OPINI | POLITIK | MANCANEGARA
“Seperti tiada ujungnya. Terjadi lagi kemudian beberapa hari kemudian beritanya kembali hilang di permukaan media. Para pemimpin negeri muslim dunia seakan-akan tidak menemukan solusi untuk menghentikan serangan Israel terhadap Palestina,”
Oleh : Zhuhriana Putri
ISRAEL menyerang Gaza pada hari Jumat (5/8/2022) dan menyatakan “situasi khusus” setelah beberapa hari ketegangan menyusul penangkapan seorang pejuang senior Palestina di Tepi Barat.
Ledakan terdengar di Kota Gaza, dimana asap keluar dari lantai tujuh sebuah gedung tinggi (Voa Islam, 05/08/2022). Serangan Israel hingga kini telah mengakibatkan tewasnya 12 warga palestina, termasuk seorang anak dan seorang wanita. Serangan juga menyebabkan 80 orang korban luka-luka (Republika, 07/08/2022).Kekejian Israel terhadap Palestina terjadi berulang kembali. Seperti tiada ujungnya. Terjadi lagi kemudian beberapa hari kemudian beritanya kembali hilang di permukaan media. Para pemimpin negeri muslim dunia seakan-akan tidak menemukan solusi untuk menghentikan serangan Israel terhadap Palestina.
Realita yang terjadi terhadap kaum muslim di beberapa belahan bumi ini akan terus terjadi jika para penguasa dan pemimpin dari negeri-negeri mayoritas muslim tetap terus memilih diam dan bungkam tanpa membela kaum muslim yang mengalami penyiksaan.
Padahal kita menyadari bahwa para pemimpin muslim hari ini memiliki andil untuk menghentikan tindakan kekerasan tersebut. Seperti Indonesia, posisi Indonesia sebagai pemimpin ASEAN maupun anggota Dewan Keamanan Dunia, seharusnya Indonesia mampu menunjukkan sikap pembelaan terhadap penyiksaan yang dialami Muslim Palestina.
Tapi apalah daya, mayoritas pemerintah-pemerintah negara Muslim hari ini telah terikat perjanjian dengan negara konglomerat yang menjadi dalang terjadinya tindakan kekerasan tersebut, seperti Negara Barat yang mendukung penuh Israel, baik dalam hal politik, ekonomi, dan kebijakan luar negeri. Hubungan baik dan normalisasi dengan Israel harus tetap dilanjutkan demi kepentingan-kepentingan yang sudah terikat. Hal ini lah yang menjadi penyebab utama kebisuan mereka untuk membela Muslim negeri lainnya.
Dengan adanya sekat-sekat nasionalisme yang lahir dari sistem kehidupan kapitalisme-sekulerisme, menyebabkan hilangnya kesatuan kepemimpinan umat Islam. Tanah dan nyawa kaum muslim tidak dapat dilindungi oleh pemimpin negeri muslim hari ini.
Maka kita sebagai kaum muslim yang diibaratkan satu tubuh dengan kaum muslim lainnya, tidak akan bisa terus berdiam diri melihat penyiksaan yang dialami oleh muslim Palestina. Seharusnya kita semakin sadar bahwa kita tidak bisa berharap perlindungan itu datang dari para pemimpin muslim hari ini maupun dari lembaga-lembaga keamanan dunia. Karena sistem hari ini semakin nyata menunjukkan kebencian dan ketidakberpihakan terhadap hak-hak asasi umat Islam.
Tentu kita sangat merindukan sosok pemimpin dan penguasa seperti Mu’tasim Billah, yaitu seorang Khalifah pada masa khilafah Abbasiyah yang menyiapkan puluhan ribu pasukan hanya demi membela dan menyahut seruan seorang budak muslimah yang meminta pertolongan karena dilecehkan oleh seorang Romawi. Sosok pemimpin seperti ini tentu akan kita temukan dalam sistem kehidupan Islam.
Sistem yang menjalankan syariat Sang Pencipta tentu akan melahirkan sosok pemimpin yang taat syari’at, yang hanya takut akan azab Ilahi dan memiliki tanggung jawab penuh dalam membela dan menjaga hak-hak manusia. Sudah saatnya kita memperjuangkan penerapan kembali syari’at kaffah dalam bingkai khilafah, karena hanya Islam lah satu-satunya solusi yang mampu menyelamatkan penderitaan kaum muslim di seluruh dunia.
Sebagai seorang muslim kita mengimani bahwa dengan tegaknya seluruh syariat Allah dalam bingkai Khilafah akan mendatangkan maslahat bagi semesta alam. Dan secara empiris maupun historis, Khilafah adalah sistem politik yang telah terbukti mengatasi beragam krisis yang hari ini tak mampu diatasi oleh sistem kapitalisme.
Dan ini telah terjadi dalam penerapan Khilafah selama lebih dari 13 abad yang mampu menguasai hingga dua pertiga dunia. Maka dunia telah membuktikannya, dengan penerapan sistem Islam dalam bingkai Khilafah mampu mewujudkan kehidupan mulia, sejahtera, dan jaya. [*]
*Penulis Adalah Aktivis Mahasiswa