Fantastis! Pertunjukan Wayang Tiga Dimensi untuk Generasi Millenial Sampai Generasi Z

0
56
Pergelaran Wayang Lintas Media “Rasa Rupa Bhisma”, di Teater Kautaman Gedung Pewayangan Kautaman TMII Jakarta Timur

BUDAYA | PERISTIWA | NUSANTARA

“Dengan format lintas media kita harapkan pertunjukan ini dapat menjembatani, anak muda yang kurang faham wayang. Di masa depan kita berharap anak-anak remaja dapat lebih menyukai kesenian wayang. Bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarat kandungan nilai-nilai,”

Lapan6Online | Jakarta : Detik pertama Pertunjukan Wayang ‘Rasa Rupa Bhisma’, langsung mengejutkan dengan adegan film dalam layar lebar yang menyatu dengan panggung pertunjukan.

“Konsep dasar dari pertunjukan yang kami garap, memang sengaja diperuntukan buat kalangan millenials, bahkan untuk para Generasi Z,” terang Eny Sulistyowati SPd, SE, MM, Produser Pergelaran Wayang Lintas Media “Rasa Rupa Bhisma”, di Teater Kautaman Gedung Pewayangan Kautaman TMII Jakarta Timur, pada Minggu, 21 Agustus 2022.

Pertunjukan yang dihelat oleh Triardhika Production dan Wayang Kautaman, dalam rangka mengisi program Teater Wayang Indonesia (TWI) tersebut, sebuah perunjukan 3 Dimensi, yang mengesankan dengan gairah millenials.

“Kami menyajikan secara harmonis, antara Wayang Orang, Komik dan Film. Alur ceritanya pun kami jaga agar tetap selaras, baik antara ceritqnya maupun secara teknis, antara cahaya dalam film, maupun di atas panggung,” beber Agus Prasetyo, Sutradara yang berkolaborasi dengan Nanang Hape.

Produser Ir. Retno Irawati, mengakui bahwa upaya untuk menyajikan pertunjukan wayang yamg disukai anak muda, bukanlah pekerjaan yang ringan.

“Lebih kurang tiga bulan kami menyiapkan pertunjukan ini. Mulai dari konsep dasar hingga masa produksi film, adalah proses kreatif yang paling banyak menyita waktu,” tambah Retno Irawati.

Pertunjukan ini mendapat sambutan dari penonton dari kalangan muda millenials yang ingin melihat langsung penampilan khusus penyanyi muda, Fina Augustine Ardhika Putri, membawakan lagu ‘Amba Bhisma’.

“Aku yakin, konsep tiga dimensi, yang menampilkan film dan komik hitam putih, sangat disukai kalangan muda seperti aku, yang selama ini jauh dari pertunjukan wayang, tapi sekarang langsung jatuh cinta,” terang Fina, penyanyi yang mengiringi dua penari ballet yang juga generasi milenial, Dhea Seto, dan Bobbi Ari Setiawan.

“Wayang harus beradaptasi dengan budaya pop, dengan berbagai kecanggihan multi media jaman milenial,” tegas Eny Sulityowati, yang juga Ketua Bidang Humas dan Kemitraan SENA WANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia) ini menambahkan.

Ir. Retno Irawati, yang biasa dipanggil Ira Surono, juga produser di pergelaran ini menyampaikan, pertunjukan ini adalah bagian dari upaya memperkaya nilai-nilai estetika secara visual maupun audio. Diharapkan generasi muda semakin semangat menekuni dan mendalami nilai-nilai seni budayanya, khususnya wayang.

“Dengan harapan pementasan ini menjadi lebih dinamis, hidup, dan eksploratif. Dapat berkomunikasi secara maksimal dengan publik penggemarnya, khususnya generasi muda milenial agar lebih mencintai kesenian wayang,” ujar Retno Irawati.

Inovasi dan Kreasi Wayang
Menurut Nanang Hape, selaku sutradara pergelaran ini, perubahan kesenian selaras dengan perubahan yang terjadi di masyarakat. Inovasi dan kreasi wayang diperlukan agar ada regenerasi penonton, khususnya generasi muda.

“Selama ini generasi muda berjarak dengan wayang disebabkan bahasa yang digunakan dinilai rumit dan sulit dipahami. Wayang seolah-olah hanya sebagai tontonan masa lalu,” ujar Nanang.

Oleh karena itu, menurutnya perlu memunculkan karya yang memberi nafas baru tanpa merusak nilai-nilai wayang. Salah satunya melalui konsep pertunjukan yang memadukan wayang orang, komik dan film dalam satu panggung ini.

“Melalui upaya ini kita harapkan terjadi regenerasi penonton dalam pengetahuan yang tuntas. Bukan menyukai wayang karena bentuknya, tapi sekaligus memahami ceritanya. Memahami substansi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,” harap Nanang.

Aktor wayang Agus Prasetyo, yang juga bertindak sebagai sutradara dalam pertunjukan ini menyampaikan, kesenian wayang sebagai kekayaan budaya menghadapi tantangan. Kendati berbagai inovasi wayang dilakukan oleh para seniman, namun belum mampu menarik generasi muda terhadap wayang secara optimal.

“Dengan format lintas media kita harapkan pertunjukan ini dapat menjembatani, anak muda yang kurang faham wayang. Di masa depan kita berharap anak-anak remaja dapat lebih menyukai kesenian wayang. Bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarat kandungan nilai-nilai,” ujar Agus.

Pergelaran Wayang Lintas Media Rasa Rupa “Bhisma,” menceritakan tentang kepahlawanan dan kesetiaan _Bhisma_ menjaga negeri tercintanya. Bahwa pengorbanan hidup yang ia berikan tidak serta-merta menjadi tonggak ketenteraman dan kedamaian di _Negeri Hastina._ Tak urung _Bharatayudha_ pun terjadi.

Pergelaran Wayang Lintas Media Rasa Rupa “Bhisma,” juga dianugerahkan sebagai hadiah Ulang Tahun Kemerdekaan RI Ke-77. Sekaligus mangayubagyo HUT Ke-47 Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENAWANGI) sebagai organisasi pewayangan garda terdepan yang senantiasa setia menjaga, melestarikan, dan mengembangkan wayang Indonesia.

Juga merupakan perjuangan segenap lapisan masyarakat dalam mewujudkan cita-cita luhur, yaitu; menjadikan Indonesia sebagai *“Rumah Wayang Dunia.”*

Pergelaran ini didukung SENAWANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia) sebagai Induk Organisasi Panitia Tetap TWI (Teater Wayang Indonesia), Gedung Pewayangan Kautaman, dan PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia).

Nilai plus dan apresiasi yang setinggi-tingginya, patut diberikan kepada para aktor dan aktris panggung, antara lain; Djarot B. Darsono, Agus Prasetyo, Ali Marsudi, Woro Mustiko Siwi, dan puluhan pemain wayang orang lainnya.

Penata Artistik Sugeng Yeah, Direktur Fotografi Tunggal Aji SP, Karawitan Dedek Wahyudi, Penata Komik Johari A. Mawardi, Tata Rias & Kostum Dhestian W. Setiaji, Penata Cahaya Herry W. Nugroho, Tata Suara Purwoaji, Pelatih Tari Sri Wardoyo, Multi Media Prabudi Hatma Samarta. [*Buddy ACe/GF/RIN]