“Tidak ada di negara lain dengan 0,3 lahan hektar atau 3000 meter yang rata-rata dimiliki petani bisa swasembada. Sementara di negara lain, katanya ribuan hektar baru mencapai swasembada,”
Jakarta, Lapan6Online : Ekonom senior Indef, Didik J Rachbini menilai, sampai saat ini belum ada kepemimpinan presiden yang serius menggarap sektor pertanian. Keseriusan pemerintah sebelum reformasi dipandang masih yang paling berhasil.
“Jadi tidak ada program setelah reformasi dari kabinet presiden secara serius urus pertanian. Tapi saya akan puji di era Soeharto yang berhasil swasembada,” ujar Didik dalam Seminar Nasional Ekonomi Pertanian di Jakarta Selatan, Selasa (18/2).
“Dikatakan para ahli, tidak pernah ada di muka bumi ini liliputan agriculture yang hanya 0,3 hektar bisa capai swasembada pangan,” imbuh dia.
Didik menegaskan, tidak ada di negara lain dengan 0,3 lahan hektar atau 3000 meter yang rata-rata dimiliki petani bisa swasembada. Sementara di negara lain, katanya ribuan hektar baru mencapai swasembada.
“Nah itu kesuksesan tapi tidak bisa dipertahankan terus menerus. Harus berubah bertransformasi ke skala yang lebih besar,” kata Didik.
Dua tahun lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) memotret luas lahan baku sawah terus tergerus. BPS mencatat, pada 2018 luas lahan tinggal 7,1 juta hektare, turun dibanding 2017 yang masih 7,75 juta hektare.
Angka luas lahan tersebut diperoleh dengan metodologi Kerangka Sampel Area (KSA) menggunakan data hasil citra satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Badan Informasi Geospasial (BIG). Kepala BPS Suhariyanto mengatakan penurunan luas lahan tersebut dipicu oleh gencarnya alih fungsi lahan. Dry/GF/RIN
*Sumber : indonesiainside