Gaung Childfree and Happy, Tak Bisa Bikin Happy

0
36
Yun Rahmawati/Foto : Ist.
“IMO (In My Opinion) lebih gampang gak punya anak daripada punya anak. Karena banyak banget hal preventif yang bisa dilakukan untuk tidak punya anak,”

Oleh : Yun Rahmawati

JAGAT maya sempat riuh disuguhi isu yang memancing pro dan kontra. Persoalan yang terhampar di media sosial tersebut menjadi perdebatan panas. Baru-baru ini muncul pandangan tentang pilihan untuk tidak memiliki anak (childfree).

Childfree adalah sebuah keputusan atau pilihan hidup untuk tidak memiliki anak, baik itu anak kandung, anak tiri, ataupun anak angkat. Penggunaan istilah childfree untuk menyebut orang-orang yang memilih untuk tidak memiliki anak ini mulai muncul akhir abad 20 di Inggris.

Topik childfree kemudian ramai diperbincangkan. Berawal dari unggahan Gita Savitri, seorang Youtuber dan penulis saat menjawab pertanyaan warganet soal pilihan hidupnya.

Gita Savitri secara terbuka mengungkapkan pilihannya untuk tidak ingin punya anak. “IMO (In My Opinion) lebih gampang gak punya anak daripada punya anak. Karena banyak banget hal preventif yang bisa dilakukan untuk tidak punya anak,” kata istri Paul Andre Partohap yang dinikahinya pada Agustus 2018.

Setelah Youtuber Gita Savitri, pernyataan aktris Cinta Laura Kiehl juga menjadi sorotan netizen karena pengakuannya untuk tidak ingin memiliki anak. Ia merasa populasi manusia di dunia sudah terlalu banyak sehingga enggan untuk mempunyai momongan.

Apa sebetulnya yang melatarbelakangi pandangan seseorang tentang childfree? Banyak alasan yang digaungkan oleh mereka terkait pilihannya. Bisa karena faktor ekonomi, faktor trauma masa lalu terkait pengasuhan, kehidupan perkawinan yang kurang sehat, atau tidak mau dibikin repot dengan kehadiran anak.

Seperti alasan yang dikemukakan oleh Gita dan Paul, misalnya. Mereka satu suara tidak mau punya anak karena enggan memiliki beban. Mereka menganggap memiliki anak merupakan sebuah tanggung jawab besar. Gita pun tidak punya hasrat menjadi seorang ibu. Dia yakin, keluarga bisa tetap bahagia meski tanpa kehadiran anak.

Punya anak atau tidak mau punya anak itu adalah pilihan. Tidak ada pilihan yang bebas nilai. Ada nilai agama, ada nilai buatan manusia. Setiap pilihan tentu ada konsekuensinya, sesuai dengan kadar nilainya.

Pilihan seseorang tergantung pada pemahaman yang mendasarinya. Menurut pandangan paham kebebasan, pilihan untuk memiliki anak atau tidak menjadi ranah privasi. Mereka menganggap memiliki kuasa atas tubuhnya sendiri. Orang lain tidak berhak ikut campur mengusik kehidupan mereka dengan menghujat apa lagi mem-bully.

Ide kebebasan terkait childfree saat ini mulai banyak diikuti oleh kalangan muda. Mereka yang memutuskan menjadi childfree merasa hidup mereka akan lebih bahagia saat tidak memiliki anak.

Salahkah pandangan mereka tentang childfree? Menyikapi pandangan para pengusung konsep childfree bisa dilakukan dengan cara yang bijaksana, jangan buru-buru menghakimi mereka salah karena melawan kodratnya sebagai wanita. Sebaiknya ditelisik secara dalam persoalannya. Apakah karena faktor trauma, apakah karena faktor ekonomi, atau kurang harmonisnya hubungan suami istri.

Faktor-faktor pemicu seiring dengan banyaknya orang yang mengangkat isu childfree ini, harus diiringi dengan pendekatan kekinian dan konsep Islam. Pendekatan kekinian dan konsep Islam sangat penting agar informasi atau konsep Islam tidak menjadi asing bagi Muslim sendiri.

Dan Jika pilihannya karena murni mengusung ide kebebasan yang dikampanyekan kaum feminis garis keras seperti apa yang disuarakan oleh publik figur di atas bahwa hidup akan lebih bahagia jika tidak memiliki anak jelas itu menyalahi nilai agama.

Dengan sendirinya ide ini jelas banyak yang tidak menerima karena berseberangan dengan konsep pernikahan sebagaimana yang dijelaskan dalam hukum syara’. Islam memiliki pandangan yang khas terkait tujuan pernikahan yang sejatinya untuk melestarikan keturunan. Kehadiran anak dalam perkawinan tetap menjadi dambaan pasangan suami istri. Saat belum dikaruniai anak banyak upaya yang mereka lakukan bukan hanya sebatas doa.

Para Nabi ada yang belum dikaruniai anak sampai mereka berumur tua. seperti Nabi Ibrahim dan Zakaria ‘alaihimassalam. Mereka tentu sedih jika tidak mempunyai anak dan yang meneruskan generasi dan gen mereka di muka bumi. Mereka pun berdoa kepada Allah Ta’ala agar dikaruniai anak dan Allah Ta’ala mengabulkan doa mereka.

Perhatikan juga doa Nabi Zakaria ‘alaihissalam berikut ini, “Dan (ingatlah kisah) Zakaria, ketika dia menyeru Tuhannya, “Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik. Maka Kami memperkenankan do’anya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung” (TQS al-Anbiya’: 89-90).

Anak-anak adalah penyejuk mata dan penyejuk hati. Anak -anak dengan tingkahnya yang lucu dan menggemaskan menjadi penghibur saat orang tua sedang lelah atau sedih dan kebahagiaan bagi mereka yang masih berada dalam fitrah.

Allah Ta’ala berfirman, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (TQS ali ‘Imran: 14).

Anak adalah rezeki yang dititipkan dan amanah yang patut dijaga agar keberlangsungan umat manusia tetap terpelihara. Allah Ta’ala yang menciptakan manusia dan seluruh alam semesta sehingga Allah Ta’ala yang paling tahu konsep dan cara untuk berbahagia.

Dari sini Patut kita camkan bahwa Allah Ta’ala yang lebih mengetahui bagaimana cara manusia hidup berbahagia dengan kebahagiaan hakiki. Bukan konsep kebahagiaan yang ditawarkan oleh kaum pegiat feminisme terkait childfree yang mengagungkan kebebasan. Itu adalah kebahagiaan semu.

Sebagai sebuah nilai buatan manusia, konsep kehidupan yang seolah membawa kebahagiaan hanyalah membawa kesengsaraan. Gaung childfree and happy yang mereka usung jelas-jelas tak bisa bikin happy. [*]

*Penulis Adalah Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini