Duka Covid-19 & Lara Puasa

0
47
Muhammad Syukur Mandar/Foto : Ist.

“Covid 19, datang dalam gerak cepat dan menghentak seluruh bumi dan isinya, tragis rasanya, tetapi nyata adanya, dunia menjadi sunyi dan sepi dari keramaian, sampai-sampai manusia hebat dengan kuasa seperti Donald Trump, ketakutan dan dikabarkan rajin datang kegereja,”

Oleh : Muhammad Syukur Mandar

Jakarta | Lapan6Online : (renungan tentang covid 19, yang menyebarkan musibah dan mendatangkan sejumlah berkah, meskipun banyak diantara kita yang diapit duka Covid 19, dan banyak pula yang nyaris hilang asa, kita harus tetap kuat dan menjadi manusia yang selalu bersyukur & berserah diri pada Allah,
jadikanlah hidupmu, matimu, hanya untuk Allah)

Berat beban ini, jika covid 19 kita maknai sekedar sebagai musibah. Banyak diantara kita tak henti-hentinya teteskan air mata, diantaranya mengenang keluarga tercinta, sebagian lainnya kekurangan kebutuhan makanan ditengah puasa ramadhan.

Ada hikmah besar dibalik mereka yang pergi akibat ganasnya Covid 9, mereka adalah sahid karena terserang wabah, dan insya Allah khusnul khotimah karena meninggal dibulan mulia ini.

Banyak pula diantara kita tak luput dalam hilang asa, hilang harapan dan tak tau tempat mengadu. Bagi-bagi bantuan terus digalakan, namun yang membutuhkan semakin bertambah, jumlahnya tak akan berbanding dengan sembako yang dibagikan.

Duka covid 19 sungguhlah dalam, nasib mereka yang dirumahkan, malangnya mereka yang hilang pekerjaan dan tidak dapat pesangon, akibatnya banyak diantara kita yang hidangan sahur dan buka puasa seadanya, ini tak seperti biasanya, begitu celoteh mereka rakyat jelata yang malang nasibnya.

Suka cita kita rasakan akibat covid 19, sungguhlah menyayat hati, tatkala ramadhan datang bersamaan dengan duka covid 19. Bulan ini maha mulia, bulan sangatlah istimewa, bagi mereka kaum muslimin, bulan bukan untuk duka lara, tetapi untuk kegembiraan, kegembiraan dalam menghaturkan sujud dan melantunkan doa, dalam tradisi sholat tarawih dan tadarus, bulan ini harusnya membuat mereka istirahat dari letihnya menggais potongan sampah plastic hendak dijualnya, bulan ini hendak membuat para kuli panggul istirahat dari kerasnya pekerjaannya. Sungguh covid 19 ini menyempurnakan iman kita, sungguh covid 19 ini menambah berat beban ujian kita.

Diseantero dunia, luka lara berkecamuk, gemuruh covid 19 yang terus meneror kita, manusia-manusia waras, manusia-manusia yang hebat, kelimpungan memikirkan apa obatnya dan bagaimana menghentikannya, banyak yang jadi pikun, Amerika Negara besar dan super canggih, menjadi rapuh dan pikun para ilmuannya, hingga panik dan menyuntikkan disinfektan kedalam tubuh banyak orang dan akibatnya meninggal dunia.

Covid 19 tak pandang pangkat, jabatan, kuasa, miskin dan kaya, semua diteror bah teroris yang ganas ditaliban yang tak peduli kemanusiaan. Covid 19, datang dalam gerak cepat dan menghentak seluruh bumi dan isinya, tragis rasanya, tetapi nyata adanya, dunia menjadi sunyi dan sepi dari keramaian, sampai-sampai manusia hebat dengan kuasa seperti Donald Trump, ketakutan dan dikabarkan rajin datang ke Gereja, apakah ini nestapa atau suatu keniscayaan atas kuasa Allah yang diremehkan oleh mereka yang sok mengatur dunia?.

Didepan mata adalah kematian, begitulah kesimpulan teror covid 19, manusia waras hilang nyali seketika dan menganggap covid 19 sebagai malaikat pencabut nyawa.

Bahkan kita lupa bahwa yang mencabut bukanlah covid 19 melainkan malaikat izrail. Yang tak kalah menyibukan kita adalah jumlah orang mati karena ajalnya telah tiba, diskenariokan sebagai akibat covid 19, padahal covid 19 dan penyakit jantung, atau apapun penyakit, tatkala ajal datang, maka penyakit adalah menjadi penyebab dan atau perantara.

Padahal banyak jumlah orang yang sembuh tatkala melawan covid 19, ada yang melawan dengan meminum daun-daunan (obat herbal), ada yang sembuh dengan dzikir semata, ada pula yang sembuh dengan pengobatan medis, semua itu juga adalah perantara karena belum tiba waktunya dijemput ajalnya.

Duka covid 19 ditengah lara puasa ramadhan adalah boleh jadi cerita pertama diabad ini yang memungkinkan tak akan ada pada abad lainnya. Covid 19 memang tak hanya membawa petaka, melainkan membawa berkah, keberkahan covid 19 bisa kita simak pada cerita tentang sepinya hiruk pikuk dunia malam yang gemerlap, dunia sontak seketika terhenti dari menjamurnya. ****

*Penulis adalah Praktisi Hukum & Pemerhati Covid 19

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini