rumahan dan turun menurun ini begitu nikmat dengan rasa manis yang khas dan pas, tekstur yang kenyal dan lembut, membuat lidah ingin coba dan coba lagi.
Ada beberapa varian diantaranya dodol original, durian dan wijen. Ini merupakan oleh-oleh khas kampung Tenjo kabupaten Bogor yang sangat mudah kita dapati di sepanjang pintu keluar stasiun kereta api Tenjo.
Adalah ibu Suharti yang menjajakan dodol Tenjo sudah lebih 4 tahun lamanya dan ini merupakan usaha yang dilakukan secara turun menurun.
Beliau-pun mengisahkan bagaimana awal mula menjual dodol hingga sekarang memiliki banyak pelanggan.
“Saya gak memproduksinya sendiri, saya dan suami hanya menjual saja, orangtua saya juga dahulu penjual dodol Tenjo ini dan sekarang saya serta suami yang berjualan dodol,” ujar Suharti mengawali kisah.
Dodol yang dijajakannya itu dibeli putus sekitar 10 kg saja, selebihnya di drop oleh produsen. Ada 7 produsen di lapak dodol Suharti ini.
“Saya berjualan mulai jam delapan pagi hingga jam setengah enam, dan dilanjutkan jualan malam hingga jam dua pagi”.jelas Bu Suharti sambil membereskan dodolnya.
Dengan berjualan dodol ini, ekonomi keluarga Suharti sangat terbantukan.
“Sempat beberapa tahun terpuruk karena usaha beras saya bangkrut tapi sekarang dengan usaha dodol ini saya sudah bisa beli rumah.” ujar Suharti yang sedikit demi sedikit menabung keuntungannya itu di material.
Suharti berjualan dodol ini benar-benar dari nol, sampai dipercaya oleh beberapa produsen tanpa modal untuk memasarkannya.
Meskipun sepi, omzer penjualan dodol setiap harinya minimal mencapai Rp.500.000-, (Lima ratus ribu rupiah).
Berbeda dengan bulan Mulud, Idhul Adha dan Idhul Fitri, omset penjualan dodol ini sangat bagus dan luar biasa.Di bulan Mulud banyak yang beli dodol untuk hajatan pernikahan atau pengajian Maulid Nabi.
Menjelang lebaran, begitu banyak dodol yang didrop ke lapaknya.
“Sebelum saya jual biasanya saya bagi-bagikan dulu, insya Allah saya gak akan rugi. Pelanggan berdatangan 2 minggu sebelum dan sesudah lebaran, biasanya saya bisa jual perhari mencapai 1 kuintal, omset bisa mencapai 5 juta perhari. sementara 3 hari sebelum dan sesudah lebaran Adha juga sangat ramai pembeli,” ucap Suharti sumringah.
Para pelanggan membeli dodol, selain untuk konsumsi sendiri ada juga yang akan dijual kembali.
Keuntungan kotor saat lebaran sekitar 20 juta, biasanya saya gunakan untuk pulang ke kampung suami, sisanya saya tabung dengan dibelikan perhiasan.
Sewaktu-waktu jika ada keperluan perhiasan emas tersebut bisa dijual kembali.
“Semoga suatu saat saya punya toko dodol dengan aneka merk dari beberapa produsen yang sudah mempercayai saya dan bisa pergi haji,” Harap Suharti.
Dodol Tenjo memiliki bentuk yang beragam ada yang panjang dengan berat 200 gr, 250 gr Sampai 500 gr, ada juga yang berbentuk kotak dan kecil-kecil untuk sekali makan.
Dodol bisa dijual ecer atau kiloan. Harganya relatif murah yaitu 50.000/kg untuk yang original dan wijen, 60.000/kg untuk rasa durian. Saat hari raya dodol biasanya naik 10.000/kg karena mengikuti harga bahan dasar yang turut naik.
“Dodol Tenjo bisa awet 2 pekan, namun semua dodol yang saya jual jika sudah 3 hari tidak laku akan saya retur ke produsen, terkadang saya bagi-bagikan saja.” Jelasnya.
Itulah kisah inspiratif seorang ibu Suharti, penjual dodol Tenjo.
“Jika ada kemauan pasti ada jalan, jika suami sedang terperuk maka istri gak boleh terpuruk juga, harus tetap semangat.” ujarnya menutup bincang santai dan ringan dengan penulis.
Sahabat penasaran dengan rasa dan lembutnya dodol Tenjo? Jika ada waktu luang, coba ya untuk traveling ke wilayah Tenjo dan di sepanjang jalan area stasiun kereta api, dodol-dodol telah menunggu sang pembelinya.
Dodol Tenjopun sangat prospek, bisa menjadi peluang usaha karena rasa yang enak dan harga yang relatif murah. GF
*Reportase : Hawilawati, S.Pd