POLITIK
“Taring panjang agar kita tetap semangat berjuang tidak takut rintangan apa pun. Warna merah artinya kader PDIP arus bawah yang berani memperjuangkan pilihannya, sedangkan putih simbol kebenaran hati nurani kami,”
Lapan6Online | Jakarta : Kader PDIP pendukung Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024 membuat logo ‘celeng’ untuk berjuang di luar ‘banteng’. PDIP tentu perlu waspada agar tak muncul sempalan dari bibit perpecahan ini.
Kilas balik ke masa lalu, PDIP juga merupakan bentuk perlawanan Megawati terhadap PDI era Orba. Dikutip dari buku ‘Biografi Presiden dan Wakil Presiden RI’ susunan Muhammad El Brahimy, pada 1993 Megawati terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDI. Masih merujuk buku yang sama, konflik internal ini terjadi saat Megawati terpilih menjadi ketum.
Mulanya, kongres PDI 1993 yang diselenggarakan di Medan tak menghasilkan keputusan apa pun. Namun saat itu pemerintah Orde Baru mendukung Budi Harjono untuk jadi Ketum PDI menggantikan Soerjadi. Pada kongres luar biasa di Surabaya, Megawati menang. Keputusan ini dikuatkan pada Musyawarah Nasional PDI di Jakarta.
Pemerintah Orde Baru (Orba) tak rela Megawati jadi Ketum PDI. Maka, lewat Fatimah Ahmad cs, digelarlah Kongres Medan 1996 untuk mengembalikan Soerjadi sebagai Ketum PDI. Tapi Mega tak mengakui kongres tersebut.
Pemerintah Orba pun mengatur siasat dengan menciptakan dualisme kepemimpinan pada tubuh PDI. Berdasarkan kongres yang digelar 20 hingga 23 Juni 1996 di Medan, Soerjadi terpilih menjadi Ketua Umum PDI.
Lantas, dualisme kepimpinan dalam tubuh PDI ini berlanjut menjadi konflik antarpendukung ketum pada 1996. Peristiwa itu terjadi pada 27 Juli 1996 atau dikenal sebagai peristiwa Kudatuli, yang merupakan akronim dari tanggal kerusuhan. Para pendukung tiap ketum bentrok di kantor DPP PDI, Jalan Diponegoro 58, Menteng, Jakarta.
Karena bentrokan semakin masif, efek kerusuhan meluas di beberapa kawasan di Jakarta, seperti di Salemba dan Kramat. Akibatnya, beberapa kendaraan dan gedung di sekitar wilayah tersebut terbakar karena aksi kerusuhan. Pemerintah Orba menuding beberapa kelompok prodemokrasi bertanggung jawab atas peristiwa ini. Namun Megawati masih duduk di pucuk kepemimpinan PDI.
Meskipun begitu, Megawati tetap tak direstui pemerintah Orba. Maka PDI pimpinan Mega akhirnya gagal ikut Pemilu 1997. Saat Orba tumbang, PDI pimpinan Megawati menguat lagi. Kemudian, partai ini mengubah namanya menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Terbaru, bibit konflik di tubuh PDIP mulai muncul. Kader PDIP pendukung Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 makin membuat panas kalangan internal PDIP setelah disebut celeng oleh Ketua DPD PDIP Jateng Bambang ‘Pacul’ Wuryanto. Mereka kini membentuk logo celeng hingga mengaku bakal berjuang untuk memenangkan Ganjar.
Sebetulnya, ramainya ‘banteng’ dan ‘celeng’ itu diawali ketika salah satu Wakil Ketua DPC PDIP Kabupaten Purworejo, Albertus Sumbogo, dan beberapa pengurus mendeklarasikan diri siap mendukung Ganjar Pranowo maju Pilpres 2024. Deklarasi itu ternyata disorot oleh kader PDIP, Bambang ‘Pacul’.
Bambang menilai, selain keluar dari barisan PDIP, sikap para kader tersebut bak celeng. Menurutnya, sikap mereka tidak menggambarkan kader banteng.
“Adagium di PDIP itu yang di luar barisan bukan banteng, itu namanya celeng. Jadi apa pun alasan itu yang deklarasi, kalau di luar barisan, ya celeng,” tegasnya.
Ternyata sebutan celeng Bambang ‘Pacul’ ini berbuntut panjang. Para kader yang tidak terima itu bahkan membuat logo untuk menandai diri sebagai celeng yang berjuang.
Para kader PDIP pendukung Ganjar mengamini sebutan celeng dari Bambang ‘Pacul’. Mereka bahkan sampai membuat logo untuk menandai diri.
Logo yang dibuat bergambar celeng berwarna merah dengan taring panjang beserta background warna hitam. Dalam logo itu juga terdapat tulisan ‘Barisan Celeng Berjuang’.
Gambar kepala celeng berwarna merah yang kini viral di media sosial itu ternyata dibuat sendiri oleh salah satu penggerak Seknas Ganjar Indonesia (SGI) Kabupaten Purworejo sekaligus kader PDIP, yakni Eko Lephex.
“Gambar yang buat saya, Mas. Celeng kan lagi viral,” kata Eko seperti yang dikutip dilaman redaksi detikcom, pada Selasa (12/10/2021).
Sementara itu, Wakil Ketua DPC PDIP Kabupaten Purworejo sekaligus Ketua DPC SGI Purworejo, Albertus Sumbogo, sebenarnya merasa prihatin atas sebutan ‘celeng’ yang dilontarkan oleh Bambang ‘Pacul’ Wuryanto.
Meski demikian, menurutnya, adanya hal tersebut justru bisa menjadi semangat para pendukung Ganjar untuk tetap berjuang.
Lantas apa sebetulnya makna logo celeng? Eko Lephex menjelaskan makna dari logo celeng bertaring yang dibuat pihaknya beserta para pendukung Ganjar. Dia menyebut logo itu gambaran perjuangan.
“Barisan celeng, yaitu kita-kita kader PDIP yang ingin selalu berjuang untuk kebenaran demi besarnya partai mengusung Ganjar Pranowo presiden 2024,” kata Eko.
Eko, yang juga kader PDIP Purworejo, membuat logo celeng dengan latar warna merah, hitam, dan putih. Gambar celeng itu pun dibuat dengan taring panjang ke atas dengan tulisan ‘Barisan Celeng Berjuang’.
“Taring panjang agar kita tetap semangat berjuang tidak takut rintangan apa pun. Warna merah artinya kader PDIP arus bawah yang berani memperjuangkan pilihannya, sedangkan putih simbol kebenaran hati nurani kami,” jelasnya.
Hal senada disampaikan Wakil Ketua DPC PDIP Purworejo sekaligus Ketua DPC SGI Purworejo Albertus Sumbogo. Sumbogo menyebut ucapan Bambang Pacul soal celeng itu justru membakar semangat dia dan teman-teman pendukung Ganjar maju nyapres.
“Teman-teman membuat satire atau meme itu selain tersinggung,” kata Sumbogo.
“Meskipun dianggap celeng, tetap harus berjuang untuk kebenaran dan nuraninya,” lanjut dia. (*Red/dtk)
*Sumber : detik.com